Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • SKP Online
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit
  • Obat
  • Tindakan Medis
Penatalaksanaan Demam Reumatik general_alomedika 2022-06-06T18:36:29+07:00 2022-06-06T18:36:29+07:00
Demam Reumatik
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Penatalaksanaan Demam Reumatik

Oleh :
dr. Shofa Nisrina Luthfiyani
Share To Social Media:

Penatalaksanaan demam reumatik akut bertujuan untuk mengeradikasi Streptococcus group A dan menghilangkan gejala yang ada. [6,7,12]

Pemilihan Antibiotik

Antibiotik pada demam reumatik tetap dianjurkan untuk diberikan tanpa mempedulikan hasil kultur tenggorokan. Antibiotik dapat berperan sebagai profilaksis primer dan sekunder. Sebagai profilaksis primer, antibiotik menurunkan risiko demam reumatik secara signifikan. Sebagai profilaksis sekunder, antibiotik bermanfaat untuk mencegah rekurensi. [27]

Antibiotik yang digunakan adalah penisilin oral (penisilin V) atau injeksi intramuskular penisilin G benzatin. Untuk pasien yang memiliki alergi terhadap penisilin, antibiotik sefalosporin generasi pertama atau makrolida dapat diberikan. [1]

Tabel 6. Pilihan Antibiotik untuk Tatalaksana Demam Reumatik Akut

Antibiotik

Dosis

Durasi
Penisilin V

- 250 mg PO diberikan 2 – 3 kali sehari (≤ 27 kg)

- 500 mg PO diberikan 2 – 3 kali sehari (> 27 kg)

10 hari
Penisilin G Benzatin

- 600,000 unit IM (≤ 27 kg)

- 1,200,000 unit IM (> 27 kg)

Sekali
Amoksisilin 50 mg/kgBB/hari PO 10 hari
Klindamisin 20 mg/kgBB/hari PO dibagi menjadi 3 dosis 10 hari
Klaritromisin 15 mg/kgBB/hari PO dibagi menjadi 2 dosis 10 hari
Azitromisin 12 mg/kgBB/hari PO 5 hari

Tatalaksana Arthritis dan Artralgia

Nyeri sendi pada arthritis dapat sangat hebat sehingga dibutuhkan analgetik. Sebelum diagnosis ditegakkan, pemberian analgetik yang disarankan adalah paracetamol dengan dosis 60 mg/kgBB/hari, dibagi menjadi 4 – 6 dosis, maksimum 4 gram. Selain parasetamol, kodein dengan dosis 0,5 – 1 mg/kgBB untuk anak dan 15 – 60 mg untuk dewasa setiap 4 – 6 jam dapat diberikan.

Pemberian obat anti inflamasi non-steroid (OAINS) pada tahap ini dapat menutupi gejala demam reumatik akut sehingga pemberiannya disarankan ditunda setelah diagnosis tegak. Setelah diagnosis tegak, paracetamol atau kodein masih dapat digunakan. Namun, jika nyeri tidak tertahankan, OAINS yang dapat diberikan adalah:

  • Naproksen 10 – 20 mg/kgBB/hari PO (maksimum 1,250 mg), diberikan 2 kali;
  • Aspirin 50 – 60 mg/kgBB/hari PO dan dapat ditingkatkan sampai 80 – 100 mg/kgBB/hari jika dibutuhkan, diberikan dalam 4 – 5 dosis per hari;
  • Ibuprofen 30 mg/kgBB/hari PO (maksimum 1,600 mg), diberikan 3 kali sehari. [6]

Tatalaksana Karditis

Sebelumnya, pasien dengan karditis disarankan untuk tirah baring. Akan tetapi, saat ini pasien dengan karditis ringan disarankan untuk tirah baring hanya sampai gejala lain seperti nyeri sendi telah teratasi. Untuk pasien dengan karditis berat, mobilisasi dapat dilakukan secara bertahap dalam 4 minggu pertama.

Tatalaksana karditis lainya umumnya bersifat suportif dan menyesuaikan dengan derajat gagal jantung yang dialami. Diuretik atau restriksi cairan dapat digunakan untuk mengurangi preload sehingga beban jantung berkurang. Penggunaan penghambat angiotensin converting enzyme juga disarankan karena mengurangi afterload. [6]

Tabel 7. Pilihan Diuretik dan ACE Inhibitor yang dapat Digunakan Untuk Karditis

Golongan

Obat

Dosis

Diuretik Furosemid

- Anak

1 – 2 mg/kgBB PO atau IV untuk dosis pertama, dilanjutkan 0,5 – 1 mg/kgBB/dosis setiap 6 – 24 jam (maksimum 6 mg/kgBB/hari)

- Dewasa

20 – 40 mg PO atau IV setiap 6 – 24 jam sampai 250 – 500 mg/hari

Spironolakton 1 – 3 mg/kgBB/hari (maksimum 100 – 200 mg/hari) PO dibagi 1 – 3 dosis
ACE inhibitor Enalapril

- Anak

0,1 mg/kgBB/hari dibagi 1 – 2 dosis dan ditingkatkan secara gradual selama 2 minggu sampai maksimal 1 mg/kgBB/hari dibagi 1 – 2 dosis

- Dewasa

2,5 mg untuk inisial, dilanjutkan 10 – 20 mg/hari (maksimum 40 mg)

Captopril

- Anak

0,1 mg/kgBB/dosis, ditingkatkan dalam 2 minggu sampai 0,5 – 1 mg/kgBB/dosis PO, diberikan setiap 8 jam (maksimum 2 mg/kgBB/dosis)

- Dewasa

2,5 – 5 mg untuk inisial, dilanjutkan 25 – 50 mg PO setiap 8 jam

Lisinopril

- Anak

0,1 – 0,2 mg/kgBB PO, diberikan 1 kali sehari, dapat ditingkatkan sampai 1 mg/kgBB PO

- Dewasa

2,5 – 20 mg/hari (maksimal 40 mg/hari) PO

Pemberian aspirin, kortikosteroid, atau imunoglobulin IV tidak menunjukkan adanya penurunan risiko insidens penyakit jantung dalam 1 tahun pasca demam reumatik akut sehingga penggunaannya tidak sebanyak dulu. [21]

Jika menggunakan kortikosteroid, obat yang dipilih adalah prednison dengan dosis 1 – 2 mg/kgBB/hari (maksimum 80 mg) per oral diberikan 1 kali sehari atau dibagi menjadi beberapa dosis sampai gagal jantung tertangani dan penanda inflamasi membaik. [6]

Tatalaksana Chorea

Manifestasi chorea biasanya dapat menghilang sendiri dan tidak memerlukan pengobatan khusus. Akan tetapi ketika gerakan mengganggu aktivitas sehari-hari, menimbulkan risiko yang berbahaya untuk pasien, atau membuat pasien dan keluarga distress, maka pengobatan dapat dipertimbangkan. [6]

Obat yang diberikan adalah karbamazepin dengan dosis 7 – 20 mg/kgBB/hari diberikan 3 kali sehari sampai gerakan terkontrol untuk beberapa minggu, kemudian diturunkan dosisnya secara perlahan. Pilihan lain adalah asam valproat yang dapat digunakan ketika gejala berat dan refrakter terhadap karbamazepin. Dosis yang diberikan adalah 15 – 20 mg/kgBB PO dibagi menjadi 3 dosis. [6]

Haloperidol dan obat neuroleptik lainnya disarankan tidak digunakan karena memiliki efek samping ekstrapiramidal. [22]

Pembedahan

Pembedahan biasanya dilakukan pada pasien dengan gagal jantung yang refrakter dengan pengobatan. Pembedahan disarankan dilakukan saat kondisi inflamasi telah mereda. [2,7] Pembedahan yang biasanya dilakukan adalah perbaikan katup mitral. Prosedur ini dinilai berhubungan dengan kelangsungan hidup yang lebih baik dibandingkan mengganti katup dengan katup mekanik. [23]

Referensi

1. Gewitz MH, Baltimore RS, Tani LY, et al; American Heart Association Committee on Rheumatic Fever, Endocarditis, and Kawasaki Disease of the Council on Cardiovascular Disease in the Young. Revision of the Jones criteria for the diagnosis of acute rheumatic fever in the era of Doppler echocardiography: a scientific statement from the American Heart Association. Circulation. 2015 May 19;131(20):1806-18
6. RHDAustralia (ARF/RHD writing group), National Heart Foundation of Australia and the Cardiac Society of Australia and New Zealand. Australian guideline for prevention, diagnosis and management of acute rheumatic fever and rheumatic heart disease (2nd edition). 2012
7. National Heart Foundation of New Zealand. New Zealand Guidelines for Rheumatic Fever: Diagnosis, Management and Secondary Prevention of Acute Rheumatic Fever and Rheumatic Heart Disease: 2014 Update. 2014
22. Garvey MA, Snider LA, Leitman SF, et al. Treatment of Sydenham’s chorea with intravenous immunoglobulin, plasma exchange, or prednisone. J Child Neurol. 2005;20:424-9
23. Remenyi, B., Webb, R., Gentles, T., Russell, P., Finucane, K., Lee, M., & Wilson, N. (2013). Improved Long-Term Survival for Rheumatic Mitral Valve Repair Compared to Replacement in the Young. World Journal for Pediatric and Congenital Heart Surgery, 4(2), 155–164. doi:10.1177/2150135112474024
27. Wallace, Mark R. Rheumatic Fever. Medscape, 2017. https://emedicine.medscape.com/article/236582-overview

Diagnosis Demam Reumatik
Prognosis Demam Reumatik

Artikel Terkait

  • Manfaat Demam: Tunda atau Turunkan dengan Cepat?
    Manfaat Demam: Tunda atau Turunkan dengan Cepat?
Diskusi Terbaru
Anonymous
Hari ini, 10:54
Apakah gejala dibawah tersebut sudah bisa di diagnosis HFMD ( Hand foot and Mouth Disease)?
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Pasien anak umur 4 tahun / perempuan. Dengan gejala Bercak kemerahan di telapak tangan, kaki, dan betis namun tidak ada kemerahan dibagian mulut, gejala...
dr. Intan Fajriani
Hari ini, 10:51
Live Webinar Alomedika - Defisiensi Zat Besi: Kenali Faktor Risiko dan Strategi Pencegahannya pada Anak. Sabtu, 2 Juli 2022. Pukul : 14.00 - 15.30
Oleh: dr. Intan Fajriani
1 Balasan
ALO, Dokter! Jangan lewatkan Live Webinar dengan topik, "Defisiensi Zat Besi: Kenali Faktor Risiko dan Strategi Pencegahannya pada Anak."Narasumber : dr....
dr.Prionoto
Hari ini, 07:54
Sertifikat kompetensi
Oleh: dr.Prionoto
2 Balasan
Alo dokter, mau Tanya tentang serkom, sy blm dapat lembaranya... Bgm cara mendapatkannya... Klo tdk salah pernah sdh terbit tapi dokumennya blm dikirim ke...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.