Diagnosis Cacar Air (Varicella)
Anamnesis cacar air (varicella) biasanya cukup ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan penunjang jarang diperlukan kecuali pada kasus-kasus yang berat atau inkonklusif.
Anamnesis
Pada anamnesis cacar air (varicella), perlu ditanyakan riwayat kontak dengan penderita varicella selama masa inkubasi, yaitu sekitar 10-21 hari. Perlu juga ditanyakan adanya faktor risiko cacar air (varicella), seperti konsumsi steroid, kehamilan, dan riwayat imunisasi.
Hal lain yang perlu ditanyakan adalah riwayat kehamilan dan penyakit ibu selama hamil pada pasien neonatus. Riwayat alergi, riwayat penyakit lain, riwayat obat-obatan, dan riwayat penyakit dahulu juga perlu ditanyakan untuk menegakkan diagnosis dan menyingkirkan diagnosis banding.
Gejala yang dikeluhkan pasien cacar air (varicella) bergantung pada usia pasien, status imun, dan stadium penyakit. Pada stadium prodromal, kira-kira setelah 14-15 hari masa inkubasi, gejala prodormal seperti demam yang tidak begitu tinggi, mual, nyeri sendi, malaise, dan sakit kepala umumnya timbul. Namun gejala prodormal ini jarang dikeluhkan pasien anak. Pada anak, biasanya gejala awal dimulai dengan ruam kemerahan (eksantema) yang bisa dengan atau tanpa demam yang tidak begitu tinggi dan malaise. Gejala prodormal umumnya berlangsung 1-2 hari sebelum munculnya ruam, dan pada fase ini beberapa penderita sudah dapat menularkan virus varicella.
Pada stadium erupsi, keluhan berupa lesi kulit mulai muncul. Lesi kulit awal yang timbul dimulai dari kulit kepala, wajah, badan, dan anggota gerak proksimal berupa makula kemerahan yang sangat gatal. Dalam 12-14 jam makula akan berubah menjadi papula dan vesikel. Vesikel akan membesar hingga hari kelima sebelum akhirnya pecah. Vesikel yang pecah kemudian akan mengering membentuk krusta. Setelah 2 minggu biasanya keluhan dapat sembuh dengan sendirinya. Penularan dapat terjadi 3 sampai 7 hari setelah ruam muncul. Vesikel juga dapat timbul di mukosa mulut, terutama palatum. Vesikel ini dengan cepat pecah sehingga sering luput dari pemeriksaan, bekasnya berupa ulkus dangkal dengan diameter 2-3 mm.
Penyembuhan dimulai dengan pembentukan sel epitel kulit baru dari dasar lesi. Lesi kulit terbatas pada epidermis sehingga tidak menimbulkan bekas. Jaringan parut atau skar yang terbentuk biasanya merupakan akibat dari luka garukan atau infeksi sekunder.
Pada pasien dewasa biasanya gejala yang timbul lebih berat, seperti ruam yang lebih luas penyebarannya, waktu demam yang lebih panjang, dan risiko timbulnya komplikasi lebih besar. Komplikasi yang paling sering muncul adalah pneumonia varicella.
Pada pasien immunocompromise, varicella dapat menjadi berat bahkan menyebabkan kematian. Hal ini dikarenakan respon imun tubuh gagal mengatasi replikasi dan penyebaran virus. [1,2,5]
Sindroma Varicella Kongenital
Apabila ibu yang sedang hamil mengalami infeksi varicella, maka penularan virus varicella dari ibu ke janin dapat terjadi. Jika infeksi terjadi pada usia 6-12 minggu kehamilan, hal ini dapat menyebabkan gangguan pada pertumbuhan ekstremitas (malformasi ekstremitas). Sedangkan jika infeksi terjadi pada usia 16-20 minggu kehamilan, dapat menyebabkan kelainan mata dan otak, seperti katarak kongenital, korioretinitis, nekrosis otak, ataupun atrofi serebri.
Gejala lainnya yang dapat timbul pada sindroma varicella kongenital adalah atrofi otot, skar pada kulit, gangguan pembentukan jari tangan dan kaki, berat badan lahir rendah, ataupun mikrosefali.
Apabila infeksi terjadi pada hari kelima atau lebih sebelum kelahiran, antibodi IgG maternal dapat melindungi janin dari infeksi varicella yang luas (disseminated varicella infection). Infeksi varicella yang luas dan parah memiliki angka mortalitas yang tinggi. [6]
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik cacar air (varicella) dapat ditemukan gambaran ujud kelainan kulit yang khas yaitu gambaran dew drop on rose petal. Karakteristik lesi pada infeksi varicella adalah vesikel yang dikelilingi halo yang kemerahan, sehingga tampak seperti tetesan embun. Terdapat semua tingkatan lesi kulit (lesi aktif maupun lesi tahap penyembuhan) dalam waktu bersamaan pada satu area.
Karena rasa gatal pada stadium erupsi, biasanya bisa ditemukan juga luka bekas garukan. Lesi biasanya sembuh tanpa pembentukan jaringan parut atau skar. Namun luka lecet akibat garukan atau infeksi bakteri sekunder dapat meningkatkan risiko terbentuknya skar. [1,2]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding cacar air (varicella) bergantung pada gambaran ujud kelainan kulit yang muncul. Secara umum, diagnosis cacar air (varicella) cukup jelas, karena manifestasi klinis yang khas. Namun, pada keadaan dimana gejala dan lesi kulit tidak khas, varicella dapat didiagnosis banding dengan :
- Pemfigoid bulosa
- Dermatitis herpetiformis
- Infeksi Herpes Simplex Virus
- Erupsi obat
- Eritema multiformis
- Impetigo
- Gigitan serangga
Sifilis [1,2]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang jarang diperlukan untuk menegakkan diagnosis cacar air (varicella). Apabila pemeriksaan penunjang diperlukan, dapat dilakukan tes tzanck, tes serologi, maupun radiologi.
Tes Tzanck (Imunohistokimia)
Pada tes tzanck, dilakukan pemeriksaan menggunakan kerokan kulit luar dari vesikel varicella. Kemudian, preparat difiksasi di atas api sebanyak 3 kali. Lalu preparat direndam dalam alkohol 96% dan dibilas. Setelah itu, teteskan larutan Giemsa (1:10) dan diamkan selama 30 menit, lalu bilas dengan air mengalir lalu keringkan.
Pada pemeriksaan di bawah mikroskop dengan pembesaran 100 kali, akan didapatkan hasil positif jika ditemukan sel datia berinti banyak dan badan inklusi.
Teknik Polymerase Chain Reaction (PCR)
Teknik polymerase chain reaction (PCR) adalah suatu metode kultur virus yang dapat digunakan untuk mendeteksi DNA maupun protein virus. Spesimen sebaiknya disimpan di dalam es atau pendingin dengan suhu –70 C.
Hasil PCR dikatakan positif apabila ditemukan DNA VZV pada jaringan kulit ataupun vesikel.
Tes Serologi
Tes serologi yang dapat digunakan adalah pemeriksaan IgM dan IgG varicella. IgM adalah antibodi penanda infeksi primer atau akut dari varicella. Sementara IgG merupakan penanda status imunologi seseorang terhadap varicella, yaitu untuk mengetahui adanya antibodi yang didapat dari vaksinasi atau riwayat infeksi varicella sebelumnya.
Teknik serologi lainnya yang juga popular adalah tes aglutinasi lateks yang akan mendeteksi keberadaan antibodi terhadap VZV. Tes serologi yang sensitif dan spesifik namun tidak banyak tersedia adalah fluorescent antibody to membrane assay.
Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan rontgen toraks akan diperlukan pada penderita cacar air (varicella) dewasa yang mengalami gejala mirip pneumonia. [1,2,6]
