Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • SKP
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Indikasi Sirkumsisi general_alomedika 2023-03-08T13:37:57+07:00 2023-03-08T13:37:57+07:00
Sirkumsisi
  • Pendahuluan
  • Indikasi
  • Kontraindikasi
  • Teknik
  • Komplikasi
  • Edukasi Pasien
  • Pedoman Klinis

Indikasi Sirkumsisi

Oleh :
dr. Pika Novriani Lubis
Share To Social Media:

Terdapat sejumlah indikasi tindakan medis dilakukannya sirkumsisi antara lain fimosis, parafimosis, balanitis and posthitis. Terdapat juga pertimbangan nonmedis seperti rutinitas keagamaan atau budaya tertentu yang menuntut dilakukannya sirkumsisi.

Fimosis dan Parafimosis

Fimosis adalah kondisi berupa preputium (foreskin) penis melekat kencang pada glans penis sehingga tidak dapat diretraksi ke arah proksimal. Sekitar 90% batita normal tidak dapat meretraksi preputium secara penuh akibat adanya adhesi antara preputium dan glans penis. Fimosis yang parah ditandai dengan preputium yang menggelembung (ballooning) saat berkemih.

Fimosis dapat juga terjadi akibat balanitis karena inflamasi berulang menyebabkan pembentukan jaringan parut sehingga preputium tidak dapat diretraksi. Sebaliknya, fimosis juga dapat menyebabkan balanitis karena higiene yang buruk pada penderita fimosis.

Parafimosis merupakan ketidakmampuan preputium yang teretraksi untuk kembali ke keadaan semula. Hal ini dapat menyebabkan glans penis terjepit sehingga arus balik vena terhambat dan terjadi edema glans serta risiko iskemia. Kondisi ini merupakan kegawatdaruratan urologi yang memerlukan reduksi manual segera atau insisi dorsal jika reduksi manual tidak dapat dilakukan. Sirkumsisi elektif perlu dilakukan setelah kegawatdaruratan tertangani.

Balanitis dan Posthitis

Balanitis merupakan peradangan pada glans penis sedangkan poshtitis merupakan peradangan pada preputium. Gejala mencakup edema, eritema, terasa hangat saat palpasi, serta terdapat nyeri tekan baik pada preputium, glans penis, atau keduanya, dan sering disertai dengan discharge purulen dari penis.

Kondisi ini berhubungan dengan higiene yang buruk atau infeksi menular seksual. Penanganan menggunakan antibiotik oral dan/atau topikal, kompres hangat, serta pemberian analgesik. Balanitis dan posthitis rekuren yang diasosiasikan dengan fimosis (dikenal juga sebagai balanitis xerotica obliterans) merupakan indikasi untuk sirkumsisi.

Mencegah Infeksi Saluran Kemih dan Pielonefritis

Tidak terdapat bukti ilmiah yang cukup kuat mengenai manfaat sirkumsisi untuk mencegah infeksi saluran kemih pada bayi laki-laki. Terdapat penurunan risiko infeksi saluran kemih sebesar 5-20 kali pada bayi yang disirkumsisi. Walau demikian, risiko absolut infeksi saluran kemih yang sangat rendah (<1%) pada populasi normal membuat sirkumsisi rutin tidak disarankan untuk indikasi pencegahan infeksi saluran kemih ini. Sirkumsisi diindikasikan pada bayi yang memiliki peningkatan risiko terjadinya infeksi saluran kemih akibat refluks vesikouretral dan hidronefrosis pada masa prenatal direkomendasikan untuk dilakukan sirkumsisi.  

Mengurangi Insidensi HIV pada Laki-Laki

Studi menunjukkan terdapat penurunan risiko terkena HIV sekitar 60% pada laki-laki yang disirkumsisi, baik laki-laki heteroseksual maupun homoseksual. Sirkumsisi perlu dipertimbangkan pada negara dengan prevalensi HIV sedang-tinggi, termasuk Indonesia. Walau demikian, pencegahan HIV tidak cukup dilakukan hanya dengan sirkumsisi dan harus disertai dengan edukasi serta tindakan protektif, misalnya penggunaan kondom. [9]

Infeksi Menular Seksual

Selain menurunkan risiko infeksi HIV, sirkumsisi juga menurunkan risiko terkena infeksi menular seksual lainnya, seperti sifilis dan chancroid. Sirkumsisi juga menurunkan risiko infeksi HPV pada penis sehingga menurunkan risiko kanker serviks pada pasangan wanita. Walau demikian, vaksinasi HPV tetap merupakan metode paling efektif untuk eliminasi HPV genital. [1,10]

Referensi

1. World Health Organization and Joint United Nations Programme on HIV/AIDS. Male Circumcision: Global Trends And Determinants Of Prevalence, Safety And Acceptability, 2007, 3-19,22-41
9. Sharma SC, Raison N, Khan S, et al. Male circumcision for the prevention of human immunodeficiency virus (HIV) acquisition: a meta‐analysis. BJU Int. 2018 Apr;121(4):515-526.
10. M. K. Sabzehei, S. H. Mousavi-bahar, H. Bazmamoun, Male Neonatal Circumcision-A Review Article, 2013, 4(1) 49-53. DOI: 10.17795/compreped-6543

Pendahuluan Sirkumsisi
Kontraindikasi Sirkumsisi
Diskusi Terkait
dr. filologus siwabessy
4 hari yang lalu
Cara melakukan sirkumsisi
Oleh: dr. filologus siwabessy
1 Balasan
Selamat pagi dok! Saya mau menanyakan tentang cara melakukan sirkumsisi yang baik. Apakah ada yang memiliki materinya? Terima kasih
Anonymous
05 Oktober 2022
Kapan Fimosis Perlu Disirkumsisi - Bedah Ask the Expert
Oleh: Anonymous
1 Balasan
ALO dr. Sonny, Sp. B. Saya ingin bertanya pada pasien bayi dengan fimosis, kira2 berapa lama kita bisa menunggu sambil observasi sampai keputusan...
dr.Makbruri, M.Biomed
21 September 2022
Pasien dengan Luka Dehiscence pasca sunat 1 minggu
Oleh: dr.Makbruri, M.Biomed
4 Balasan
Pasien pasca sunat 1 minggu datang dengan luka dehiscence seperti di gambar apa yang harus kita lakukan?

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.