Risiko mortalitas akibat penggunaan anestesi lokal umumnya berkaitan dengan terjadinya local anesthetic systemic toxicity (LAST). Sebenarnya, angka komplikasi akibat penggunaan anestesi lokal rendah dan sangat jarang terjadi. Kejadian fatal akibat penggunaan anestesi lokal kebanyakan dilaporkan dalam studi lama, misalnya akibat penggunaan kokain dosis tinggi sebagai agen anestesi lokal dan kejadian henti jantung pada penggunaan bupivacaine dan etidocaine.
Penggunaan anestesi lokal yang meningkat juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi peningkatan angka komplikasi akibat penggunaan anestesi lokal. Meningkatnya pengguna anestesi lokal selain anestesiologis dan banyaknya variasi tindakan yang dapat dilakukan dengan bantuan anestesi lokal juga turut berperan dalam meningkatnya angka komplikasi.[1-3]
Sistem kardiovaskular dan saraf pusat merupakan sistem organ yang paling banyak terimbas dari kejadian LAST, karena mekanisme aksi obat anestesi lokal melibatkan blokade kanal natrium. Gejala kardiovaskular yang lazim muncul mulai dari aritmia, hipotensi, sampai henti jantung. Gejala sistem saraf pusat yang sering muncul adalah gangguan penglihatan, sensori, hingga kejang. Depresi saraf pusat juga dapat terjadi, ditandai dengan pingsan hingga gagal napas.
Agen anestesi lokal yang cukup sering muncul dalam laporan, termasuk laporan kematian akibat kejadian LAST, adalah lidocaine, bupivacaine, dan ropivacaine. Terlebih lagi, lidocaine merupakan salah satu agen anestesi lokal yang paling sering digunakan oleh tenaga medis yang bukan merupakan dokter anestesi.[1,2,4]
Dosis Anestesi Lokal Yang Aman
Agen anestesi lokal dapat diberikan secara tunggal maupun dikombinasikan dengan epinefrin. Epinefrin yang dikombinasikan dengan agen anestesi lokal dapat menyebabkan konstriksi dari pembuluh darah kecil yang berakibat melambatnya absorpsi sistemik agen anestesi lokal dan memperpanjang durasi efek anestesi lokal.
Secara umum dosis agen anestesi lokal biasanya bisa lebih tinggi bila dikombinasikan dengan epinefrin. Berikut adalah dosis maksimal aman dari beberapa agen anestesi lokal.[5,6]
Tabel. Dosis Aman Anestesi Lokal
| Obat Anestesi | Dosis Tanpa Epinefrin | Dosis Dengan Epinefrin |
| Bupivacaine/Levobupivacaine | 2 mg/kg | 3 mg/kg |
| Lidocaine | 5 mg/kg | 7 mg/kg |
| Mepivacaine | 5 mg/kg | 7 mg/kg |
| Ropivacaine | 3 mg/kg | Tidak ada |
| Prilocaine | 6 mg/kg | 8 mg/kg |
Sumber: dr. Harris Bartimeus, Sp.B, Alomedika, 2025.[5,6]
Pasien dan Prosedur dengan Peningkatan Risiko
Ada beberapa kelompok populasi yang memiliki risiko lebih tinggi mengalami LAST. Pasien dengan usia ekstrem disertai dengan disfungsi organ memiliki risiko yang lebih tinggi. Ibu hamil juga memiliki risiko lebih tinggi karena cardiac output yang lebih tinggi dan rendahnya kadar alpha-1 acid glycoprotein yang bisa menyebabkan konsentrasi agen anestesi lokal dapat meningkat secara tiba-tiba dalam darah.
Neonatus dan anak juga berisiko lebih tinggi karena karena kadar protein pengikat dalam darah masih rendah sehingga kadar agen anestesi lokal yang bebas dalam darah bisa tinggi, dan hal ini diperburuk dengan kemampuan detoksifikasi hepar yang belum sempurna. Selain itu pasien dengan penyakit penyerta dan gangguan organ juga memiliki risiko LAST yang lebih tinggi.[1,4]
Dari sisi prosedur, penggunaan blok kaudal dan blok penis banyak dikaitkan dengan kejadian LAST. Ini mungkin karena prosedur yang menggunakan blok ini banyak dilakukan pada populasi neonatus dan anak.
Teknik anestesi infiltrasi juga banyak berkaitan dengan kejadian LAST, yang mungkin dikarenakan jumlah volume agen anestesi yang diberikan bisa cukup besar. Belakangan ini, prosedur bedah estetika yang dilakukan dengan anestesi lokal juga banyak berkaitan dengan kejadian LAST. Prosedur bedah estetika yang banyak terkait dengan LAST adalah abdominoplasty yang umumnya memakai dosis lidocaine sampai 8 kali lebih besar dibandingkan dosis aman yang lazim.[3,4]
Manifestasi Klinis Local Anesthetic Systemic Toxicity (LAST)
Gejala klasik dari LAST biasanya muncul pertama kali pada sistem saraf pusat. Hal ini diduga karena sistem saraf pusat lebih sensitif terhadap agen anestesi lokal, sehingga dengan konsentrasi lebih rendah pun manifestasi klinis dapat muncul lebih dulu dibandingkan pada sistem organ lain.
Gejala eksitasi sistem saraf pusat yang muncul bisa bervariasi, mulai dari yang ringan seperti parestesia perioral, disgeusia, disartria, gangguan penglihatan dan pendengaran, halusinasi, agitasi hingga kejang. Jika terjadi depresi sistem saraf pusat, pasien bisa mengalami penurunan kesadaran hingga gagal napas.
Pada konsentrasi yang lebih besar, manifestasi klinis kardiovaskular umumnya akan muncul. Gejala kardiovaskular mencakup hipotensi, gangguan irama jantung, perubahan segmen ST yang berkaitan dengan gangguan koroner, hingga kejadian henti jantung.[1-4,7]
Penanganan Kegawatdaruratan Local Anesthetic Systemic Toxicity (LAST)
Penanganan awal dari LAST berfokus pada penatalaksanaan kegawatdaruratan sesuai prinsip resusitasi. Dukungan oksigenasi dan ventilasi sangat penting pada awal penanganan. Intubasi juga sebaiknya dilakukan lebih awal apabila ditemukan keperluan definitive airway.
Dalam hal penanganan hipotensi, resusitasi cairan dan penggunaan vasopressor dapat dilakukan. Dalam hal penanganan takiartimia, obat-obatan antiaritmia (seperti amiodarone), kardioversi, maupun defibrilasi digunakan sesuai indikasi. Sementara itu, kejang dapat diatasi dengan pemberian golongan benzodiazepine, seperti diazepam dan lorazepam.[1,3,4,7]
Cairan infus emulsi lipid sekarang juga menjadi bagian dalam tata laksana LAST. Panduan dari American Society of Regional Anesthesia and Pain Medicine (ASRA) merekomendasikan pemberian cairan infus emulsi lipid 20% terutama pada kasus kejang dan henti jantung yang refrakter akibat LAST. Dosis cairan emulsi lipid diberikan dengan dosis sesuai berat badan:
- > 70 kg: bolus 100 ml (2-3 menit), lalu dilanjutkan dengan infus kontinu 200-250 ml (15-20 menit).
- ≤ 70 kg: bolus 1,5 ml/kg (2-3 menit), lalu dilanjutkan dengan infus kontinu 0.25 ml/kg/menit.
Infus emulsi lipid dapat diulang bila kondisi hemodinamik pasien belum stabil dan dapat dilanjutkan sampai 10-15 menit apabila kondisi pasien sudah stabil.[1,3,4,7]
Kesimpulan
Local anesthetic systemic toxicity (LAST) merupakan penyebab utama mortalitas terkait anestesi lokal, meskipun kejadian komplikasi terkait anestesi lokal secara umum sangat jarang. LAST terutama memengaruhi sistem saraf pusat dan kardiovaskular akibat efek blokade kanal natrium, dengan manifestasi awal berupa gejala eksitasi saraf pusat seperti parestesia perioral, disgeusia, gangguan visual–auditori, agitasi, hingga kejang, dan dapat berkembang menjadi depresi saraf pusat dan gagal napas. Gejala lanjutan adalah gangguan kardiovaskular seperti hipotensi, aritmia, hingga henti jantung.
Risiko LAST meningkat pada pasien usia ekstrem, ibu hamil, neonatus, anak, serta individu dengan disfungsi organ. Dalam hal jenis prosedur, risiko LAST diduga meningkat pada prosedur tertentu seperti blok kaudal atau penis, infiltrasi volume besar, dan pembedahan estetika (misalnya abdominoplasty dengan penggunaan lidocaine dosis tinggi).
Perhitungan dosis aman tiap agen anestesi lokal berdasarkan berat badan pasien, termasuk perbedaan dosis pada sediaan dengan dan tanpa epinefrin, sangat penting untuk mencegah terjadinya LAST. Dalam aspek penatalaksanaan, kegawatdaruratan terkait LAST mencakup resusitasi, stabilisasi jalan napas, ventilasi, kontrol kejang dan aritmia sesuai standar, serta penggunaan infus emulsi lipid 20% sebagai terapi spesifik pada kasus berat atau refrakter.
