Diagnosis Flu Burung
Diagnosis flu burung ditegakkan pada pasien dengan keluhan flu-like symptoms dengan riwayat kontak, dan dikonfirmasi melalui pemeriksaan isolasi atau biakan virus, PCR (Polymerase Chain Reaction), dan uji serologi. [3,20]
Anamnesis
Manifestasi klinis flu burung tergantung pada subtipe virus yang menginfeksi, mulai dari tanpa gejala hingga pneumonia dengan gagal organ multipel.
Manifestasi klinis awal dapat berupa Penyakit Serupa Influenza (PSI) dengan gejala demam, sakit tenggorokan, batuk, pilek, nyeri otot, sakit kepala, dan lesu. Gangguan pernapasan berat dapat terjadi sekitar 5 hari setelahnya.
Masa inkubasi dari paparan unggas yang terinfeksi terhadap manusia sekitar ≤ 7 hari, sedangkan penularan dari manusia ke manusia berkisar 3-5 hari.
Gejala lainnya yang terjadi, seperti adanya konjungtivitis, diare, muntah, nyeri dada, nyeri abdomen, serta terdapat dua kasus di Vietnam dengan gejala ensefalitis. Adanya sesak napas menandakan kelainan saluran napas bawah yang dapat memburuk dengan cepat. [2,3,20]
Pada anamnesis juga ditanyakan faktor risiko, seperti riwayat bepergian dalam 2 minggu terakhir ke area dengan penyakit flu burung yang telah didokumentasikan pada unggas, burung liar, atau manusia, serta adanya kontak dengan unggas dan manusia yang suspek atau terkonfirmasi menderita flu burung. [1,4,12]
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada penyakit flu burung dapat ditemukan peningkatan suhu tubuh, laju nadi, dan napas. Temuan pemeriksaan fisik lain dapat berupa sianosis pada bibir, ruam kemerahan, mata merah dan berair, kongesti nasal, dan mukosa tenggorok hiperemis. Selain itu, jika terjadi pneumonia akan ditemukan crackles atau wheezing di paru. [3,21]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding flu burung, antara lain pneumonia atipikal, Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS), Middle East Respiratory Syndrome (MERS), rhinoconjunctivitis akibat adenovirus, demam berdarah, serta tuberkulosis paru. Sebagian besar diagnosis banding pada penyakit flu burung memiliki manifestasi klinis serupa, namun yang membedakan adalah adanya faktor risiko seperti riwayat bepergian ke daerah endemis flu burung dalam dua minggu terakhir dan kontak terhadap unggas dan manusia yang dicurigai atau terkonfirmasi virus flu burung. [3,20]
Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis flu burung dapat ditegakkan dengan 1 dari 3 pemeriksaan penunjang, berupa pemeriksaan RT-PCR (Reverse-Transcriptase Polymerase Chain Reaction) untuk RNA avian influenza A (H5N1), kultur virus, atau peningkatan empat kali lipat antibodi spesifik H5. [3,10,20]
Untuk pemeriksaan, sampel diambil dari aspirasi nasofaringeal, serum, apus hidung, apus tenggorok, atau cairan tubuh seperti cairan pleura dan cairan ETT (Endotracheal Tube), serta usap dubur pada kasus anak. [3,10]
Pemeriksaan RT-PCR (Reverse-Transcriptase Polymerase Chain Reaction)
Deteksi virus RNA dengan pemeriksaan RT-PCR merupakan pemeriksaan yang sensitif untuk membedakan subtipe virus influenza. Pada pemeriksaan awal, hasil dapat negatif sehingga diperlukan pemeriksaan RT-PCR ulang jika kecurigaan infeksi flu burung sangat tinggi.
Pemeriksaan Serologi
Kombinasi metode virus neutralization, ELISA (Enzyme-Linked Immunosorbent Assay) dan Western blotting merupakan alat diagnostik spesifik untuk studi surveilans epidemiologi dan diagnosis retrospektif. Hasil tes positif jika terjadi peningkatan titer antibodi empat kali lipat atau lebih besar antara sampel yang diperoleh sesegera mungkin setelah timbulnya gejala dan setelah setidaknya 14 hari.
Pemeriksaan Pencitraan
Pada pasien dengan gejala sesak napas, dilakukan rontgen dada. Gambaran radiologis abnormal dapat ditemukan 3-17 hari setelah timbul demam (rata-rata dalam 7 hari), berupa:
- Infiltrat difus multifokal atau bercak
- Infiltrat interstisial
- Konsolidasi segmental atau lobar
- Progresivitas menjadi gagal napas dengan ditemukan infiltrat ground-glass, difus, bilateral, dan manifestasi ARDS
Pemeriksaan foto toraks dilakukan secara serial, antara lain saat di ruang gawat darurat, di ruang isolasi setiap hari, pada kondisi tertentu seperti setelah pemasangan Endotracheal Tube (ETT), Central Venous Catheter (CVC), dan Water Sealed Drainage (WSD), serta sebelum pasien dipulangkan. [2,20]
Rapid Influenza Diagnostic Test
Rapid Influenza Diagnostic Test (RIDT) dapat digunakan dalam situasi endemik atau pandemik untuk mengeksklusi infeksi virus influenza tipa A dan B. Pemeriksaan ini memiliki sensitivitas 80%.
Klasifikasi Diagnosis Flu Burung
WHO membagi diagnosis flu burung akibat H5N1 menjadi person under investigation, suspected H5N1 case, probable H5N1 case, dan confirmed H5N1 case.
Person Under Investigation
Seseorang yang dicurigai oleh otoritas kesehatan masyarakat terinfeksi virus flu burung.
Suspected H5N1 Case
Seseorang dengan manifestasi penyakit saluran napas bawah seperti demam, batuk, sulit bernapas, atau sesak.
DAN
Satu atau lebih paparan berikut dalam 7 hari sebelum timbul gejala:
- Kontak dekat (dalam 1 meter) dengan orang yang dicurigai atau dikonfirmasi terinfeksi H5N1
- Paparan misalnya menyembelih atau memasak unggas atau menyentuh kotoran unggas yang dicurigai atau dikonfirmasi terinfeksi H5N1 dalam 1 bulan terakhir
- Konsumsi unggas mentah atau setengah matah di daerah dimana terdapat pasien dicurigai atau dikonfirmasi terinfeksi H5N1 dalam 1 bulan terakhir
- Kontak langsung dengan hewan bukan unggas yang dikonfirmasi terinfeksi H5N1, misalnya kucing atau babi
- Berkontak dengan sampel virus H5N1, misalnya di laboratorium.
Probable H5N1 Case
Definisi 1 :
Seseorang yang memenuhi kriteria suspected case, DAN memiliki setidaknya satu kriteria di bawah ini :
- Infiltrat atau bukti adanya pneumonia akut pada rontgen dada plus tanda gagal napas (hipoksemia dan takipnea berat)
- Tes laboratorium positif untuk infeksi influenza tipe A tetapi tidak cukup bukti adanya infeksi H5N1
Definisi 2 :
Seseorang yang meninggal karena penyakit pernapasan akut yang tidak dapat dijelaskan dan dianggap terkait secara epidemiologi berdasarkan waktu, tempat, dan paparan terhadap kasus dicurigai atau dikonfirmasi H5N1.
Confirmed H5N1 Case
Seseorang yang memenuhi kriteria probable atau suspected
DAN
Hasil positif pada salah satu pemeriksaan berikut yang dilakukan oleh lembaga nasional, regional, atau internasional yang diakui WHO :
- Isolasi virus H5N1
- Hasil PCR positif terhadap H5 menggunakan 2 target PCR, misal primer spesifik influenza tipe A dan H5 HA
- Peningkatan titer antibodi netralisasi empat kali lipat atau lebih untuk H5N1 berdasarkan pengujian spesimen serum akut (dikumpulkan ≤7 hari setelah onset gejala) dan spesimen serum konvensional. Titer antibodi konvalesen juga harus 1:80 atau lebih tinggi
- Titer antibodi mikronetralisasi untuk H5N1 ≥1:80 dalam spesimen serum tunggal yang dikumpulkan pada hari ke-14 atau lebih setelah onset gejala, serta hasil positif menggunakan uji serologi yang berbeda, misal hasil positif pada western blot spesifik-H5 [3]