Penatalaksanaan Anthrax
Penatalaksanaan utama pada penyakit anthrax adalah pemberian antibiotik. Terapi suportif juga diperlukan, misalnya penggunaan ventilasi mekanik pada pasien dengan anthrax inhalasi. [5]
Profilaksis setelah Paparan (Postexposure Prophylaxis)
Profilaksis setelah paparan (PEP) dapat menyelamatkan banyak nyawa. Pada pasien asimptomatik, pemberian antibiotik profilaksis dan vaksin harus secepatnya diberikan tanpa memedulikan status vaksinasi pasien. Antibiotik profilaksis diberikan selama 60 hari untuk perlindungan segera, dan 3 dosis vaksin anthrax diberikan untuk perlindungan jangka panjang.
Ciprofloxacin dan doxycycline oral adalah antibiotik lini pertama yang disarankan untuk PEP anthrax inhalasi. Antibiotik alternatif adalah levofloxacin, moxifloxacin, amoxicillin, dan clindamycin. Dosis yang direkomendasikan CDC :
- Ciprofloxacin 500 mg setiap 12 jam
- Doxycycline 100 mg setiap 12 jam
- Levofloxacin 750 mg setiap 24 jam
- Moxifloxacin 400 mg setiap 24 jam
- Clindamycin 600 mg setiap 8 jam
Anthrax Vaccine Adsorbed (AVA) diberikan secara subkutan pada saat paparan. Kemudian, AVA diberikan pada 2 dan 4 minggu setelahnya. [2,26]
Antibiotik
Terapi antibiotik merupakan terapi utama dalam penatalaksanaan anthrax. Terapi dipilih berdasarkan klinis pasien.
Antibiotik jika ada Kecurigaan Meningitis
Antibiotik empiris untuk anthrax jika dicurigai terjadi meningitis atau kemungkinan meningitis tidak dapat disingkirkan harus melibatkan lebih dari 3 antibiotik. Lebih dari 1 antibiotik harus bersifat bakterisidal, lebih dari 1 harus berupa inhibitor sintesis protein, dan kesemuanya harus memiliki penetrasi saraf pusat yang baik.
Agen bakterisidal fluoroquinolone yang dapat dipilih :
- Ciprofloxacin 400 mg setiap 8 jam
- Levofloxacin 750 mg setiap 24 jam
- Moxifloxacin 400 mg setiap 24 jam
Agen bakterisidal beta laktam yang dapat dipilih :
Meropenem 2 gram setiap 8 jam
- Imipenem 1 gram setiap 6 jam
- Doripenem 500 mg setiap 8 jam
- Penicillin G 4 juta unit setiap 4 jam
Ampicillin 3 gram setiap 6 jam
Obat inhibitor sintesis protein yang dapat dipilih :
- Linezolid 600 mg setiap 12 jam
- Clindamycin 900 mg setiap 8 jam
Rifampicin 600 mg setiap 12 jam
Chloramphenicol 1 gram setiap 6-8 jam
Antibiotik diberikan selama 2-3 minggu atau hingga pasien stabil secara klinis. [26]
Antibiotik jika Meningitis dapat Disingkirkan
Pilihan antibiotik anthrax sistemik sebetulnya mirip dengan yang dicurigai meningitis. Namun, jika meningitis dapat disingkirkan, maka antibiotik yang digunakan cukup 2 saja, setidaknya 1 memiliki efek bakterisidal dan setidaknya 1 merupakan inhibitor sintesis protein. Pilihan terapi pada kasus yang sensitif terhadap penicillin adalah :
- Ciprofloxacin 400 mg setiap 8 jam
- Levofloxacin 750 mg setiap 24 jam
- Moxifloxacin 400 mg setiap 24 jam
- Meropenem 2 g setiap 8 jam
- Imipenem 1 g setiap 6 jam
- Doripenem 500 mg setiap 8 jam
- Vancomycin 60 mg/kg/hari secara intravena dalam dosis terbagi setiap 8 jam
Pada kasus yang sensitif penicillin pilihan obat bakterisidal adalah penicillin G 4 juta unit setiap 4 jam atau ampicillin 3 gram setiap 6 jam. Kemudian, perlu ditambahkan inhibitor sintesis protein seperti clindamycin 900 mg setiap 8 jam, linezolid 600 mg setiap 12 jam, doxycycline dosis inisial 200 mg dilanjutkan 100 mg setiap 12 jam, atau rifampicin 600 mg setiap 12 jam. [26]
Antibiotik untuk Anthrax Kutaneus yang Tidak Melibatkan Sistemik
Anthrax kutaneus tanpa komplikasi dapat diterapi dengan antibiotik oral tunggal. Fluoroquinolone adalah pilihan utama. Alternatif yang dapat digunakan adalah clindamycin.
- Ciprofloxacin 500 mg setiap 12 jam
- Doxycycline 100 mg setiap 12 jam
- Levofloxacin 750 mg setiap 24 jam
- Moxifloxacin 400 mg setiap 24 jam
- Clindamycin 600 mg setiap 8 jam [26]
Kortikosteroid
Kortikosteroid dapat digunakan sebagai terapi suportif anthrax untuk mengurangi peradangan pada meningitis dan edema yang berat. Dexamethasone dapat digunakan dengan dosis 0,75-9 mg per hari, diberikan 2-4 kali sehari secara intravena, intramuskular, atau per oral. Pemberian steroid harus disertai dengan tappering off. [1,2]
CDC menyatakan bahwa belum terdapat data ilmiah yang cukup untuk menggunakan steroid dalam kasus anthrax. Namun, kortikosteroid adjuvan dapat dipertimbangkan pada pasien dengan gejala edema, kecurigaan atau bukti anthrax meningitis, atau syok resistan vasopresor. [26]
Antidot
Antidot anthrax juga dapat diberikan untuk mengurangi efek toksin anthrax, beberapa antidot yang dapat digunakan antara lain :
- Anthrax immunoglobulin sebagai imunisasi pasif
- Raxibacumab, antibodi monoklonal rekombinan yang mengikat toksin jenis protective agent (PA).
- Oblitoxaximab, antibodi monoklonal yang mengikat toksin jenis protective agent (PA) [1,2]
Perlindungan Diri bagi Pekerja Medis
Anthrax adalah agen biologis yang infeksius dan memiliki fatalitas tinggi. Penggunaan alat perlindungan diri yang adekuat dapat mencegah penularan dan menjaga keselamatan tenaga medis.
Protektor respirasi yang digunakan harus sesuai standar. Selain itu, gunakan juga garmen protektif seperti baju, sarung tangan, dan sepatu bot. Alat perlindungan diri ini digunakan untuk mencegah paparan terhadap saluran napas dan kulit pekerja medis. [27]