Penatalaksanaan Spermatokel
Umumnya spermatokel tidak membutuhkan penatalaksanaan khusus. Observasi disarankan untuk spermatokel berukuran kecil, asimtomatik, dan tanpa komplikasi. Eksisi surgikal diindikasikan terutama untuk spermatokel berukuran besar yang menimbulkan nyeri atau dicurigai merupakan neoplasma.[2,3]
Medikamentosa
Tidak ada penatalaksanaan medikamentosa yang khusus untuk spermatokel. Analgesik oral dapat diberikan untuk mengatasi gejala nyeri. Pemberian antibiotik diindikasikan apabila terdapat epididimis.[3]
Pembedahan
Penatalaksanaan pembedahan dapat dilakukan dengan spermatokelektomi atau skleroterapi. Spermatokelektomi dapat disarankan untuk semua pasien spermatokel. Sedangkan skleroterapi lebih disarankan untuk pasien yang tidak ingin memiliki keturunan karena agen sklerosan berisiko menyebabkan infertilitas.[3]
Spermatokelektomi
Pilihan utama dalam pembedahan pada spermatokel adalah spermatokelektomi melalui pendekatan transscrotal. Penatalaksanaan ini diindikasikan untuk spermatokel dengan gejala nyeri, berukuran besar, atau terdapat kemungkinan adanya diagnosis tumor.[1,3]
Spermatokelektomi dimulai dengan membuat insisi midline atau transversal pada skrotum. Disarankan untuk melakukan diseksi tajam sehingga dapat dilakukan eksisi spermatokel tanpa mobilisasi yang berlebihan pada epididimis dan testis. Eksisi dilakukan tanpa membuka kista. Jika spermatokel mengalami adhesi yang banyak dan sulit untuk melakukan diseksi, maka disarankan untuk dilakukan epididimektomi parsial atau total.[1]
Skleroterapi
Skleroterapi dapat menjadi pilihan alternatif terhadap eksisi spermatokel. Namun beberapa bukti menunjukkan bahwa skleroterapi tidak begitu efektif. Skleroterapi memiliki risiko mengalami epididimitis akibat agen kimia dan risiko kerusakan epididimis yang dapat mempengaruhi fertilitas. Aspirasi spermatokel dilakukan bersamaan dengan skleroterapi. Aspirasi spermatokel saja tanpa skleroterapi berhubungan dengan angka rekurensi yang tinggi.[3]
Keberhasilan skleroterapi dipengaruhi oleh agen sklerosan yang digunakan dan berapa kali tindakan dilakukan. Berbagai agen sklerosan telah digunakan dengan tingkat kesuksesan yang bervariasi mulai 30-100%. Agen sklerosan yang dapat digunakan adalah tetrasiklin, phenol, sodium tetradecyl sulfate (STS), kuinin, polidocanol, dan ethanolamine oleate. Namun, tidak ada bukti yang menunjukkan salah satu agen sebagai pilihan terbaik dan belum ada standar pemberian dosis untuk mencapai hasil maksimal.[3,17]