Diagnosis Karsinoma Nasofaring
Diagnosis karsinoma nasofaring definitif ditegakkan melalui endoscopy-guided biopsy. [1]
Anamnesis
Anamnesis yang lengkap dan menyeluruh diperlukan pada pasien dengan keluhan pada telinga, hidung, dan tenggorok. Pasien dengan kanker nasofaring biasanya datang dengan keluhan adanya massa servikal yang berasal dari sebaran metastasis ke nodus limfa. Keluhan lain yang sering dialami pasien karsinoma nasofaring adalah otitis serosa unilateral akibat obstruksi dari tuba eustachius oleh tumor primer.
Keluhan lain yang juga perlu dicurigai ke arah karsinoma nasofaring adalah obstruksi nasal, epistaksis berulang, epistaksis yang purulent, rhinorrhea yang disertai darah, kehilangan pendengaran, tinitus, nyeri kepala, dan hiposmia. Pada beberapa pasien juga dapat ditemukan keluhan adanya hiperestesia atau parestesia pada wajah bila tumor sudah mengganggu saraf trigeminal.
Tanyakan faktor-faktor risiko berupa kebiasaan makan, merokok, pekerjaan, dan konsumsi alkohol yang dapat meningkatkan risiko terjadinya karsinoma nasofaring. [1,3,6]
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik perlu dilakukan secara menyeluruh untuk membantu mengenali kanker nasofaring serta ada tidaknya metastasis atau komplikasi yang terjadi.
Pemeriksaan Leher
Temuan fisik yang paling sering adalah adanya massa servikal yang tidak nyeri, yang berasal dari pembesaran nodus limfa. Nodus limfa yang paling sering terkena adalah jugulodigastrik, nodus jugular media dan superior, serta servikal anterior.
Pemeriksaan Telinga, Hidung, dan Tenggorok
Pemeriksaan telinga untuk melihat apakah terdapat sekret serosa atau tanda-tanda tuli konduktif akibat obstruksi tuba eustachius.
Pada pemeriksaan nasofaringoskopi indirek bisa terlihat adanya massa yang meninggi pada regio nasofaring. Temuan ini paling sering didapatkan pada fosa Rosenmuller.
Pemeriksaan Saraf
Adanya kelumpuhan saraf kranial dapat terjadi pada 25%, terutama pada saraf trigeminal. [3,7]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding dari karsinoma nasofaring adalah masa sinus atau nasofaring lainnya.
Limfoma
Limfoma merupakan tumor kedua tersering pada daerah kepala dan leher. Keluhan yang dialami pasien dapat berupa benjolan daerah leher, nyeri pada tulang, sefalgia, penurunan berat badan, infeksi rekuren, dan demam berkepanjangan. Diagnosis limfoma biasanya ditegakkan berdasarkan biopsi.
Neuroblastoma Olfaktori
Kanker ini cukup jarang terjadi, sekitar 2% dari semua tumor traktus sinonasal. Keluhan yang paling sering terjadi adalah obstruksi nasal dan epistaksis. Selain itu bisa terjadi adanya sefalgia, rhinorrhea, anosmia, dan gangguan penglihatan. Pada pemeriksaan imaging didapatkan adanya massa yang memanjang melewati cribiform plate.
Polip Nasal
Pada polip nasal, keluhan yang biasanya timbul adalah obstruksi saluran napas, epistaksis, dan postnasal drip. Pada pemeriksaan fisik rhinoskopi anterior ditemukan adanya massa pada meatus nasal. [8,9]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang berupa endoscopy-guided biopsy adalah pemeriksaan yang penting untuk menegakkan diagnosis definitif dari karsinoma nasofaring. Untuk menentukan stadium kanker, dapat dilakukan pemeriksaan MRI atau CT Scan.
Endoskopi
Endoskopi diperlukan untuk melihat lesi atau visualisasi secara langsung dari tumor primer sambil juga melakukan biopsi agar sampel jaringan bisa dinilai secara histopatologi. [3,7]
Histopatologi
Gambaran histopatologi karsinoma nasofaring terdiri dari tiga tipe, yaitu non keratinising, keratinising, dan basalloid.
Pada tipe non keratinising, terdapat dua subtipe yaitu terdiferensiasi dan tidak terdiferensiasi. Kelompok ini sering ditemukan berhubungan dengan infeksi virus Epstein-Barr. Pada subtipe yang terdiferensiasi, sel-sel tumor menunjukkan diferensiasi dengan urutan maturasi yang jelas. Pada subtipe tidak terdiferensiasi tampak sel tumor dengan nukleus berbentuk oval atau bulat dan nukleoli yang prominen, batas sel tampak tidak jelas, serta sel tumor berbentuk sinkretial.
Pada tipe keratinising tampak diferensiasi skuamosa dengan jembatan interseluler dan atau keratinisasi sepanjang hampir keseluruhan jaringan kanker. Tipe basalloid adalah tipe yang langka dan biasanya lebih agresif. Gambaran berupa sel-sel skuamosa tipe basal yang imatur dengan nukleus hiperkromatik dan sitoplasma yang sedikit. [1,10]
MRI atau CT Scan
MRI atau CT Scan daerah kepala dan leher sampai dengan klavikula diperlukan untuk menilai ekstensi tumor, basis erosi tulang, dan limfadenopati servikal.
CT Scan thoraks mungkin diperlukan apabila terdapat kecurigaan metastasis. Bone scan dapat dilakukan untuk melihat adanya metastasis ke daerah tulang. [3,7,8]
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium seperti pemeriksaan darah lengkap dan profil kimiawi diperlukan pada pasien kanker nasofaring. Adanya hasil tes fungsi liver abnormal dapat memperlihatkan adanya metastasis ke liver. Pemeriksaan serologi titer EBV, seperti IgA dan IgG juga dapat dikerjakan meskipun bukan merupakan alat diagnostik untuk kanker nasofaring. [3,7,8]
Staging Karsinoma Nasofaring
Staging karsinoma nasofaring yang banyak digunakan adalah sistem TNM dari American Joint Committee on Cancer (AJCC). [11]
Tabel 1. Staging Karsinoma Nasofaring
AJCC Stage | Stage Grouping | Deskripsi |
0 | Tis N0 M0 | Tumor hanya berada di lapisan atas dari sel di dalam nasofaring, belum tumbuh ke lapisan bagian dalam (Tis). Kanker belum menyebar ke nodus limfa sekitarnya (N0) atau bagian lain dari tubuh (M0). |
I | T1 N0 M0 | Tumor berada di nasofaring. Bisa tumbuh pula di orofaring (bagian belakang dari mulut) dan/atau kavitas nasal (T1) Kanker belum menyebar ke nodus limfa sekitarnya (N0) atau bagian lain dari tubuh (M0). |
II | T1(atau T0) N1 M0 | Tumor berada di nasofaring. Bisa tumbuh pula di orofaring (bagian belakang dari mulut) dan/atau kavitas nasal (T1). ATAU, tidak ada tumor yang terlihat di nasofaring, namun kanker ditemukan di nodus limfa leher dan terdapat positif EBV (T0). Kanker sudah menyebar ke 1 atau lebih nodus limfa pada satu bagian dari leher, atau sudah menyebar ke ondus limfa di bagian tenggorok. Tidak ada nodus limfa yang lebih besar dari 6 cm (N1). Kanker belum menyebar ke bagian lain tubuh (M0). |
T1(or T0) N2 M0 | Tumor berada di nasofaring. Bisa tumbuh pula di orofaring (bagian belakang dari mulut) dan/atau kavitas nasal (T1). ATAU, tidak ada tumor yang terlihat di nasofaring, namun kanker ditemukan di nodus limfa leher dan terdapat positif EBV (T0). Kanker sudah menyebar ke nodus limfa pada kedua bagian dari leher, tidak ada nodus limfa yang lebih besar dari 6 cm (N2). Kanker belum menyebar ke bagian lain tubuh (M0). | |
T2 N2 M0 | Tumor sudah bertumbuh ke dalam jaringan bagian kiri atau kanan dari bagian atas tenggorok, namun belum menginvasi tulang (T2). Kanker sudah menjalar ke nodus limfa pada kedua bagian leher, namun tidak ada yang lebih besar dari 6 cm (N2). Kanker belum menyebar ke bagian lain tubuh (M0). | |
T3 N0 – N2 M0 | Tumor sudah menjalar ke sinus dan/atau tulang di dekatnya (T3). Kanker belum menyebar atau sudah. menyebar ke nodus limfa sekitarnya di bagian leher atau tenggorok belakang, tidak lebih besar dari 6 cm (N0 – N2). Kanker belum menyebar ke bagian lain tubuh (M0). | |
IV A | T4 N0-N2 M0 | Tumor sudah menyebar ke tulang tengkorak dan/atau nervus kranial, hipofaring, kelenjar saliva utama, mata, atau jaringan di dekatnya (T4). Kanker belum menyebar atau sudah. menyebar ke nodus limfa sekitarnya di bagian leher atau tenggorok belakang, tidak lebih besar dari 6 cm (N0 – N2). Kanker belum menyebar ke bagian lain tubuh (M0). |
Tis-T4 N3 M0 | Tumor dapat atau belum menyebar ke struktur di luar nasofaring (T apapun). Kanker sudah menjalar ke nodus limfa yang berukuran lebih dari 6 cm atau berlokasi pada daerah bahu di atas klavikula (N3). Kanker belum menyebar ke bagian lain tubuh (M0). | |
IVB | T apapun N apapun M1 | Tumor dapat atau belum menyebar ke struktur di luar nasofaring (T apapun). Kanker belum menyebar atau sudah. menyebar ke nodus limfa sekitarnya (N apapun). Kanker sudah menyebar ke bagian lain tubuh (metastasis). (M1) |