Edukasi dan Promosi Kesehatan Strongyloidiasis
Edukasi pada pasien strongyloidiasis diperlukan dalam mencegah peningkatan dan penularan penyakit. Promosi kesehatan diperlukan untuk mencegah strongyloidiasis. Sebagai daerah endemik strongyloidiasis, promosi kesehatan penting untuk dilakukan di Indonesia dalam pencegahan penularan kecacingan, khususnya infeksi Strongyloides stercoralis. Edukasi yang dapat dilakukan kepada pasien dan keluarga sebagai promosi kesehatan untuk mencegah strongyloidiasis hampir sama dengan upaya untuk pencegahan terjadinya askariasis. Edukasi yang dapat dilakukan kepada pasien dan keluarga sebagai promosi kesehatan strongyloidiasis menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia berupa: [15]
- Sebaiknya setiap keluarga memiliki jamban keluarga.
- Menghindari kontak dengan tanah yang tercemar oleh tinja manusia.
- Menggunakan sarung tangan jika ingin mengelola limbah/sampah.
- Mencuci tangan sebelum dan setelah melakukan aktivitas dengan menggunakan sabun.
- Menggunakan alas kaki
Pencegahan dan pengendalian kecacingan menurut WHO diperlukan pada populasi berisiko tinggi di daerah endemik. Orang yang perlu perhatian lebih dalam pencegahan kecacingan adalah:
- Anak usia pra-sekolah
- Anak usia sekolah
- Wanita usia reproduktif (termasuk ibu hamil trimester dua dan tiga serta ibu menyusui)
WHO merekomendasikan konsumsi obat anti-cacing secara rutin pada orang dengan risiko tinggi di daerah endemik tanpa penegakan diagnosis kecacingan sebelumnya. Konsumsi obat-cacing perlu dilakukan tiap tahun pada populasi dengan prevalensi kecacingan yang ditularkan melalui tanah lebih dari 20%. Konsumsi obat-cacing perlu ditingkatkan menjadi 2x per tahun bila prevalensi ini melebihi 50%. WHO menetapkan target menghilangkan morbiditas anak akibat kecacingan yang ditularkan melalui tanah pada tahun 2020.
Di Indonesia sendiri, Departemen Kesehatan merekomendasikan pemberian pencegahan farmakologi pada semua anak balita, usia prasekolah, dan usia sekolah sebanyak 1 kali setiap tahunnya. [17]