Prognosis Infeksi CMV
Komplikasi yang sering terjadi pada pasien yang terinfeksi CMV atau infeksi cytomegalovirus dapat dibagi menjadi komplikasi pada sistem saraf, sistem penglihatan, rongga mulut, dan komplikasi lainnya. Prognosis dari infeksi CMV pada pasien dewasa, baik pada ibu hamil maupun pada pasien dengan status imunokompromais, tergolong baik. Prognosis yang buruk terjadi pada pasien bayi dan anak, terutama yang mengidap infeksi kongenital karena terjadinya malformasi organ menetap.
Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi pada pasien yang terinfeksi CMV dapat diklasifikasikan menjadi komplikasi pada sistem saraf, sistem penglihatan, rongga mulut, dan lainnya, sebagai berikut:
- Komplikasi pada sistem saraf mencakup meningitis, ensefalitis, dan kelumpuhan saraf
- Komplikasi pada sistem penglihatan didapati adanya uveitis, strabismus, retinitis, dan atrofi optik
- Komplikasi pada rongga mulut yang sering diakibatkan oleh infeksi CMV, yaitu hipokalsemia dan hypoplasia dari enamel gigi. Kontrol rutin ke dokter gigi sangat diperlukan untuk meminimalisir komplikasi lebih lanjut
- Komplikasi lainnya yang terkait dengan infeksi CMV, yaitu kelainan hematologi, myelitis, pneumonitis, hepatitis, dan trombosis pembuluh darah
- Komplikasi dialami lebih parah pada pasien dengan status imun imunokompromais[4,5]
Prognosis pada Pasien Bayi dan Anak
Pasien bayi yang terinfeksi CMV dan bersifat simptomatik umumnya 40-58% diantaranya akan mengalami sekuele jangka panjang. Sekuele yang umumnya terjadi adalah tuli sensorineural, kebutaan, retardasi mental, epilepsi, cerebral palsy, dan gangguan tumbuh kembang.[4]
13.5% pada pasien anak yang mengalami infeksi CMV yang bersifat asimptomatik juga dapat mengalami sekuele. Sekuele yang terjadi pada sebagian besar penderita adalah tuli sensorineural. Tuli sensorineural yang terjadi dapat terjadi secara progresif, dan dapat terjadi secara unilateral maupun bilateral. Tuli sensorineural dapat tidak ditemukan saat neonates, namun dapat baru terjadi pada usia balita. 21% ditemukan sejak lahir, dan 25% ditemukan saat anak berusia 4 tahun.[4]
Prognosis pada Ibu Hamil
Prognosis infeksi CMV pada ibu hamil memiliki prognosis yang baik, namun tidak untuk janin yang dikandungnya, dikarenakan pada ibu hamil yang memiliki hasil seropositive dapat mentransmisikan virus ke janin sebesar 30-40%.[4]
Prognosis pada Pasien dengan HIV/AIDS
Prognosis infeksi CMV pada pasien dengan HIV/AIDS bergantung pada pemberian terapi antiretroviral yang sedang dijalani. Pada pasien dengan riwayat pengobatan HIV/AIDS yang tidak teratur, 30% pasien mengalami perburukan dan kerusakan organ yang cepat. Sedangkan, dengan terapi antiretroviral yang teratur dan sensitif, angka komplikasi dari infeksi CMV dapat diturunkan hingga ≥95%. Angka CD4 yang dipertahankan >100 sel/ mm3 juga memberikan prognosis yang baik terhadap terjadinya infeksi oportunistik CMV.[18]
Prognosis pada Pasien dengan Riwayat Transplantasi Organ
Terapi profilaksis antiviral pada pasien yang akan menjalani transplantasi organ memiliki prognosis baik terhadap terjadinya infeksi CMV pada resipien transplantasi organ. Namun, pada pasien yang menjalani transplantasi jantung, paru, ataupun pankreas, dan ginjal, insiden terjadinya infeksi CMV masih tinggi, 8-23%, walaupun pemberian terapi profilaksis antiviral sudah diberikan. Namun, terapi antiviral yang diberikan secara teratur dapat mencegah terjadinya komplikasi kerusakan organ yang menetap.[20]
Prognosis pada Infeksi CMV Resisten Obat
Resistensi obat perlu dicurigai apabila terdapat peningkatan dari viral loads pada plasma setelah adanya terapi CMV selama beberapa minggu. Umumnya resistensi obat jarang terjadi pada 6 minggu pertama, namun masih mungkin terjadi apabila mutasi virus terjadi cepat ataupun pada status imun yang rendah. Apabila sudah terjadi resistensi dari terapi antivirus yang diberikan, maka pengobatan antivirus inipun menjadi tidak efektif. Keluaran pada pasien dapat berbeda-beda tergantung pada sistem imun pasien tersebut, sehingga dapat terjadi asimptomatik hingga menimbulkan komplikasi yang mengancam nyawa. Namun, apabila resisten obat ini tidak terdeteksi lebih cepat, maka umumnya keluaran yang dihasilkan menjadi buruk, seperti kegagalan fungsi organ yang lebih cepat dan irreversible.[21,24]