Penatalaksanaan Karsinoma Nasofaring
Pilihan penatalaksanaan karsinoma nasofaring adalah radioterapi, kemoterapi, dan tindakan operatif sesuai keadaan masing-masing pasien.
Radioterapi
Radioterapi merupakan pilihan utama tatalaksana dari karsinoma nasofaring. Karsinoma nasofaring merupakan kanker radiosensitif, sehingga radioterapi merupakan pilihan utama dari semua stadium karsinoma nasofaring tanpa metastasis.
Radioterapi 2D konvensional biasanya dilakukan untuk mengontrol tumor T1 dan T2 dengan angka keberhasilan 75-90%, dan dapat mengontrol tumor T3 dan T4 dengan angka keberhasilan 50-75%. Karena tingginya insidensi keterlibatan nodus leher yang tidak terlihat (occult) disarankan untuk melakukan radiasi leher sebagai profilaksis. Perlu juga diingat bahwa radioterapi pada karsinoma nasofaring juga memiliki risiko karena di sekitar tumor terdapat organ-organ yang radiosensitif, misalnya batang otak, mata, kelenjar parotid, dan aksis hipofisis-hipotalamus. [1,8,12]
Saat ini sudah ada Radioterapi 3D dan Intensity Modulated Radiation Therapy (IMRT). IMRT merupakan bentuk radioterapi 3D yang canggih sehingga bisa memberikan dosis besar pada tumor, namun memberikan dosis sekecil mungkin pada jaringan normal. Berdasarkan studi multisenter didapatkan angka keberhasilan IMRT mencapai >90% pada tumor lokal. Dosis yang disarankan adalah 70 Gy untuk tumor primer, dan 50-70 Gy pada leher atau daerah lain yang mungkin terkena penyebaran sel kanker. [1,12]
Kemoterapi
Penggunaan radioterapi bersama dengan kemoterapi dilaporkan dapat meningkatkan angka kesintasan pasien karsinoma nasofaring. Kemoradioterapi direkomendasikan pada pasien karsinoma nasofaring stadium III dan IV. Regimen yang bisa digunakan adalah cisplatin 100 mg/m2. [1]
Operatif
Tindakan operatif primer hanya dianjurkan untuk mengambil sampel jaringan dengan tujuan diagnostik, mengambil sampel jaringan pada nodus limfa, dan untuk mengobati otitis media efusi.
Pada kasus karsinoma nasofaring residual atau rekuren, nasofaringektomi direkomendasikan sebagai tatalaksana lini pertama karena re-irradiation berisiko tinggi menimbulkan fibrosis dan nekrosis jaringan. [1]
Terapi Suportif
Efek samping dari kemoterapi pasien dengan kanker nasofaring adalah mual dan muntah. Ondansetron dipilih sebagai agen antiemetik yang diberikan pada pasien dengan karsinoma nasofaring karena dapat menghambat serotonin secara sentral dan perifer. Hal ini dapat mencegah mual dan muntah terkait kemoterapi emetogenik dan radioterapi. [8]