Penatalaksanaan Cacar Air (Varicella)
Prinsip penatalaksanaan cacar air (varicella) adalah suportif. Pada beberapa keadaan, dapat diperlukan penggunaan antivirus.
Terapi suportif
Pada anak yang sehat, gejala cacar air (varicella) yang timbul umumnya ringan dan dapat sembuh sendiri. Terapi simptomatik yang dapat diberikan berupa:
-
Pengobatan topikal di lesi kulit dapat menggunakan lotio calamine atau kompres dingin untuk mengurangi rasa gatal
- Tetap menjaga kebersihan kulit dengan mandi dua kali sehari.
- Hindari memencet atau memecahkan vesikel, serta berhati-hati dalam membersihkan badan dengan handuk sehingga vesikel tidak pecah.
- Apabila terdapat infeksi sekunder pada lesi kulit, boleh ditambahkan antibiotik topikal atau sistemik.
-
Penggunaan antihistamin sebagai pereda gatal dapat diberikan dengan pilihan: difenhidramin 1,25 mg/kg, loratadine 5-10 mg/hari, dan chlorpheniramine maleate 6-12 mg/hari
- Penggunaan antipiretik jarang diperlukan. Aspirin berisiko menimbulkan Sindrom Reye, sedangkan parasetamol cenderung memperburuk penyakit dan tidak meringankan gejala. Namun beberapa sumber menyatakan pemakaian parasetamol masih bisa diberikan.
Terapi antivirus
Terapi antivirus tidak diberikan pada kasus cacar air (varicella) tanpa penyulit. Terapi antivirus diberikan secepatnya pada kasus varicella dengan penyulit atau pada pasien dengan risiko tinggi. Yang dapat digolongkan sebagai pasien dengan risiko tinggi adalah:
- Penderita keganasan atau kelainan limfoproliferatif
- Pengguna kortikosteroid, seperti anak dengan asma atau dermatitis atopik
- Sindroma nefrotik
- Pasien yang sedang dalam terapi kanker (sitostatik, radioterapi)
- Defisiensi imun, misalnya pada penderita HIV/AIDS
- Penyakit kolagen
- Bayi baru lahir
Terapi antivirus terbukti efektif menurunkan angka morbiditas dan mortalitas pada pasien immunocompromise jika diberikan dalam waktu 24 jam sejak munculnya ruam. Obat antivirus yang dapat menjadi pilihan adalah Asiklovir 80 mg/kgBB/hari per oral dibagi dalam 5 dosis selama 5 hari, atau intravena setiap 8 jam selama 7 hari. Pilihan lain adalah vidarabin 10 mg/kgBB selama 5 hari.
Pada terapi dengan asiklovir, pasien disarankan mendapat cukup hidrasi karena asiklovir dapat mengkristal di tubulus renal pada keadaan dehidrasi. [1,2,7]
Varicella Zoster Immunoglobulin (VZIG)
Varicella zoster Immunoglobulin (VZIG) diberikan sebagai profilaksis paska pajanan. VZIG diindikasikan untuk :
- Individu yang memiliki kontraindikasi pemberian vaksinasi varicella
- Neonatus yang ibunya mengalami gejala varicella dalam 5 hari sebelum persalinan hingga 2 hari setelah persalinan.
- Pajanan paska natal pada bayi prematur (usia gestasi <28 minggu atau berat badan lahir <1.000 gram)
- Ibu hamil yang terpajan
- Petugas kesehatan dan individu yang rentan terinfeksi
Dalam memberikan VZIG, harus dipertimbangkan beberapa hal, yaitu :
- Apakah individu termasuk kelompok risiko tinggi
- Apakah pajanan memiliki kemungkinan yang besar untuk menimbulkan penyakit
- Apakah individu berisiko lebih besar mengalami komplikasi dibandingkan dengan populasi umum
Varicella zoster Immunoglobulin (VZIG) diberikan dalam kurun waktu 72 jam paska pajanan atau dalam 96 jam pada pasien immunocompromise. VZIG dikontraindikasikan pada pasien yang sudah mendapat vaksinasi varicella dan sudah seropositif. Dosis yang direkomendasikan adalah 125 IU/10kgBB, dengan dosis minimal 125 IU dan maksimal 625 IU. VZIG diberikan secara intramuskular.
Pemberian VZIG relatif aman dengan efek samping minimal berupa nyeri dan bengkak di daerah injeksi pada 1% pasien. Terkadang muncul efek samping berupa keluhan gastrointestinal, pusing dan ruam yang terjadi pada <0,2%, dan syok anafilaktik dan angioedema terjadi hanya pada <0,1% resipien. [2]