Edukasi dan Promosi Kesehatan Leptospirosis
Edukasi dan promosi kesehatan mengenai leptospirosis atau Weil’s disease perlu meliputi hewan vektor yang harus dihindari seperti tikus, faktor risiko yang perlu dijauhi seperti air banjir atau tanah kotor yang dicurigai terkontaminasi urine hewan, dan cara penularan penyakit. Mayoritas leptospirosis terjadi pada lingkungan dengan sanitasi yang buruk.[1,5,6,8,9]
Edukasi Pasien
Pasien perlu memahami bahwa leptospirosis adalah penyakit zoonosis yang disebabkan oleh bakteri Leptospira yang ditularkan melalui paparan urine hewan terinfeksi, terutama tikus, atau lingkungan yang terkontaminasi seperti air dan tanah basah.
Pada populasi risiko tinggi, seperti petani, pekerja kebersihan, nelayan, atau individu yang sering beraktivitas di area tergenang air, edukasi difokuskan pada upaya proteksi diri. Pasien harus dianjurkan untuk menggunakan alat pelindung diri seperti sepatu bot tahan air dan sarung tangan, menjaga kebersihan diri setelah kontak dengan air atau tanah yang berpotensi terkontaminasi, serta menghindari berenang atau berjalan tanpa alas kaki di air banjir.
Edukasi yang harus dijelaskan kepada pasien maupun keluarga pasien leptospirosis ringan yang dirawat jalan adalah pasien perlu minum obat sesuai anjuran dokter dan pasien harus segera menemui dokter apabila ditemukan gejala fase ikterik. Contoh gejala yang dimaksud adalah mata kuning, badan lemah, kulit pucat, dan demam tinggi.
Pasien dan keluarga juga harus mendapatkan penjelasan mengenai risiko komplikasi, terapi yang diperlukan seperti antibiotik oral doksisiklin atau antibiotik intravena sesuai derajat keparahan penyakit, dan kemungkinan prognosis.[1,5,6,8,9]
Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Edukasi dan promosi kesehatan pada masyarakat bisa berupa peningkatan kesadaran untuk perilaku hidup sehat dan bersih. Leptospirosis berkembang pada lingkungan dengan sanitasi yang buruk.
Contoh edukasi yang bisa diberikan adalah anjuran untuk mencuci tangan dan kaki dengan sabun bila terpapar air atau tanah kotor, menyimpan makanan dan minuman dengan aman, menggunakan alas kaki, membersihkan lingkungan sekitar, dan tidak membuang sampah sembarangan untuk mencegah banjir.
Selain itu, penggunaan sepatu boot atau sepatu karet dengan ukuran tinggi, sarung tangan, dan pakaian pelindung juga diperlukan pada seseorang yang berisiko tinggi, misalnya petugas kebersihan.[5,8,9]
Pembasmian sarang tikus di area perumahan maupun perkantoran juga merupakan langkah penting untuk memutus rantai penyebaran. Pengendalian tikus dapat berupa intervensi mekanik dengan memasang perangkap tikus atau intervensi kimiawi seperti umpan beracun. Selain itu, ada juga pengendalian tikus secara biologis dengan parasit, patogen, dan predator.[5,8,9]
Penulisan pertama oleh: dr. Riawati
Direvisi oleh: dr. Bedry Qintha