Etiologi Karsinoma Nasofaring
Etiologi karsinoma nasofaring melibatkan tiga faktor mayor, yaitu infeksi Epstein-Barr Virus (EBV), kerentanan genetik, dan faktor lingkungan.
Infeksi Epstein-Barr Virus (EBV)
Hubungan antara kanker nasofaring dan EBV pertama kali diobservasi pada tahun 1966, didapatkan adanya antibodi IgG dan IgA yang bekerja melawan komponen EBV pada pasien dengan karsinoma nasofaring. Pada sebuah kohort didapatkan adanya peningkatan antibodi IgA dan anti-DNase terhadap EBV yang memiliki hubungan kuat dengan perkembangan terjadinya karsinoma nasofaring.
Kerentanan Genetik
Insidensi karsinoma nasofaring 20-50 kali lipat lebih tinggi terjadi di Cina Bagian Selatan dibandingkan dengan populasi negara barat. Ditemukan adanya kerentanan lokus genetik yang berhubungan dengan gen HLA kelas I pada lokus kromosom 6p21. Gen ini mengkode protein untuk identifikasi dan memperkenalkan antigen asing, termasuk peptide EBV kepada sel T sitotoksik untuk memicu respon imun host melawan sel yang terinfeksi. Banyak studi yang sudah melaporkan hubungan kuat antara gen HLA kelas I terhadap kejadian karsinoma nasofaring.
Faktor Lingkungan
Beberapa studi melaporkan bahwa konsumsi makanan yang diasinkan dapat meningkatkan risiko karsinoma nasofaring pada populasi lokal di Cina. Hal ini diduga berkaitan dengan adanya kandungan nitrosamine yang mudah menguap pada makanan-makanan tradisional di Cina.
Selain daripada itu, konsumsi obat herbal juga dilaporkan meningkatkan risiko karsinoma nasofaring pada populasi Asia. Beberapa obat herbal diduga menginduksi ekspresi EBV lytic antigen sehingga menyebabkan seseorang lebih rentan terkena karsinoma nasofaring.
Paparan terhadap formaldehida, debu kayu, asap, dan polutan juga dilaporkan dapat menyebabkan karsinoma nasofaring. [2]
Faktor Risiko
Terdapat beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan angka kejadian karsinoma nasofaring, yaitu:
- Pekerjaan : Pekerjaan yang sering terpajan dengan formaldehid, debu kayu, parfum, dan bahan kimiawi dinilai dapat menjadi faktor risiko terjadinya karsinoma nasofaring melalui peningkatan inflamasi kronik pada nasofaring.
- Merokok : Merokok dinilai memiliki hubungan kuat dalam meningkatkan risiko terjadinya karsinoma nasofaring terutama pada populasi risiko rendah. [2,4]
- Alkohol : Alkoholisme juga dinilai memiliki risiko tinggi mengalami karsinoma nasofaring
- Riwayat penyakit respirasi : Berbagai studi menyatakan adanya risiko kanker nasofaring pada pasien dengan riwayat rhinitis dan sinusitis kronik, polip nasal, atau infeksi telinga sebesar dua kali lipat lebih tinggi. Adanya inflamasi dan infeksi berulang pada saluran napas dapat menyebabkan mukosa nasofaring rentan mengalami displasia. Bakteri dapat mengurangi konversi nitrat menjadi nitrit sehingga dapat menyebabkan terbentuknya komponen karsinogenik N-nitroso. [4]