Epidemiologi Strongyloidiasis
Epidemiologi strongyloidiasis lebih tinggi di wilayah tropis dan subtropis. Strongyloidiasis merupakan penyakit endemis di Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
Global
Strongyloides stercoralis diperkirakan menginfeksi 10-40% populasi pada negara tropis dan subtropis. Pada negara dengan sumber daya terbatas, serta kondisi alam dan sosioekonomi yang mendukung, tingkat infeksi dilaporkan dapat mencapai 60%.
Brazil dan Thailand merupakan negara endemik dengan tingkat infeksi tertinggi. Brazil memiliki prevalensi infeksi Strongyloides stercoralis sebesar 13%. Prevalensi strongyloides di Thailand mencapai 23,7%.
Infeksi pada negara selain tropis dan subtropis dapat terjadi dengan dukungan faktor sanitasi dan kondisi hidup yang buruk, sehingga prevalensi strongyloidiasis ditemukan tinggi pada imigran, pengungsi, wisatawan, veteran perang, dan pasien imunodefisiensi. [4,10]
Indonesia
Indonesia, sebagai bagian dari Asia Tenggara, merupakan negara endemik strongyloidiasis. Tidak banyak studi yang membahas tentang prevalensi nasional strongyloidiasis di Indonesia. Pada sebuah tinjauan yang membahas 6 studi epidemiologi di Indonesia, prevalensi strongyloidiasis diperkirakan mencapai 7,6%. [10]
Mortalitas
Mortalitas strongyoloidiasis disebabkan oleh infeksi yang berat seperti strongyloidiasis hyperinfection syndrome dan disseminated strongyloidiasis. Menurut data Los Angeles County Department of Public Health (LACDPH), terdapat 14-29 kasus kematian terkait strongyloidiasis setiap tahunnya pada periode 1991–2006.
Pada studi yang melibatkan 30 pasien dengan strongyloidiasis di Buenos Aires, tingkat mortalitas dilaporkan mencapai 20% (6 subjek). Tingkat mortalitas pada studi tersebut dikaitkan dengan koinfeksi HIV dan jumlah CD4. [6,11,12]