Epidemiologi Nyeri Punggung Bawah
Low back pain adalah sebuah masalah yang berdasarkan data epidemiologi sering kali ditemukan di semua ras di seluruh dunia, dengan angka kejadian yang bervariasi.
Global
Dapat diperkirakan sekitar 60-70% warga di negara maju akan mengalami nyeri punggung bawah non spesifik minimal sekali seumur hidup[2,11]. Sekitar 20% pasien dengan nyeri punggung bawah akut akan berlanjut mengalami gejala kronis [11].
Menurut penelitian Meucci R, et al., angka prevalensi nyeri punggung bawah tiga hingga empat kali lipat lebih tinggi di atas usia 50 tahun dibandingkan dengan di antara usia 18 hingga 30 tahun [12]. Nyeri punggung bawah kronis adalah 4.2% di antara usia 24 – 39 tahun dan 19.6% di antara 20–59 tahun [12]. Nyeri punggung bawah juga lebih sering ditemukan pada wanita, pada populasi dengan status ekonomi rendah, tingkat edukasi lebih rendah, dan perokok.
Indonesia
Di Indonesia, belum ada data penelitian yang menilai angka kejadian nyeri punggung bawah kronis secara menyeluruh. Namun nyeri kronis adalah alasan tersering untuk mengunjungi fasilitas pelayanan rawat jalan di Indonesia [13]. Menurut Purwata, et al., nyeri punggung bawah adalah nyeri neuropatik yang paling sering ditemukan di Indonesia [13].
Mortalitas dan Morbiditas
Low back pain jarang sekali diasosiasikan dengan mortalitas, tetapi adalah salah satu penyebab morbiditas terbesar di dunia. Nyeri punggung bawah termasuk dalam kategori sepuluh besar penyebab penurunan kualitas hidup yang diukur melalui disability adjusted life years (DALY)[15]. Di Amerika dan Inggris, low back pain adalah penyebab terbesar ijin kerja [12,15] dan memerlukan biaya sekitar 100 -200 milyar per tahunnya.