Etiologi Tenosynovitis
Etiologi tenosynovitis adalah infeksi, tetapi juga dapat non-infeksi. Penyebab non-infeksi misalnya autoimun, penggunaan berlebihan (overuse), anatomi, faktor hormonal, dan idiopatik.[1–4]
Infeksi
tenosynovitis infektif disebabkan oleh mikroorganisme patogen yang menginfeksi secara inokulasi langsung, atau secara penyebaran dari infeksi lokal maupun sistemik. Mikroorganisme yang sering ditemui pada kasus tenosynovitis adalah Staphylococcus aureus (40−75%) dan Methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA, 29%. Selain itu, bisa ditemui juga bakteri Staphylococcus epidermidis, Streptococcus beta-hemolitikus, Pseudomonas aeruginosa, Eikenella pada gigitan manusia, dan Pasteurella multocida pada gigitan hewan.[1]
Autoimun
Terdapat korelasi kuat antara rheumatoid arthritis dengan tenosynovitis. Sekitar 87% pasien dengan rheumatoid arthritis mempunyai gambaran tenosynovitis pada pemeriksaan magnetic resonance imaging (MRI). Psoriasis juga seringkali terkait dengan kondisi autoimun, tetapi hal ini belum bisa dibuktikan dengan jelas.[1]
Penggunaan Berlebihan (Overuse)
Gerakan repetitif yang kronis dapat menyebabkan peradangan pada selubung sinovial. Kondisi ini sering dikenal dengan sebutan repetitive strain injury atau overuse syndrome. Contohnya ketika bekerja dengan komputer dalam waktu lama, dapat menyebabkan jari, pergelangan tangan, dan lengan bawah menegang sehingga meningkatkan resiko iritasi tendon yang bisa berlanjut menjadi tenosynovitis.[1]
Pada stenosing tenosynovitis, terdapat penebalan retikulum atau pulley yang diakibatkan oleh penggunaan yang berlebihan, repetitif, terkait dengan olahraga dan aktivitas profesi yang mana merupakan faktor mekanik pemicu kondisi. Pada tenosynovitis de Quervain, aktivitas pemicunya adalah gerakan repetitif pada ibu jari (fleksi, ekstensi, dan rotasi), deviasi ulnar pada karpal, penggunaan gunting, serta penggunaan gawai untuk mengetik.[2]
Faktor Anatomi dan Hormonal
Stenosing tenosynovitis adalah kondisi unik yang disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk di antaranya adalah faktor anatomi lokal, faktor mekanik, dan faktor hormonal. Bentuk utamanya adalah tenosynovitis de Quervain. Adapun bentuk lainnya adalah trigger finger atau yang merupakan stenosing tenosynovitis pada tendon flexor digitorum; stenosing tenosynovitis pada tendon extensor carpi ulnaris, extensor carpi radialis, atau extensor communis; stenosing tenosynovitis pada tendon flexor hallucis; maupun stenosing tenosynovitis pada tendon peroneal.[2]
Faktor anatomi pada stenosing tenosynovitis, terdapat penebalan retinakulum atau pulley yang melingkupi selubung sinovial. Akibatnya terowongan osteofibrosa menyempit dan menekan tendon yang berada di dalamnya.[2,3]
Sedangkan faktor hormonal pada stenosing tenosynovitis adalah perubahan hormon estrogen yang disinyalir sebagai salah satu pemicu. Studi menemukan bahwa keluhan muskuloskeletal biasa muncul pada follow-up 5 tahun pasca pemberian terapi hormonal, misalnya pada penderita kanker payudara. Sebanyak 93% kasus mengalami perubahan periartikuler yang terdiri dari 50% tenosynovitis de Quervain, 19% trigger finger, dan 33% tenosynovitis tendon fleksor, ekstensor, dan ekstensor radialis.[2]
tenosynovitis de Quervain juga terjadi pada masa nifas, yang dikenal dengan sebutan baby wrist. Namun, sulit untuk membedakan etiologinya apakah disebabkan oleh faktor mekanik karena mengasuh bayi semata atau terkait dengan faktor hormonal.[2]
Penyakit diabetes melitus perlu dicurigai pada pasien dengan trigger finger multipel. Di mana prevalensi trigger finger pada pasien diabetes berkisar antara 10–20%, jauh lebih tinggi dibandingkan populasi umum sekitar 1,7–2,6%.[2]
Faktor Resiko
Faktor risiko stenosing tenosynovitis tidak diketahui, tetapi sejauh ini disebabkan multifaktorial, di antaranya adalah perubahan genetik seperti gen KLHL1 dan POLE2. Beberapa studi dilakukan untuk menyediakan bukti ilmiah terkait hal ini, tetapi sejauh ini studinya belum banyak dan bukti yang ada masih belum kuat.[6]
Selain itu, stenosing tenosynovitis juga bisa dipengaruhi oleh kondisi sistemik seperti insufisiensi renal, penyakit tiroid, diabetes melitus, dan masalah okupasi.[3]
Faktor resiko tenosynovitis de Quervain adalah gerakan repetitif pada ibu jari atau deviasi ulnar pada karpal. Selain itu, dilaporkan adanya faktor resiko meningkat berkaitan dengan penggunaan gunting serta penggunaan gawai untuk mengetik. tenosynovitis de Quervain juga dinyatakan berkaitan secara signifikan dengan adanya gen rs35360670 pada kromosom 8.[2,3,7]