Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • SKP
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Kanker Rektum general_alomedika 2023-02-28T13:39:02+07:00 2023-02-28T13:39:02+07:00
Kanker Rektum
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Kanker Rektum

Oleh :
dr. Nurul Falah
Share To Social Media:

Diagnosis kanker rektum meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik yang menyeluruh yang kemudian dikonfirmasi dengan berbagai pemeriksaan penunjang. Adapun skrining terutama pada pasien berisiko tinggi dapat membantu memperbaiki prognosis dan menurunkan mortalitas.[1,4]

Anamnesis

Anamnesis mengumpulkan data dari gejala yang dialami pasien serta riwayat penyakit dan kesehatan selama ini. Perdarahan peranum (hematochezia) adalah gejala yang paling sering dijumpai, yaitu pada 60% pasien dengan kanker rektum. Meski demikian, kanker rektum terutama pada stadium dini sering juga tidak disertai gejala apapun dan dapat ditemukan pada saat pemeriksaan anus atau skrining proktoskopik. [4,6]

Gejala lain dari kanker rektum antara lain:

  • Perubahan pola defekasi: diare, perubahan kaliber atau bentuk feses, BAB tidak tuntas dan tenesmus
  • Perdarahan samar: biasanya dideteksi dari pemeriksaan fecal occult blood test (FOBT)
  • Nyeri abdomen: kolik dan disertai kembung atau begah
  • Nyeri punggung: biasanya merupakan gejala akhir yang diakibatkan invasi tumor atau penekanan pada saraf tulang belakang
  • Gangguan berkemih: biasanya akibat tumor menginvasi atau menekan kandung kemih dan prostat
  • Nyeri pelvis: gejala akhir, biasanya mengindikasikan keterlibatan saraf tulang belakang
  • Gejala kegawatdaruratan seperti peritonitis akibat perforasi dapat terjadi pada 3% kasus[4,6]

Faktor risiko juga perlu ditanyakan pada pasien, seperti riwayat polip adenomatosa, inflammatory bowel disease, dan riwayat kanker kolorektal pada keluarga. Gaya hidup juga perlu digali lebih lanjut, termasuk pola diet, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, dan aktivitas fisik.[3,4]

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik diperlukan untuk menentukan ukuran dan lokasi kanker rektum. Pemeriksaan fisik tambahan diperlukan untuk menilai kemungkinan lesi metastasis, termasuk pembesaran nodus limfatik, ascites, ataupun hepatomegali.[4,6]

Pemeriksaan fisik utama meliputi:

  • Pemeriksaan colok dubur (digital rectal examination): rata-rata jari dapat menjangkau sekitar 8 cm di atas garis dentate. Pemeriksaan ini dapat menilai ukuran tumor, ada tidaknya ulserasi, menilai keadaan nodus limfatik pararektum, fiksasi tumor ke jaringan sekitar, dan tonus sfingter ani

  • Rigid proctoscopy: pemeriksaan ini dapat membantu mengidentifikasi lokasi pasti dari tumor[4,6]

Diagnosis Banding

Beberapa diagnosis banding kanker rektum perlu dipertimbangkan, yaitu penyakit Celiac, inflammatory bowel disease, kanker kolon, dan divertikulitis.[1,2]

Penyakit Celiac

Penyakit Celiac merupakan penyakit autoimun yang berkaitan dengan konsumsi gluten. Penderita penyakit Celiac akan mengalami diare, lemas, dan anemia. Gejala ini serupa dengan gejala kanker rektum. Untuk membedakannya akan diperlukan skrining untuk kanker rektum dan pemeriksaan untuk konfirmasi penyakit Celiac, mencakup tes serologi untuk mencari antibodi Celiac dalam tubuh dan tes genetik untuk mencari kelainan genetik pada penderita penyakit Celiac.[10,11]

Inflammatory Bowel Disease

Inflammatory bowel disease (IBD) memiliki gejala lokal dan umum yang menyerupai kanker rektum, seperti diare atau gejala obstruktif, perdarahan peranum, nyeri perut, lemah, dan penurunan berat badan. Untuk membedakan dengan kanker rektum, dapat dilakukan kolonoskopi dan pemeriksaan histopatologi.[12,13]

Kanker Kolon

Kanker kolon merupakan keganasan yang berkembang pada jaringan kolon. Gejalanya dapat menyerupai kanker rektum seperti perdarahan peranum, diare, perubahan pola defekasi, nyeri abdomen, massa pada abdomen, serta penurunan berat badan yang drastis. Pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan untuk membedakan keduanya adalah CT scan atau MRI, karena endoskopi atau kolonoskopi hanya dapat menilai bagian proksimal atau distal usus kecil saja.[1,14]

Divertikulitis

Divertikulitis adalah kondisi peradangan pada divertikula atau kantung-kantung yang terdapat di permukaan usus. Gejala awal yang muncul umumnya tidak spesifik, seperti nyeri ulu hati dan kembung. Pada kondisi yang lebih berat, pasien dapat mengalami perdarahan gastrointestinal dan anemia, obstruksi saluran cerna, mual, dan muntah. Rontgen dan CT scan abdomen perlu dilakukan untuk membedakan divertikulitis dengan kanker rektum.[15,16]

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang berperan penting dalam diagnosis kanker rektum. Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain endoskopi (rectosigmoidoscopy), barium enema dengan kontras ganda, MRI, ultrasonografi transrektal, computed tomographic colonography, dan CT scan. Pemeriksaan histopatologi dibutuhkan untuk menentukan patologi kanker rektum. Pemeriksaan lain seperti pemeriksaan molekular, pemeriksaan laboratorium darah (termasuk pemeriksaan darah lengkap, panel besi, panel metabolik dasar, pemeriksaan fungsi hati, uji koagulasi, dan pemeriksaan penanda tumor) berperan untuk membantu tata laksana dan evaluasi pasien dengan kanker rektum.[1,6]

Endoskopi

Endoskopi merupakan prosedur diagnostik yang penting dalam diagnosis kanker rektum. Prosedur yang direkomendasikan untuk kanker rektum adalah rectosigmoidoscopy agar lebih mudah menilai kondisi rektum, kolon sigmoid, dan anus. Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut bowel scope yang bersifat fleksibel dan memiliki kamera yang terkoneksi ke monitor secara real time.[1,4]

Pemeriksaan Barium Enema dengan Kontras Ganda

Pemeriksaan barium enema memiliki sensitivitas yang sangat tinggi untuk mendiagnosis kanker kolorektal. Pemeriksaan tidak membutuhkan sedasi dan telah tersedia di hampir seluruh rumah sakit. Namun, yang memerlukan perhatian adalah bahwa terdapat studi retrospektif yang melaporkan tingkat false negative yang tinggi dari pemeriksaan barium enema kontras ganda yaitu sebesar 26,7%. Kekurangan lain dari pemeriksaan ini adalah risiko paparan radiasi, kurang dapat mendeteksi lesi T1, sulit mendeteksi lesi di rektosigmoid, serta sulit mendeteksi lesi tipe datar maupun yang berukuran kurang dari 1 cm.[4,17]

MRI

Pemeriksaan MRI adalah salah satu alat diagnostik yang akurat untuk mendeteksi kanker rektum serta menilai stadium penyakit. Pemeriksaan MRI juga bermanfaat untuk evaluasi respon terapi dan rekurensi lokal. Berdasarkan meta analisis dari 21 studi, sensitivitas MRI dalam mendeteksi ukuran tumor dan keterlibatan nodus limfatik masing-masing adalah 87% dan 77%. Adapun spesifisitasnya adalah 75% untuk ukuran tumor dan 71% untuk keterlibatan nodus limfatik. [1,2]

Ultrasonografi Transrektal

Pemeriksaan ultrasonografi transrektal dapat membedakan kanker lokal yang melibatkan mukosa dan submukosa dengan kanker yang melibatkan muskularispropia atau lemak perirektal. Dibandingkan dengan CT scan dan MRI, ultrasonografi transrektal lebih superior untuk penentuan ukuran tumor dari kanker rektum.[1,2]

Computed Tomographic Colonography

Pemeriksaan computed tomographic colonography (CTC) atau disebut juga  sebagai kolonoskopi virtual merupakan alat diagnostik noninvasif dan aman. Pemeriksaan ini menggunakan CT scan dengan radiasi dosis rendah. Pemeriksaan CTC tidak hanya memberikan visualisasi endoluminal pada kolon dan rektum, tetapi juga memungkinkan pemeriksaan organ ekstrakolon.[1,2]

CT Scan

Pemeriksaan CT scan dapat membantu untuk menentukan stadium dengan mengidentifikasi tumor lokal, ada tidaknya metastasis, serta evaluasi komplikasi yang berkaitan dengan tumor seperti obstruksi, perforasi dan pembentukan fistula. Sensitivitas CT scan untuk mendeteksi metastasis jauh lebih tinggi daripada sensitivitas dalam mendeteksi keganasan pada nodus limfatik atau invasi tumor transmural lokal.[1,6]

Pemeriksaan Histopatologi

Mayoritas histopatologi kanker rektum adalah adenokarsinoma (90%), sisanya adalah adenosquamous, spindle, squamous, dan undifferentiated. Adenokarsinoma kanker rektum dapat dibedakan lagi menjadi beberapa subtipe yaitu cribriform comedo-type, medullary, micropapillary, serrated, mucinous, dan signet-ring cell. Pemeriksaan histopatologi juga penting untuk menilai grading penyakit yang penting untuk menilai prognosis pasien.[1,2]

Grading adenokarsinoma dikategorikan berdasarkan persentase pembentukan kelenjar secara mikroskopis. Grade I mencakup 95%, grade II mencakup 50%, dan grade III kurang dari 49%.

  1. Grade I (well-differentiated): secara mikroskopis mirip dengan epitel adenoma, bentuk sel seragam, tidak ada atau terdapat minimal polaritas sel;
  2. Grade II (moderately differentiated): struktur sel iregular, polaritas sel ringan-sedang, menghasilkan sedikit musin;
  3. Grade III (less differentiated): struktur sel tidak terlihat, tidak terdapat produksi musin[1,2]

Pemeriksaan Molekular

Pemeriksaan molekular belum dilakukan secara  rutin, namun jika memungkinkan, setiap pasien dengan kecurigaan kanker rektum sebaiknya diperiksa untuk menilai status DNA mismatch repair dan mikrosatelit. Beberapa gen mismatch repair yang telah berhasil diidentitifikasi adalah hMLH1, hMSH2, hPMS1, hPMS2, dan hMSH6.[1,2]

Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium rutin seperti pemeriksaan darah lengkap, panel besi, panel metabolik dasar, pemeriksaan fungsi hati dan uji koagulasi penting untuk penentuan tata laksana pasien dan evaluasi pasca tata laksana. Pemeriksaan imunokimia feses (FITS) juga dapat dilakukan karena cukup akurat untuk mendeteksi kanker kolorektal dengan akurasi diagnostik sebesar 95%.

Sejumlah pemeriksaan penanda tumor juga disarankan untuk deteksi kanker kolon dan rektum termasuk carcinoembryonic antigen (CEA) dan carbohydrate antigen 19-9 (CA 19-9). Namun mengingat sensitivitasnya yang rendah terutama untuk stadium dini, pemeriksaan ini tidak disarankan untuk digunakan sebagai alat skrining kanker kolorektal. Pemeriksaan ini lebih bernilai untuk persiapan operasi, evaluasi pasca tata laksana, dan evaluasi prognosis. CEA lebih dari 5 ng/ml dianggap memiliki nilai prognostik yang buruk.[1,6]

Penentuan Stadium Kanker Rektum

TNM staging merupakan sistem penetapan stadium kanker rektum berdasarkan standar internasional. T menggambarkan tumor primer, N menggambarkan keterlibatan nodus limfatik, dan M menggambarkan metastasis. [1,4

Tabel 1. Penentuan Stadium Kanker Rektum

Tumor Primer (T)
TX Tumor primer tidak dapat diperiksa
T0 Tidak ada tumor primer
Tis Karsinoma in situ: intraepitel atau invasi lamina propria
T1 Tumor menginvasi lapisan submukosa
T2 Tumor menginvasi lapisan muskularis propria
T3 Tumor menginvasi lapisan muskularis propria ke jaringan perikolorektal
T4a Tumor menembus permukaan peritoneum visceral
T4b Tumor menginvasi atau melekat pada organ atau struktur lain
Kelenjar Getah Bening Regional (N)
NX Nodus limfatik regional tidak dapat diperiksa
N0 Tidak ada metastasis nodus limfatik regional
N1 Metastasis di 1-3 nodus limfatik regional
N1a Metastasis di 1 nodus limfatik regional
N1b Metastasis di 2-3 nodus limfatik regional
N1c Tumor berada di jaringan subserosa, mesenterium, atau perirektal tanpa metastasis nodus limfatik regional
N2 Metastasis di ≥4 nodus limfatik regional
N2a Metastasis di 4-6 nodus limfatik regional
N2b Metastasis di ≥7 nodus limfatik regional

Metastasis Jauh (M)

M0 Tidak ada metastasis jauh
M1 Terdapat metastasis jauh
M1a Metastasis terbatas di satu organ (contoh: hepar, paru-paru, ovarium, nodus limfatik nonregional)
M1b Metastasis pada ≥1 organ atau pada peritoneum

Penentuan stadium dilakukan sebagai berikut:

  • Stadium 0: Tis N0 M0
  • Stadium I: T1N0M0, T2N0M0
  • Stadium IIA: T3N0M0
  • Stadium IIB: T4aN0M0
  • Stadium IIC: T4bN0M0
  • Stadium IIIA: T1-2 N1/N1c M0; T1N2aM0
  • Stadium IIIB: T3-T4a N1/N1c M0; T2-T3 N2a M0; T1-T2N2bM0
  • Stadium IIIC: T4aN2aM0; T3-T4a N2b M0; T4b N1-N2 M0
  • Stadium IVA: T apa saja, N apa saja, dengan M1a
  • Stadium IVB: T apa saja, N apa saja, M1b
  • Stadium IVC: T apa saja, N apa saja, M1c.[1,4]

Referensi

1. Recio-Boiles A, Kashyap S, Tsoris A, et al. Rectal Cancer. [Updated 2020 Dec 17]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK493202/
2. Fazeli MS, Keramati MR. Rectal cancer: a review. Med J Islam Repub Iran. 2015;29:171.
3. Yu H, Hemminki A, Sundquist K, Hemminki K. Familial Associations of Colon and Rectal Cancers With Other Cancers. Dis Colon Rectum. 2019;62(2):189-195
4. Komite Penanggulangan Kanker Nasional Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Kanker Kolorektal. 2018. http://kanker.kemkes.go.id/guidelines/PNPKkolorektal.pdf
6. Cagir B, Espat NJ. Rectal cancer. Medscape. 2020. https://emedicine.medscape.com/article/281237-overview#a6
10. Lasa J, Rausch A, Bracho LF, et al. Colorectal Adenoma Risk Is Increased among Recently Diagnosed Adult Celiac Disease Patients. Gastroenterol Res Pract. 2018;2018:6150145.
11. Posner EB, Haseeb M. Celiac Disease. [Updated 2020 Nov 20]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK441900/
12. McDowell C, Farooq U, Haseeb M. Inflammatory Bowel Disease. [Updated 2020 Jun 28]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470312/
13. Dmochowska N, Wardill HR, Hughes PA. Advances in Imaging Specific Mediators of Inflammatory Bowel Disease. Int J Mol Sci. 2018;19(9).
14. Recio-Boiles A, Cagir B. Colon Cancer. [Updated 2020 Aug 10]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470380/
15. Carr S, Velasco AL. Colon Diverticulitis. [Updated 2020 Nov 19]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK541110/
16. Roig JV, Sánchez-Guillén L, García-Armengol JJ. Acute diverticulitis and surgical treatment. Minerva Chir. 2018;73(2):163-178.
17. Than M, Witherspoon J, Shami J, Patil P, Saklani A. Diagnostic miss rate for colorectal cancer: an audit. Ann Gastroenterol. 2015;28(1):94-98.

Epidemiologi Kanker Rektum
Penatalaksanaan Kanker Rektum

Artikel Terkait

  • Diet dan Risiko Kanker Kolorektal – Telaah Jurnal
    Diet dan Risiko Kanker Kolorektal – Telaah Jurnal
  • Hubungan antara Konsumsi Produk Olahan Susu dan Risiko Kanker Kolorektal pada Orang Dewasa: Tinjauan dan Meta-Analisis dari Studi Epidemiologi - Telaah Jurnal Alomedika
    Hubungan antara Konsumsi Produk Olahan Susu dan Risiko Kanker Kolorektal pada Orang Dewasa: Tinjauan dan Meta-Analisis dari Studi Epidemiologi - Telaah Jurnal Alomedika
Diskusi Terbaru
Anonymous
Hari ini, 07:11
Apakah vaksin DPT boleh menggunakan merek yang berbeda?
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dokter. Saya ingin konsul pasien 4 bulan, vaksin pertama dan kedua menggunakan hexaxim. Apakah vaksin ke 3 boleh menggunakan pentabio + polio ?...
Anonymous
Kemarin, 20:54
Detak jantung irreguler pada anak usia 19 bulan
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Izin bertanya dok.Apakah detak jantung anak usia 19 bulan yang irreguler normal terjadi?Dan apakah seiring berjalannya waktu bisa sembuh sendiri dok?Untuk...
Anonymous
Kemarin, 15:30
Timbul bula di kaki dan pecah menjadi luka
Oleh: Anonymous
5 Balasan
Alo dokter. Saya dikonsulkan mengenai pasien yang datang ke Pustu di wilayah tempat saya bekerja, jadi saya hanya dikirimkan foto klinis pasien.Keluhannya:...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.