Patofisiologi Leptospirosis
Patofisiologi leptospirosis menggambarkan bakteri spirochete leptospira sp. yang menembus kulit atau mukosa. Kompleks imunopatofisiologi leptospirosis dapat menyebabkan penyakit ginjal, penyakit hepar, dan edema otot.
Ketika seseorang memiliki luka terbuka, atau abrasi pada kulit, mukosa mulut, hidung, mata, kemudian terkena air, lumpur, atau tanah, yang mengandung Leptospira sp, maka organisme ini akan memasuki aliran darah (leptospiremia), mencapai ginjal dan hati.
Sistem imun tubuh akan melisiskan bakteri tersebut, sehingga melepaskan banyak antigen, termasuk glikoprotein. Potensi virulensi kuman ini adalah produksi toksin, mekanisme imun, mengeluarkan zat hemolisin, sfingomielinase, fosfolipase, dan protein permukaan. Protein permukaan yang utama adalah lipL32, yang terdapat pada strain kuman patogenik. LipL32 adalah target respon imun tubuh dan terlibat dalam perkembangan nefritis tubulointerstitial pada pasien dengan insufisiensi ginjal. TLR2 (toll-like receptor 2) memiliki peran penting pada protein kuman dan pengenalan terhadap lipopolisakarida-nya.
Fase Pertama: Awal atau Fase Septikemia
Leptospira sp yang masuk tubuh host, dalam peredaran darah, akan melepaskan endotoksin. Kemudian akan direspon oleh imunitas tubuh host, dan menimbulkan manifestasi berupa gejala klasik pada fase awal, atau akut ini, disebut juga sebagai fase septikemia. Sebagian besar orang yang terkena kuman ini, sakitnya ringan, bahkan ada yang asimtomatik.
Fase Kedua: Imun, Ikterohemoragik atau Penyakit Weil's.
Pada 5─10% penderita Leptospirosis, fase akan berlanjut setelah 5-7 hari kemudian menjadi fase kedua, yaitu fase imun, yang diasosiasikan dengan produksi antibodi, dan ekskresi kuman kedalam urine. Intensitas yang tinggi dan kecepatan respon imun tubuh host terhadap tingginya virulensi dan toksin kuman ini, berhubungan dengan tingkat keparahan fase kedua ini. Dalam masa fase imun ini, penderita dapat mengalami manifestasi klinis yang berat, berkomplikasi dan fatal akibat kegagalan organ tubuh.
Fase imun ini merupakan penyakit fulminan, bentuk yang ikterohemoragik, atau penyakit Weil’s [1-7].