Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • SKP Online
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit
  • Obat
  • Tindakan Medis
Etiologi Strongyloidiasis general_alomedika 2019-08-30T08:20:32+07:00 2019-08-30T08:20:32+07:00
Strongyloidiasis
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Etiologi Strongyloidiasis

Oleh :
dr. Michael Sintong Halomoan
Share To Social Media:

Etiologi strongyloidiasis adalah cacing spesies Strongyloides stercoralis. Cacing ini dapat hidup dan berkembang biak di luar inang (free-living) dan di dalam inang sebagai parasit.

Morfologi

Strongyloides stercoralis dapat hidup dan berkembang biak di luar inang (free-living) dan di dalam inang sebagai parasit. Parasit betina dapat ditemukan dalam mukosa usus halus anterior (duodenum dan jejenum atas) dan mencapai ukuran 2–2,5 mm x 50 mcm. Bagian anterior berbentuk bulat, dibandingkan bagian posteriornya yang lebih lancip. Parasit betina dapat diidentifikasi dari adanya esofagus filariform panjang (sepertiga dari panjang tubuh) dan ekor bersudut tumpul. [6,7]

Telur

Parasit betina dapat menghasilkan 30–50 telur/hari. Telur Strongyloides stercoralis memiliki bentuk oval berdinding tipis dengan panjang 50–58 mcm dan lebar 30–34 mcm. Telur cacing ini mengalami perkembangan embrio sebagian pada dua sampai delapan tingkat perkembangan sel. Telur pada betina yang bersifat parasit maupun free-living tidak berbeda. [6]

Larva

Larva rhabditiform yang menetas dalam usus memiliki ukuran panjang 180–240 mcm dan lebar 15 mcm, serta memiliki esofagus rhabditiform sepanjang sepertiga anterior tubuh. Tidak terdapat perbedaan bermakna pada larva free-living maupun parasit. Larva infektif memiliki ukuran yang berbeda dengan grade larva lainnya dengan panjang 600 mcm dan lebar 15 mcm. Larva infektif disebut juga larva filariform dengan panjang 44% dari tubuh. [6,7]

Siklus Hidup

Siklus hidup Strongyloides stercoralis lebih rumit dari cacing lain, karena cacing ini memiliki dua siklus hidup yang berbeda, yaitu free-living dan parasit.

Free-Living

Pada siklus free-living, larva rhabditiform yang keluar melalui tinja dapat menjadi larva filariform infektif atau cacing dewasa free-living yang kawin dan menghasilkan telur dari mana larva rhabditiform menetas dan akhirnya menjadi larva filariform infektif. Larva filariform menembus kulit manusia untuk memulai siklus parasit dan bermigrasi ke usus kecil.

Larva L3 diyakini bermigrasi melalui aliran darah ke paru-paru, menyebabkan host batuk dan larva ditelan untuk masuk ke saluran cerna. Namun, ada juga bukti bahwa larva L3 dapat bermigrasi langsung ke usus melalui jaringan ikat.

Betina hidup dalam epitel usus kecil dan melalui partenogenesis menghasilkan telur yang selanjutnya menetas menjadi larva rhabditiform. Larva rhabditiform dapat ditularkan melalui tinja atau dapat menyebabkan autoinfeksi.

Autoinfeksi

Dalam autoinfeksi, larva rhabditiform menjadi larva filariform infektif, yang dapat menembus mukosa usus (autoinfeksi internal) atau kulit daerah perianal (autoinfeksi eksternal). Pada kedua kasus autoinfeksi, larva filariform dapat menyebar ke seluruh tubuh.

Autoinfeksi Strongyloides stercoralis dapat menjadi indikator infeksi persisten selama bertahun-tahun pada orang yang belum pernah berada di daerah endemis dan hiperinfeksi pada orang dengan penurunan imunitas. [1,6,7]

Siklus hidup Strongyloides stercoralis. (Sumber: da Silva AJ, Moser M. Centers of Disease Control and Prevention, 2002) Siklus hidup Strongyloides stercoralis. (Sumber: da Silva AJ, Moser M. Centers of Disease Control and Prevention, 2002)

Taksonomi

Klasifikasi taksonomi Strongyloides stercoralis adalah:

  • Kingdom: Animalia
  • Filum: Nematoda
  • Kelas: Secernentea
  • Ordo: Rhabditida
  • Famili: Strongyloididae
  • Genus: Strongyloides
  • Spesies: Strongyloides stercoralis [8,9]

Faktor Risiko

Faktor risiko strongyloidiasis antara lain:

  • Tempat tinggal: tanah lembab, lingkungan banjir, pengelolaan feses yang buruk
  • Pekerjaan: pertambangan dan peternakan
  • Penderita infeksi HIV

  • Penderita human T-lymphotropic virus 1 (HTLV-1)
  • Konsumsi alkohol
  • Penderita diare
  • Penderita keganasan dan atau penurunan imunitas
  • Usia muda [6,10]

Referensi

1. CDC. Strongyloidiasis. Resources for Health Professional. 2018. https://www.cdc.gov/parasites/strongyloides/health_professionals/index.html
6. WGO Review Team. Management of Strongyloidiasis. World Gastroenterology Global Guidelines, 2018. http://www.worldgastroenterology.org/UserFiles/file/guidelines/management-of-strongyloidiasis-english-2018.pdf
7. Requena-Méndez A, Buonfrate D, Gomez-Junyent J, Zammarchi L, Bisoffi Z, Muñoz J. Evidence-Based Guidelines for Screening and Management of Strongyloidiasis in Non-Endemic Countries. Am J Trop Med Hyg. 2017;97(3):645–652. doi:10.4269/ajtmh.16-0923
8. Viney ME, Lok JB. The Biology of Strongyloides spp. WormBook, 2015. http://dx.doi.org/10.1895/wormbook.1.141.2
9. Myers P, Espinosa R, Parr CS, Jones T, Hammond GS, and Dewey TA. Strongyloides Stercoralis. The Animal Diversity Web [Internet]. 2019. Available from: https://animaldiversity.org/accounts/Strongyloides_stercoralis/classification/
10. Schär F, Trostdorf U, Giardina F, Khieu V, Muth S, Marti H, Vounatsou P, Odermatt P. Strongyloides stercoralis: global distribution and risk factors. PLoS neglected tropical diseases. 2013 Jul 11;7(7):e2288.

Patofisiologi Strongyloidiasis
Epidemiologi Strongyloidiasis
Diskusi Terbaru
dr. Budi Setiawan Lakukua
Hari ini, 16:47
Cyanocobalamin dan Methycobalamin pada neuralgia pasca herpetik
Oleh: dr. Budi Setiawan Lakukua
1 Balasan
Selamat sore, dok. Izin bertanya dok. Pada penderita penyakit neuralgia pasca herpetik dengan DM tipe 2, lebih efektif cyanocobalamin atau methycobalamin ya...
Anonymous
Hari ini, 13:44
Syarat Rekomendasi Spesialis
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Salam sejawat di Alodokter, adakah teman-teman yang mau berbagi bagaimana pengalamannya mendapatkan Rekomendasi melanjut pendidikan spesialis dokter?...
dr.Azrie Izzatul Jannah
Hari ini, 10:57
Pasien dengan injury prone wound tetanus riwayat suntik antitetanus tahun 2017
Oleh: dr.Azrie Izzatul Jannah
1 Balasan
Apabila pernah suntik ATS pd thn 2017, jika thn 2022 mengalami kecelakaan yg menyebabkan adanya prone wound tetanus, anti tetanus apa yg baiknya diberikan?...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.