Epidemiologi Sindrom Serotonin
Data epidemiologi menunjukkan bahwa sindrom serotonin terjadi pada berbagai kelompok umur, dari neonatus hingga geriatri. Insidensi sindrom serotonin yang semakin meningkat diduga mewakili peningkatan penggunaan obat serotonergik dalam praktik klinis.
Global
Data epidemiologi sindrom serotonin menunjukkan bahwa sindrom serotonin dapat terjadi pada semua usia. Selain itu, terjadi peningkatan angka kejadian sindrom serotonin seiring dengan peningkatan penggunaan obat serotonergik di praktik klinis. Meski demikian, angka pasti insidensi sindrom serotonin masih belum jelas. Gejalanya yang bervariasi dari ringan hingga berat membuat sindrom serotonin tidak mudah terdiagnosis atau diabaikan pada beberapa kasus.
Data di Amerika Serikat menunjukkan bahwa persentase orang dewasa yang memakai antidepresan meningkat hampir dua kali lipat antara tahun 1999 dan 2010, yakni dari 6% menjadi 10,4%. Pada tahun 2016, Toxic Exposure Surveillance System melaporkan 54.410 insiden paparan Selective Serotonin Reuptake Inhibitors (SSRI) yang 43% di antaranya adalah paparan tunggal, dengan 102 kematian. Data ini menunjukkan peningkatan 18% jumlah kasus antara tahun 2002 dan 2016, serta peningkatan 8% dalam jumlah kematian.[1,2]
Indonesia
Sampai saat ini, data epidemiologi sindrom serotonin di Indonesia masih belum tersedia.
Mortalitas
Pada tahun 2002, tercatat sebanyak 93 kematian di Amerika Serikat terjadi akibat sindrom serotonin. Estimasi angka mortalitasnya sekitar 2-12%. Pada tahun 2016, data menunjukkan bahwa terdapat peningkatan penggunaan SSRI sebesar 18% dan peningkatan angka kematian sebesar 8%.[1,7]