Akurasi Pengukuran Tekanan Darah

Oleh :
dr. Erika Gracia

Pengukuran tekanan darah memerlukan alat dan metode yang tepat untuk mencapai akurasi yang sesuai. Pengukuran tekanan darah memegang peranan penting dalam menentukan diagnosis dan manajemen hipertensi. Dalam skala global, prevalensi hipertensi mencapai 1,4 miliar kasus.[1-3]

Kesalahan pengukuran tekanan darah sebesar 5 mmHg dapat meningkatkan risiko stroke atau infark miokard sebesar 25% serta mempengaruhi status klasifikasi hipertensi pada 84 juta orang di seluruh dunia. Klasifikasi hipertensi yang tidak tepat akan mempengaruhi diagnosis dan pengobatan. Hal ini juga akan menyebabkan keterlambatan pengenalan kondisi klinis yang tepat sehingga memberikan peluang terjadinya komplikasi kardiovaskular lebih lanjut pada pasien.[1-3]

shutterstock_1498920665-min

Pengukuran Tekanan Darah Secara Manual

Pengukuran tekanan darah secara manual dapat dilakukan menggunakan air raksa maupun jarum (aneroid). Sistolik dan diastolik ditentukan secara auskultasi dengan mendengarkan muncul dan hilangnya bunyi Korotkoff pada arteri brakialis.[4,5]

Pengukuran secara manual dengan air raksa selama ini telah menjadi gold standard dalam menentukan tekanan darah in office yang akurat. Namun, pemeriksaan ini harus dilakukan oleh tenaga medis yang terlatih. Metode pemeriksaan ini mulai ditinggalkan penggunaannya pada beberapa instansi kesehatan mengingat bahwa air raksa merupakan suatu zat beracun dan dianggap berbahaya bagi lingkungan sekitar. Sebagai alternatif pengganti, sphygmomanometer non-merkuri, dengan menggunakan jarum (aneroid) saat ini mulai digunakan secara luas untuk mengukur tekanan darah. Metode ini dinilai lebih praktis dan mudah untuk dipindah-pindahkan.[4,5]

Faktor yang Mempengaruhi Pengukuran Tekanan Darah

Pengukuran tekanan darah dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya posisi penempatan manset, ukuran manset, jenis stetoskop, serta apakah tenaga medis mengikuti protokol yang tepat sesuai kelompok usia pasien, kehamilan, dan aritmia. Selain itu, bacaan juga dapat bervariasi, dipengaruhi oleh suara latar belakang saat sedang melakukan pengukuran dan apakah tenaga medis sedang berbincang dengan pasien. Penggunaan sphygmomanometer air raksa juga dapat dipengaruhi oleh pernafasan, emosi, rokok, alkohol, suhu, dan distensi kandung kemih pasien. Semua faktor ini dapat berkontribusi terhadap pembacaan tekanan darah yang tidak akurat sehingga berpotensi menyebabkan kesalahan diagnosis dan tatalaksana.[4]

Menurut penelitian, pengukuran tekanan darah secara manual memerlukan waktu pelaksanaan setidaknya 14 menit. Durasi ini sudah termasuk periode istirahat dan perbincangan antara tenaga medis dengan pasien sebelum pengukuran untuk menurunkan ketegangan akibat white coat effect pada pasien. Tenaga medis juga perlu memastikan alat pengukur berada pada ketinggian yang sama dengan jantung pasien, serta sebaiknya diberikan penyangga pada posisi lengan pasien. Hasil yang dilaporkan adalah rata-rata dari beberapa hasil pemeriksaan dengan frekuensi minimal sebanyak dua kali. Namun, hal ini memakan waktu dan jarang dilakukan pada praktek sehari-hari.[7,8]

Pengukuran Tekanan Darah Secara Otomatis

Pengukuran tekanan darah secara otomatis merupakan merupakan metode alternatif yang sudah divalidasi, dimana pada metode ini osilometri akan mengukur amplitudo osilasi tekanan darah pada dinding arteri. Pada metode ini dapat diperoleh beberapa pembacaan sekaligus dan dapat memberikan hasil rata-rata yang lebih akurat, sehingga memperkecil kemungkinan terjadinya kesalahan (human error) yang berhubungan dengan pengukuran manual secara auskultasi.[5]

Metode osilometri saat ini digunakan secara luas untuk mengukur tekanan darah pada pasien rawat jalan. Pengukuran tekanan darah dengan cara ini dapat dilakukan tanpa memerlukan pengawasan tenaga medis pada ruangan pemeriksaan yang tenang. Bahkan menurut beberapa penelitian, pemeriksaan tekanan darah otomatis yang dilakukan di luar lingkungan klinik dapat memberikan hasil yang lebih sesuai dengan tekanan darah pasien sesungguhnya di luar lingkungan klinik.[5]

Pengukuran tekanan darah pada saat rawat jalan sejauh ini adalah standar referensi untuk menilai tekanan darah. Selain itu, pemantauan tekanan darah juga dapat dilakukan secara mandiri di rumah. Metode ini dinilai dapat memprediksi risiko penyakit kardiovaskular dengan lebih baik, dibandingkan pemeriksaan tekanan darah saat sedang rawat jalan. Pemantauan tekanan darah secara mandiri juga dapat meningkatkan kepatuhan dan keaktifan pasien dalam manajemen hipertensinya.[2,5]

Terdapat pertimbangan mengenai akurasi dalam metode pengukuran tekanan darah secara mandiri, terutama terkait cara pelaksanaan dan pembacaan hasil oleh pasien. Oleh karena itu, pasien direkomendasikan untuk menggunakan alat pengukur tekanan darah otomatis pada lengan atas yang telah tervalidasi. Selain itu, pasien juga perlu melakukan pelatihan penggunaan alat, menjadwalkan pemeriksaan pada waktu yang sama, dan melakukan verifikasi hasil pemeriksaan pada dokter yang merawat.[2,5]

Osilometri pada Pergelangan Tangan

Lokasi standar untuk melakukan pengukuran tekanan darah otomatis adalah pada lengan atas. Lokasi alternatif lainnya adalah pada pergelangan tangan, yang mana cukup sering dilakukan pada pasien yang memiliki ukuran lingkar lengan atas yang besar atau obesitas.[9]

Walaupun pemeriksaan pada pergelangan tangan terkesan lebih praktis, tetapi terdapat limitasi pada alat ini. Pengukuran tekanan darah hanya dapat dilakukan bila sensor terletak tepat di atas arteri radialis. Posisi alat dan pergerakan pergelangan tangan dapat mengubah posisi optimal alat ini. Selain itu pemeriksaan perlu dilakukan dengan posisi pergelangan tangan pada ketinggian yang sama dengan jantung.[9]

Kemajuan teknologi di bidang kesehatan pada smartphone saat ini berpotensi menjadi sarana untuk memberikan informasi kesehatan pengelolaan hipertensi. Beberapa aplikasi kesehatan telah dikembangkan untuk mengukur tekanan darah. Namun, sebagian besar pengukuran tekanan darah berbasis smartphone belum mendapatkan validasi dari studi klinis yang ada.[5,10]

Validitas Alat Pengukur Tekanan Darah

Validitas alat pengukur tekanan darah yang telah direkomendasikan oleh The American Association for the Advancement of Medical Instrumentation (AAMI) adalah yang memiliki bias sistemik <5 mmHg dan standar deviasi <8 mmHg. Acuan dalam menentukan validitas dari alat pengukur tekanan darah juga ditetapkan oleh British Hypertension Society (BHS), dan ditemukan bahwa alat pengukur tekanan darah secara otomatis memenuhi kriteria validitas yang telah ditetapkan.[11]

Perbandingan Akurasi Pengukuran Tekanan Darah

Pengukuran tekanan darah yang menggunakan sphygmomanometer manual tidak menunjukkan hasil yang lebih akurat jika dibandingkan dengan pengukur tekanan darah intra arterial. Jika efektivitas metode pengukuran tekanan darah dengan menggunakan cuff dibandingkan antara penggunaan manual dengan penggunaan otomatis, tidak didapatkan perbedaan yang bermakna pada angka bias sistemik atau standar deviasinya. Sejauh ini hanya sedikit penelitian yang memenuhi kriteria standar validasi yang ditetapkan oleh AAMI.

Sebuah studi meta analisis yang dipublikasikan oleh Springer pada tahun 2019, menemukan ketepatan pengukuran tekanan darah secara tidak langsung akan menghasilkan nilai sistolik berkisar pada + 20,2 mmHg dan diastolik berkisar pada + 15,5 mmHg jika dibandingkan dengan metode pengukuran tekanan darah intra arterial.[11]

Dengan kata lain, apabila tekanan darah seseorang adalah 140/90 mmHg dengan pengukuran secara tidak langsung, maka jika diukur secara intra arterial, tekanan darah nya akan berkisar dari hipotensi hingga hipertensi. Hal ini menyebabkan sulit untuk menyimpulkan secara definitif apakah seseorang tersebut dapat didiagnosis sebagai hipertensi dan berdampak pada sulitnya menentukan terapi karena ada kemungkinan pasien yang sesungguhnya hipotensi tetapi akan menerima pengobatan hipertensi. Seseorang dengan hipertensi derajat berat dapat lebih aman untuk diberikan terapi anti hipertensi karena risiko kesalahan pengukuran yang dialami lebih kecil.[11]

Dari studi meta analisis yang dipublikasikan oleh Springer pada tahun 2019, ditemukan bahwa sekitar 47,5% kasus yang angka sistoliknya dan 53,5% kasus yang angka diastoliknya memiliki bias sistematik <5 mmHg. Selain itu, hanya 22,3% kasus yang angka sistoliknya dan 36,8% kasus yang angka diastoliknya  memiliki standar deviasi <8 mmHg.[11]

Faktor yang Mempengaruhi Ketepatan Pengukuran Tekanan Darah

Berbagai faktor dapat meningkatkan kesalahan dalam perbandingan metode langsung dan tidak langsung, misalnya ukuran cuff, metode deflasi, dan bias digit terminal. Pada metode pengukuran tekanan darah secara intra arterial juga dapat ditemukan beberapa masalah, misalnya kateter yang berlipat, adanya gelembung udara pada kolom cairan, dan kelembaban yang tidak sesuai. Pengukuran tekanan darah yang dilakukan beberapa kali untuk memastikan diagnosis pasien juga tidak dapat memperkecil kesalahan dalam pengukuran, karena hal ini berkaitan dengan validitas alat.[11]

Oleh karena itu, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk alat pengukur tekanan darah non invasif yang bisa dijadikan sebagai alternatif representatif pengukuran tekanan darah intra arteri, yang memenuhi kriteria AMMI dan BHS dan memiliki random error yang lebih kecil.[11]

Kesimpulan

Pengukuran tekanan darah secara akurat diperlukan untuk menentukan diagnosis dan manajemen hipertensi yang tepat. Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan dengan metode manual auskultasi, baik dengan bantuan air raksa maupun jarum. Selain itu, metode lainnya yang dapat digunakan adalah secara otomatis dengan menggunakan osilometri pada manset lengan atas, pergelangan tangan, atau bantuan kemajuan teknologi smartphone.[1,2]

Selama bertahun-tahun, metode manual air raksa merupakan standar baku emas dalam pemeriksaan tekanan darah. Namun, metode ini memiliki ruang untuk terjadinya ketidakakuratan pengukuran akibat kesalahan protokol dan adanya white coat effect pada pasien. Pengukuran tekanan darah secara otomatis merupakan alternatif yang dapat dipertimbangkan untuk memberikan hasil yang akurat.[3,5,7]

Adapun metode pengukuran tekanan darah tidak langsung secara otomatis dan manual, keduanya memberikan validitas yang rendah jika dibandingkan dengan metode intra arterial. Sistolik seringkali di underestimated dan diastolik sering kali di overestimated. Hal ini mempersulit dalam memperkirakan tekanan intra arterial dengan menggunakan metode cuff, dan diperlukan penelitian lebih jauh untuk menentukan metode pengukuran tekanan darah tidak langsung yang valid.

Referensi