Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • SKP
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Penatalaksanaan Epispadia general_alomedika 2022-09-30T08:40:24+07:00 2022-09-30T08:40:24+07:00
Epispadia
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Penatalaksanaan Epispadia

Oleh :
Josephine Darmawan
Share To Social Media:

Penatalaksanaan epispadia adalah dengan pembedahan untuk rekonstruksi ataupun repair uretra. Tata laksana nonfarmakologis, seperti konseling, juga penting untuk dilakukan pada pasien dengan kelainan genitourinaria. Tujuan utama tata laksana epispadia adalah mengembalikan fungsi fisiologis, mencegah komplikasi saluran kemih atas, dan meningkatkan kualitas hidup pasien.[5,8,21,29-31]

Terapi Nonfarmakologis

Tujuan terapi nonfarmakologis pada epispadia adalah konseling untuk meningkatkan kualitas hidup dan fungsi fisiologis. Gangguan psikologis pada pasien epispadia umumnya berkaitan dengan penampilan kosmetik genitalia pada masa pubertas. Inkontinensia urine juga dapat menetap meskipun dengan tindakan pembedahan. Gangguan kualitas hidup dapat terjadi akibat inkontinensia dan gangguan psikologis, sehingga konseling dengan dokter spesialis psikiatri anak dan dokter urologi anak sangat diperlukan.[29,30,32,33]

Terapi Farmakologis

Tidak terdapat terapi farmakologis yang secara khusus dapat menangani epispadia. Pemberian antibiotik spektrum luas dapat dilakukan untuk mencegah infeksi saluran kemih.

Terapi testosterone intramuskular atau topikal dapat diberikan preoperatif pada pasien laki-laki. Pemberian testosterone dapat meningkatkan vaskularisasi dan stimulasi pertumbuhan penis, sehingga meningkatkan keberhasilan pembedahan dan mengurangi komplikasi.[5,21,29]

Studi menunjukkan injeksi polidimetilsiloksan dapat diberikan untuk menangani inkontinensia pada pasien bladder exstrophy-epispadias complex (BEEC) ataupun inkontinensia yang menetap pascaoperasi. Dosis maksimum yang diberikan adalah tiga kali injeksi. Pasien yang mendapatkan injeksi polidimetilsiloksan menunjukkan sufisiensi sfingter pada 6 tahun pasca pemberian, tanpa penurunan efikasi. Meskipun demikian, populasi dalam studi tersebut masih kecil.[34,35]

Injeksi intrauretra uretral bulking agent (UBA) pada pasien BEEC tidak menunjukkan adanya manfaat. Pemberian UBA intrauretra dapat dipertimbangkan pascaoperasi pada pasien yang mengalami kontinensia parsial, namun efikasinya rendah.[36]

Pembedahan

Pembedahan merupakan tata laksana utama pada epispadia. Pembedahan direkomendasikan dilakukan pada usia 6-12 bulan. Tujuan utama pembedahan adalah mengembalikan fungsi fisiologis uretra. Pembedahan pada epispadia dibutuhkan untuk menangani inkontinensia, rekonstruksi vagina atau penis, dan uretroplasti dengan perbaikan meatus uretra. Rekonstruksi kandung kemih juga dapat dilakukan apabila terdapat BEEC.[5,8,21,29]

Teknik dan jumlah pembedahan pada setiap pasien dapat berbeda-beda tergantung dari jenis epispadia yang dialami serta ada atau tidaknya kelainan penyerta, misalnya chordee, inkontinensia, atau ekstrofi kandung kemih. Masih terdapat kontroversi mengenai jumlah tahapan operasi. Operasi 1 tahap (one-stage) umumnya dilakukan pada kasus yang lebih ringan, sedangkan, epispadia yang lebih berat membutuhkan operasi dalam beberapa tahap.[8,21,29]

Tindakan Bedah pada Epispadia Laki-Laki

Pembedahan utama pada epispadia laki-laki adalah uretroplasti dengan perbaikan posisi meatus. Operasi umumnya dilakukan setelah usia > 6 bulan. Hal ini dikarenakan ukuran penis yang terlalu kecil merupakan kontraindikasi dilakukan uretroplasti dan rekonstruksi penis. Pasien diberikan terapi testosterone preoperatif untuk stimulasi pertumbuhan dan vaskularisasi penis.[5,8,21,29]

Terdapat beberapa teknik operasi epispadia pada laki-laki. Teknik yang paling sering digunakan adalah modified Cantwell-Ransley (CR) dan Mitchell-Bagli (MB). Teknik CR membagi penis ke dalam 2 kompartemen dengan bagian distal uretra tetap menempel pada glans penis, dan korps kavernosus melingkari tubularisasi utretra. Teknik MB membagi penis dalam 3 kompartemen yang terpisah. Pemilihan teknik tergantung dari dokter yang melakukan operasi.[5,21]

Operasi epispadia glandular dan penis umumnya dilakukan bertahap, meliputi uretroplasti, glansplasti, dan ortoplasti. Operasi satu tahap juga dapat dilakukan. Rekonstruksi meatus uretra dan preputium kemudian dapat dilakukan setelah operasi inisial. Rekonstruksi uretra dengan perbaikan meatus serta eksisi chordee (ortoplasti) sangat efektif dalam mengembalikan fungsi uretra dan kosmetik genitalia. Apabila terdapat inkontinensia, dapat dilakukan augmentasi kandung kemih ataupun sfingteroplasti. Rekonstruksi kandung kemih juga diperlukan bila terjadi patulosa kandung kemih dan kandung kemih terbuka.

Operasi epispadia penopubik umumnya lebih kompleks. Teknik operasi pada epispadia penopubik, secara garis besar, sama dengan BEEC. Operasi epispadia penopubik lebih baik dilakukan dalam beberapa tahap. Operasi meliputi rekonstruksi penis, kemudian rekonstruksi kandung kemih. Osteotomi dan tata laksana inkontinensia urin, seperti augmentasi kandung kemih juga dapat dilakukan pada tahap lanjut. Pada epispadia penopubik juga dilakukan pemanjangan penis dengan melepaskan korps kavernosus dari ramus pubis inferior dan tubularisasi lempeng uretra serta reposisi meatus ke dalam glans penis.[5,8,21,29]

Tindakan Bedah pada Epispadia Wanita

Operasi epispadia pada wanita lebih sederhana dibandingkan pria. Operasi juga sering kali dapat dilakukan dalam 1 tahap, meliputi rekonstruksi genitalia dan leher kandung kemih. Teknik yang sering digunakan adalah teknik Young-Dees dan uretroplasti. Klitoroplasti juga dapat dilakukan untuk memperbaiki kosmetik. Monsplasti juga dapat dilakukan dengan jaringan lemak fibrosa untuk memperbaiki tampilan mons pubis. Apabila terdapat diastasis pubis, dapat dilakukan osteotomi bilateral. Rekonstruksi kandung kemih, augmentasi kandung kemih, dan diversi dapat dilakukan bila inkontinensia urin menetap.[1,5-7]

Perawatan Pasca Operasi

Pasca operasi inisial perbaikan epispadia, pasien sebaiknya melakukan pemeriksaan sistogram untuk analisa kapasitas kandung kemih setiap tahun. Operasi lanjutan untuk rekonstruksi kandung kemih (bila diperlukan) dapat dilakukan setelah usia 5 tahun dan kapasitas kandung kemih cukup. Apabila kapasitas kandung kemih tidak adekuat, dapat dipertimbangkan metode pembedahan lain seperti augmentasi kandung kemih, transeksi leher kandung kemih, ataupun pengobatan lebih lanjut untuk inkontinensia. Pasien juga disarankan menggunakan kateter pascaoperasi.[5,8,21,29] Pasien juga disarankan untuk melakukan kunjungan rutin dengan dokter urologi anak dan psikiater anak hingga usia dewasa.[30,32,33]

 

 

Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja

Referensi

1. Tekgul S, Dogan HS, Erdem E, et al. Guidelines on Pediatric Urology. Europian Society for Pediatric Urology, 2015. https://uroweb.org/wp-content/uploads/23-Paediatric-Urology_LR_full.pdf
5. Frimberger D. Diagnosis and management of epispadias. Semin Pediatr Surg. 2011;20:85–90.
6. Jonuzi A, Popović N, Zvizdić Z, Milišić E, Karavdić K, Dewan P. Female Epispadias Presenting as Urinary Incontinence. APSP J Case Rep. 2017;8:10.
7. Nawaz G, Muhammad S, Jamil M, Rehman A, Khawaja M, Hussain I, et al. Female Epispadias: spot diagnosis and simple reconstrution. J Ayub Med Coll Abbottabad. 2014;26:616–7.
8. Spinoit A-F, Claeys T, Bruneel E, Ploumidis A, Van Laecke E, Hoebeke P. Isolated Male Epispadias: Anatomic Functional Restoration Is the Primary Goal. Biomed Res Int. 2016;2016:1–4.
21. Cho P, Cendron M. The surgical management of male epispadias in the new millennium. Curr Urol Rep. 2014;15:1–5.
29. Inouye BM, Tourchi A, Di Carlo HN, Young EE, Gearhart JP. Modern Management of the Exstrophy-Epispadias Complex. Surg Res Pract. 2014;2014:587064.
30. Hankinson JC, Eldridge MA, Ostrander R, Shah B, Reynolds EK, Perry-Parrish C, et al. Emotional and behavioral functioning in children with bladder exstrophy-epispadias complex: A developmental perspective. J Pediatr Urol. 2014;10:136-41.
31. Bhat A, Bhat M, Kumar R, Kumar V. Functional and cosmetic outcome of partial penile disassembly repair in isolated male epispadias patients. African J Urol. 2017;23:240–4.
32. Rourke K, Braga LH. Transitioning patients with hypospadias and other penile abnormalities to adulthood: What to expect? Can Urol Assoc J. 2018;12:S27–33.
33. Mahajan J, Kattragada L. Exstrophy epispadias complex - Issues beyond the initial repair. Indian J Urol. 2012;28:382-7.
34. Lucena L, Romera R, Sagategui F, Urrutia M, Ramos C, Pereira P, et al. Long-Term Results of Polydimethylsiloxane Endoscopic Injection for the Treatment of Urinary Incontinence: A Retrospective Study of 38 EEC Patients. J Pediatr Urol. 2010;6:S56.
35. Burki T, Hamid R, Ransley PG, Mushtaq I, Duffy PG. Injectable polydimethylsiloxane for treating incontinence in children with the exstrophy-epispadias complex: Long-term results. BJU Int. 2006;98:849–53.
36. Shah BB, Massanyi EZ, Dicarlo H, Shear D, Kern A, Baradaran N, et al. Role of urethral bulking agents in epispadias-exstrophy complex patients. J Pediatr Urol. 2014;10:176–81.

Diagnosis Epispadia
Prognosis Epispadia
Diskusi Terbaru
dr. Gabriela Widjaja
Hari ini, 15:55
Penggunaan Epinefrin dengan Anestesi Lokal di Jari Tangan dan Kaki Aman - Artikel SKP Alomedika
Oleh: dr. Gabriela Widjaja
1 Balasan
ALO Dokter!Penggunaan epinefrin sebagai tambahan anestesi lokal dulunya didogma berbahaya karena dianggap bisa menyebabkan nekrosis akibat vasokonstriksi....
Anonymous
Hari ini, 11:11
Vitamin A diberikan sampai anak umur berapa
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Dok untuk pemberian vitamin A yg rutin di bulan Febuari dan Agustus itu rutin diberikan sampai anak umur berapa? apa cukup di 1 tahun pertama saja atau harus...
Anonymous
Hari ini, 09:42
Induksi persalinan di puskesmas
Oleh: Anonymous
3 Balasan
Alo dok.Izin bertanya, kapan kita bisa memutuskan induksi persalinan dg oxytocin jika setting nya di puskesmas ?Dan bagaimana prosedurnya yang tepat dlm...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.