Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • SKP
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Penatalaksanaan Otosklerosis general_alomedika 2023-01-26T09:37:53+07:00 2023-01-26T09:37:53+07:00
Otosklerosis
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Penatalaksanaan Otosklerosis

Oleh :
dr. Felicia
Share To Social Media:

Penatalaksanaan utama  otosklerosis adalah operasi stapes (stapedotomi/stapedektomi). Namun, perlu diperhatikan pula bahwa stapedotomi dikontraindikasikan pada otosklerosis yang aktif dan otosklerosis yang sudah mencapai koklea. Pada keadaan ini dilakukan pemasangan actuator pada tingkap bulat di koklea.[6,18,31]

Pasien dengan batas konduksi tulang atau bone conduction (BC) >30 dB tidak disarankan menjalankan operasi stapes, walaupun air-bone gap (ABG) >25 dB, hal ini karena keuntungan yang dihasilkan dari operasi tersebut tidak terlalu signifikan dan tetap memerlukan alat bantu dengar.[14]

Terapi Farmakologis

Terapi farmakologis pada otosklerosis yang disarankan antara lain adalah natrium fluorida, bisfosfonat, dan biflavonoid-antioksidan. Natrium fluorida (NaF) merupakan drug of choice pada terapi farmakologis untuk otosklerosis.[18,32]

Natrium Fluorida

Natrium fluorida bekerja menurunkan aktivitas osteoklas dan osteolisis, sehingga dapat mengatasi remodelling tulang yang patologis. Fluorida memiliki efek stabilisasi pada otosklerosis yang aktif. Namun, pada penggunaan jangka panjang dengan dosis > 60 mg memiliki efek samping pada berbagai organ seperti gagal ginjal, hepar dan jantung. Terapi dengan natrium fluorida menstabilisasi lesi dan gangguan pendengaran, namun tidak menyembuhkan penyakit.[45,46]

Bifosfonat

Bisfosfonat digunakan sebagai salah satu modalitas terapi pada gangguan metabolisme tulang, seperti osteoporosis. Mekanisme kerjanya adalah mengurangi resorpsi tulang dengan menginhibisi osteoklas dengan cara menginduksi apoptosis osteoklas. Pada otosklerosis, obat ini diharapkan dapat menghambat atau memperlambat proses hialinisasi, sehingga menghentikan progresi penyakit agar tidak sampai ke tuli sensorineural.[45,47]

Tata laksana farmakologis dengan bisfosfonat juga mencegah progresifitas penyakit dan tuli total. Namun, obat ini sebenarnya tidak lebih efektif daripada natrium fluorida. Obat ini juga memiliki efek samping seperti, osteonekrosis mandibula, nefrotoksik, kanker esofagus, dan pada kasus yang jarang dapat menimbulkan tuli sensorineural dan tinitus yang persisten. Efek obat ini terhadap perbaikan penyakit juga tidak lebih baik daripada natrium fluorida.[45,47]

Biflavonoid

Biflavonoid dapat meningkatkan pembentukan tulang dengan menstimulasi pengendapan matriks protein tulang dan memfasilitasi mineralisasi. Pemberian obat ini pada pasien otosklerosis yang mengalami tinnitus dapat mengurangi keluhan tersebut. Obat ini dinilai aman dan dapat ditoleransi, namun masih perlu studi lebih lanjut terkait efikasinya.[45]

Vitamin D

Vitamin D berperan dalam regulasi homeostasis kalsium dan metabolisme tulang. Vitamin D juga terlibat dalam patogenesis inflamasi dan autoimun. Pada beberapa penelitian, pasien dengan penyakit autoimun memiliki kadar vitamin D yang rendah dalam darah, sehingga suplementasi vitamin D diberikan pada orang-orang tersebut. Pada otosklerosis, pemberian vitamin D diharapkan dapat memperbaiki metabolisme tulang dan memiliki efek antiinflamasi.[45]

Terapi Nonfarmakologis

Alat bantu dengar merupakan terapi nonfarmakologis pada otosklerosis yang dapat menjadi alternatif pada pasien yang menolak operasi atau yang belum diindikasikan untuk operasi. Alat bantu dengar ini bekerja mengamplifikasi suara, sehingga memperbaiki fungsi pendengaran.[48]

Selain untuk alternatif bagi mereka yang tidak melakukan operasi, alat bantu dengar pada kondisi klinis tertentu digunakan sebagai kombinasi terapi dengan stapedotomi. Pasien dengan gangguan pendengaran sedang-berat dengan tuli campuran kemungkinan membutuhkan alat bantu dengar untuk tata laksana tambahan setelah melakukan operasi stapes.[49]

Pembedahan

Tujuan pembedahan pada otosklerosis adalah untuk mengembalikan fungsi tingkap oval dan mengembalikan sistem transmisi getaran pada telinga tengah ke telinga dalam serta memperbaiki gangguan pendengaran. Tindakan pembedahan yang disarankan pada otosklerosis adalah operasi stapes, yang dilakukan dengan mengganti stapes yang mengalami otosklerosis dengan prosthesis, sehingga memperbaiki transmisi getaran lewat telinga tengah ke sel-sel sensorik pada telinga bagian dalam.[7,8,40]

Operasi stapes merupakan prosedur dengan angka kesuksesan yang tinggi, dengan persentase kesuksesan mencapai 72-94%. Namun, perlu diperhatikan pula bahwa prosedur operasi ini juga memiliki komplikasi, sehingga perlu dilakukan pemantauan post operasi.[3,39,42]

Stapedotomi dan Stapedektomi

Operasi stapes adalah teknik operasi dengan cara memutuskan hubungan stapes dengan incus, kemudian mengeluarkan stapes, lalu membuat lubang pada kaki stapes (stapedotomi) atau ikut mengeluarkan kaki stapes bersama dengan stapes (stapedektomi), kemudian stapes digantikan dengan prostetik. Prostetik ini kemudian menghubungkan incus dengan telinga dalam, menggantikan posisi stapes.[12]

Pada stapedotomi, footplate tidak diangkat, sedangkan stapedektomi ditandai dengan pengangkatan ≥ 25% kaki stapes. Indikasi operasi stapes adalah:

  • Diagnosis otosklerosis sudah dikonfirmasi
  • Terdapat tuli konduktif pada ≥ 25 dB dengan frekuensi 250 Hz-1 kHz dengan Rinne negatif pada 512 Hz
  • Hearing aid tidak dapat memperbaiki tuli campuran[12]

Kontraindikasi operasi stapes adalah:

  • Infeksi aktif pada telinga tengah dan atau eksternal
  • Otosklerosis disertai dengan penyakit Meniere dengan penurunan pendengaran ≥45 dB pada frekuensi 500 Hz dan high tone loss

  • Keadaan umum tidak stabil
  • Pekerjaan yang memerlukan fungsi vestibular yang intak[12]

Stapedotomi memberikan perbaikan pendengaran pada frekuensi nada tinggi dan memiliki angka komplikasi yang lebih rendah daripada stapedektomi. Stapedotomi dan stapedektomi dilaporkan sama-sama menghasilkan luaran yang baik untuk tuli konduktif yang disebabkan otosklerosis.[12]

Stapedotomi dan stapedektomi dilaporkan menghasilkan luaran jangka panjang yang stabil, walaupun stapedotomi memberikan hasil audiometri yang lebih baik terutama pada frekuensi tinggi. Stapedektomi juga dilaporkan memiliki angka tuli sensorineural yang lebih tinggi.[12]

Laser Stapedotomi

Laser digunakan untuk membuat bukaan pada kaki stapes. Dengan metode ini lubang yang terbentuk lebih akurat, sehingga mengurangi trauma operasi dan risiko komplikasi akan lebih sedikit. Namun, pada beberapa penelitian disebutkan bahwa sebenarnya teknik laser dan teknik konvensional memiliki luaran yang tidak berbeda bermakna, tergantung dari pengalaman operator.[6]

Round Window (RW) Drive Actuator

RW drive actuator secara langsung mentransmisi energi getar ke koklea melewati membran tingkap bulat, sehingga terjadi bypass getaran yang melewati tulang-tulang pendengaran. Dengan kata lain, metode ini akan memberikan stimulasi getaran secara langsung ke perilimfe.[31,50]

Cochlear Implant (CI)

Cochlear implant (CI) atau implant koklea memberikan perbaikan fungsi pendengaran pada pasien otosklerosis tahap lanjut yang sudah melibatkan sensorineural. Namun, kekurangan CI antara lain:

  • Harga yang lebih mahal
  • Memerlukan team implant yang berpengalaman
  • Kesulitan saat memasang elektroda karena adanya proses sklerosis dan spongiosis
  • Programming CI dapat sulit dilakukan karena progresi otosklerosis [3]

CI lebih disarankan daripada stapedotomi pada pasien otosklerosis lanjut, karena memiliki luaran yang lebih baik. Pada studi yang dilakukan oleh Merkus et al., yang membandingkan antara stapedotomi dan CI, didapatkan perbaikan persepsi kata-kata setelah CI mencapai 34-98%, sedangkan stapedotomi 17-75%.[3]

Komplikasi yang dapat ditimbulkan pada CI, antara lain:

  • Stimulasi saraf fasialis (facial nerve stimulation/FNS), hal ini dapat sembuh sendiri atau menjadi komplikasi mayor yang dapat membaik dengan melakukan reprogramming atau deaktivasi pada elektroda yang bermasalah. Insidens FNS pada orang dewasa mencapai 2,71%, sedangkan pada anak-anak mencapai 0,94%. Gejala FNS meliputi rasa kesemutan, spasme, dan nyeri wajah.
  • Gejala vestibular, seperti serangan vertigo berulang yang sifatnya dipengaruhi posisi atau spontan[3]

Referensi

3. Eshraghi AA, Ila K, Ocak E, et al. Advanced Otosclerosis. Otolaryngol Clin North Am. 2018 Apr;51(2):429–40.
6. Sharma VS, Tez SP, Rao MVS, et al. Audiological Analysis of 62 Patients with Otosclerosis Undergoing Stapedotomy with Slow-speed Microdrill. 2019;7(1):4.
7. Wiatr A, Składzień J, Strek P, et al. Carhart Notch—A Prognostic Factor in Surgery for Otosclerosis: Ear Nose Throat J. 2019 Sep 26. https://journals.sagepub.com/doi/10.1177/0145561319864571
8. Bagger-Sjöbäck D, Strömbäck K, Hultcrantz M, et al. High-frequency hearing, tinnitus and patient satisfaction with stapedotomy: A randomized prospective study. Sci Rep. 2015 Aug 21;5(1):1–10.
12. Cheng HCS, Agrawal SK, Parnes LS. Stapedectomy Versus Stapedotomy. Otolaryngol Clin North Am. 2018 Apr;51(2):375–92.
14. Rapier JJ, Theodoraki GE, Manjaly JG, et al. Stapes Surgery for 121 Patients With Mixed Hearing Loss. Ear Nose Throat J. 2019 Dec 23;014556131988572.
18. Rudic M, Keogh I, Wagner R, et al. The pathophysiology of otosclerosis: Review of current research. Hear Res. 2015 Dec;330:51–6.
31. Zhang S, Wu Y, Liu Z, et al. Hepatic pathology of biliary atresia: A new comprehensive evaluation method using liver biopsy. Turk J Gastroenterol Off J Turk Soc Gastroenterol. 2016 May;27(3):257–63.
32. Yıldız E, Kahveci OK, Ulu Ş, et al. Is there any association between calcium values and otosclerosis? J Surg Med . 2019 May 13. http://dergipark.org.tr/doi/10.28982/josam.561379
39. Ali HI, Khater NH. Otosclerosis and complications of stapedectomy: CT and MRI correlation. Alex J Med. 2018 Sep 1;54(3):197–201.
40. EL Maraghy A, Aboelwafa W, Abdel Monem M, et al. Role of high resolution multislice CT scan in otosclerosis. Egypt J Ear Nose Throat Allied Sci. 2015 Nov 1;16(3):247–54.
42. Blijleven EE, Wegner I, Tange RA, et al. Revision Stapes Surgery in a Tertiary Referral Center: Surgical and Audiometric Outcomes. Ann Otol Rhinol Laryngol. 2019 Nov 1;128(11):997–1005.
45. Liktor B, Szekanecz Z, Batta TJ, et al. Perspectives of pharmacological treatment in otosclerosis. Eur Arch Otorhinolaryngol. 2013 Mar;270(3):793–804.
46. Vicente A de O, Yamashita HK, Cruz OLM, et al. Eficácia da avaliação audiométrica no tratamento medicamentoso da otospongiose. Braz J Otorhinolaryngol. 2012 Apr;78(2):73–9.
47. Jan TA, Remenschneider AK, Halpin C, et al. Third-generation bisphosphonates for cochlear otosclerosis stabilizes sensorineural hearing loss in long-term follow-up. Laryngoscope Investig Otolaryngol. 2017;2(5):262–8.
48. Dwyer-Hemmings L, Manjaly JG, Nash R, et al. Stapes Surgery for Profound Hearing Loss Secondary to Otosclerosis. Ear Nose Throat J. 2019 Jun 1;98(5):273–8.
49. Chang C-J, Wen Y-H, Sun C-H, et al. Treatment of moderate-to-severe otosclerosis with simultaneous piston surgery and incus vibroplasty. Tzu Chi Med J. 2019;31(2):96.
50. Grossöhmichen M, Salcher R, Kreipe H-H, et al. The CodacsTM Direct Acoustic Cochlear Implant Actuator: Exploring Alternative Stimulation Sites and Their Stimulation Efficiency. PLOS ONE. 2015 Mar 18;10(3):e0119601.

Diagnosis Otosklerosis
Prognosis Otosklerosis
Diskusi Terbaru
Anonymous
Kemarin, 20:58
Mata Merah
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Saya memiliki pasien dengan mata merah dengan air mata yang keluar banyak, tdk ada demam, pilek (saya curiga dari air mata) ini apa cukup saya kasih...
dr. Ramadhan Harya Puja Kusuma
Kemarin, 14:58
Mata merah, disertai rasa gatal dan mengganjal di bagian kanan
Oleh: dr. Ramadhan Harya Puja Kusuma
1 Balasan
Alo dokter, izin bertanya, saya menemukan kasus tn x 30th dengan keluhan mata merah, disertai rasa gatal dan mengganjal di bagian kananMata berair tidak...
Anonymous
Kemarin, 14:07
Pendaftaran tim dokter konsultasi online di Alodokter
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Selamat siang, saya mau menanyakan bagaimana cara bergabung untuk bagian tim dokter konsultasi online di Alodokter? Apakah masi bs mendaftarnya. Terimakasih.. 🙏

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.