Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • SKP Online
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit
  • Obat
  • Tindakan Medis
Penatalaksanaan Psikosomatis general_alomedika 2022-03-11T10:35:51+07:00 2022-03-11T10:35:51+07:00
Psikosomatis
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Kriteria Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Penatalaksanaan Psikosomatis

Oleh :
dr. Irwan Supriyanto PhD SpKJ
Share To Social Media:

Penatalaksanaan psikosomatis atau somatoform disorder sebaiknya fokus pada perbaikan tilikan diri pasien, di mana pasien menyadari bahwa gejala-gejala yang dialami adalah manifestasi dari stressor psikologis. Hal ini bisa dilakukan dengan cara mendiskusikan gejala yang dialami,  dengan menghubungkan stressor psikososial yang dimiliki pasien.[3]

Tata Laksana di Fasilitas Kesehatan Primer

Tata laksana yang bisa dilakukan oleh dokter umum di fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) primer adalah deteksi dini, psikoedukasi pasien mengenai gangguan yang dialami, manajemen keluhan fisik yang dialami pasien, manajemen perilaku (misalnya dengan relaksasi), dan psikoterapi suportif.[14]

Farmakoterapi juga boleh dimulai di layanan primer, tentunya dengan obat yang tersedia di layanan primer, di mana biasanya terbatas pada amitriptilin dan fluoxetine.[14]

Rujukan ke Spesialis

Pasien sebaiknya dirujuk ke spesialis bila terapi yang diberikan di fasyankes primer tidak efektif, pasien tidak patuh dengan terapi, atau terdapat komorbid/komplikasi gangguan psikiatri berat, misalnya terdapat risiko bunuh diri.

Terapi dinyatakan tidak efektif bila respon perbaikan gejala tidak ada atau minimal setelah 2 bulan, dan/atau tidak menunjukkan respon setelah pemberian antidepresan dari dua kelas yang berbeda, dengan dosis adekuat selama setidaknya 4 minggu.[12,14,15]

Psikoterapi

Psikoterapi yang bisa diberikan kepada pasien psikosomatis adalah cognitive behavioural therapy (CBT), yang bertujuan untuk memperbaiki distorsi kognitif, serta mengurangi stress, pemeriksaan medis, dan depresi. Fokus CBT adalah pada usaha-usaha untuk memodifikasi distorsi kognitif, keyakinan yang tidak realistis, kecemasan, dan perilaku yang memicu timbulnya gejala.[3,4,14]

Psikoterapi lain yang bisa diberikan adalah terapi perilaku untuk mempertahankan fungsi sosial dan pekerjaan yang semula dihalangi oleh gejala somatik. Psikoterapi perilaku yang dapat dilakukan dokter umum adalah token ekonomi (reward and punishment).Dokter mengajarkan kepada pasien untuk memberi reward kepada diri sendiri bisa target perilaku tertentu tercapai, misalnya menyelesaikan pekerjaan meskipun mengalami nyeri lambung, dan reward ditunda bila target tidak terpenuhi.[4,14]

Terapi lain yang bisa diberikan dokter umum adalah relaksasi, misalnya dengan deep breathing dan progressive muscular relaxation. Semua bentuk psikoterapi yang dilakukan oleh dokter sebaiknya didampingi dengan psikoterapi suportif.[14]

Medikamentosa

Rekomendasi medikamentosa untuk penanganan psikosomatis adalah obat antidepresan golongan selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI), karena mempunyai profil keamanan yang relatif baik. Obat-obatan antidepresan yang bisa diberikan adalah:

  • SSRI (selective serotonin reuptake inhibitor): fluoxetine, fluvoxamine, sertraline, citalopram, paroxetine, dan escitalopram

  • Trisiklik: amitriptilin, maprotilin
  • SNRI (serotonin norepinephrine reuptake inhibitors): duloxetine

  • Atipikal (obat-obat yang tidak bekerja pada sistem serotonin): mirtazapine[4]

Obat antiepilepsi dan obat antipsikotik juga bisa digunakan, tetapi bukti efektifitas untuk mendukungnya masih sedikit. Sedangkan obat antiansietas golongan benzodiazepine boleh diberikan sementara atau jangka pendek. Obat ini sebaiknya tidak digunakan sebagai modalitas terapi jangka panjang karena memiliki risiko adiksi.[3,12]

Selain mendapatkan obat psikiatri, pasien sebaiknya juga tetap mendapatkan obat-obatan yang sesuai dengan keluhan fisiknya.[3]

Referensi

3. Oyama O, Paltoo C, Greengold J. Somatoform disorders. Am Fam Physician 2007; 76: 1333–8. https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/18019877/
4. Yates WR, Shortridge AB, Forrest JS. Somatic Symptom Disorders: Background, Pathophysiology, Epidemiology. 2019. Medscape. https://emedicine.medscape.com/article/294908-overview
12. Kurlansik SL, Maffei MS. Somatic Symptom Disorder. Am Fam Physician 2016;93:49–54. https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/26760840/
13. Catartika VR. Prevalensi Penderita Gangguan Somatoform Di RSUP dr. Sardjito Tahun 2012-2014. 2016. UGM. http://etd.repository.ugm.ac.id/home/detail_pencarian/113488
14. Agarwal V, Nischal A, Praharaj SK, Menon V, Kar SK. Clinical Practice Guideline: Psychotherapies for Somatoform Disorders. Indian J Psychiatry 2020;62:S263–71. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7001354/
15. Wiborg JF, Gieseler D, Fabisch AB, Voigt K, Lautenbach A, Löwe B. Suicidality in primary care patients with somatoform disorders. Psychosom Med 2013;75:800–6. https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/24149075/

Kriteria Diagnosis Psikosomatis
Prognosis Psikosomatis

Artikel Terkait

  • Mengetahui Dan Menangani Kehamilan Palsu
    Mengetahui Dan Menangani Kehamilan Palsu
Diskusi Terkait
dr.Ciho Olfriani
15 Juli 2021
Membedakan gejala psikosomatik dan gejala organik - Jiwa Ask the Expert
Oleh: dr.Ciho Olfriani
1 Balasan
ALO dr. Prianto Djatmiko, SpKJ!Izin bertanya, Dok. Bagaimana cara membedakan gejala psikosomatis dan gejala organik, Dok?Misalnya untuk gejala nyeri ulu...
dr. Nurul Falah
14 Januari 2021
Perbedaan Hipokondriasis dengan Gangguan Somatoform - Kesehatan Jiwa Ask the Expert
Oleh: dr. Nurul Falah
3 Balasan
Alo dr. Soeklola, Sp. KJ, bagaimana cara membedakan antara Hipokondriasis dengan gangguan somatoform?Tatalaksana apa yang dapat diberikan dokter umum di...
dr. Shinta puspitasari
03 Juli 2020
Pasien wanita usia 51 tahun dengan keluhan seluruh badan terasa terbakar saat tengah malam dan kedua kaki terasa lemas serta merasa seperti melepuh ketika digunakan berjalan
Oleh: dr. Shinta puspitasari
11 Balasan
alo dokter, mohon pencerahannyasaya mendapatkan kasus pasien wanita 51 th, selalu dtg dg keluhan kedua kaki terasa lemas, tidak dpt makan sehingga BB...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.