Patofisiologi Kanker Paru
Kanker paru primer terbagi menjadi dua jenis, yaitu kanker paru bukan sel kecil dan kanker paru sel kecil. Kanker paru bukan sel kecil terdiri dari adenokarsinoma, karsinoma sel skuamosa dan karsinoma sel besar. Masing-masing dari kanker ini memiliki patofisiologi yang berbeda. [1-3]
Kanker Paru Bukan Sel Kecil
Paparan agen yang berasal dari pekerjaan maupun lingkungan merupakan salah satu faktor risiko terjadinya kanker paru. Di Amerika, perokok aktif berkaitan dengan 90% kasus kanker paru. Paparan agen yang berasal dari lingkungan maupun pekerjaan berkaitan dengan 9-15% kasus kanker paru. [1,3,4]
Asap rokok mengandung lebih dari 300 jenis zat yang berbahaya dan 40 diantaranya merupakan karsinogen poten. Hidrokarbon poliaromatik dan nitrosamine ketone yang berasal dari nikotin diketahui dapat menyebabkan kerusakan DNA dan membentuk DNA adducts pada hewan coba. Benzo-A-pyrine juga menginduksi pensinyalan molekular seperti Akt dan mutasi dari p53 dan tumor suppressor gene lainnya. [1,3]
Faktor risiko lingkungan yang paling sering menyebabkan kanker paru adalah asbestos. Berdasarkan studi, paparan radon berkaitan dengan 10% kanker paru dan polusi udara luar berkaitan dengan 1-2% kasus. Penyakit paru seperti penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), fibrosis paru dan tuberkulosis berkaitan dengan peningkatan angka kejadian kanker paru. [1,3]
Abnormalitas genetik yang paling banyak berkaitan dengan kanker paru bukan sel kecil adalah keluarga onkogen ras (rat sarcoma). Onkogen ras terdiri dari H-ras, K-ras dan N-ras. Gen-gen ini mengkode protein dari permukaan dalam membran sel melalui aktivitas guanosin trifosfat (GTP) yang berkaitan dengan transduksi sinyal. Studi pada manusia menemukan bahwa aktivasi ras berkontribusi pada progresi tumor pada penderita kanker paru. Mutasi gen ras terjadi terutama pada adenokarsinoma dan ditemukan pada 30% kasus. Mutasi ini tidak ditemukan pada adenokarsinoma pasien yang tidak merokok. Mutasi k-ras merupakan faktor prognostik yang bersifat independen. Penelitian saat ini difokuskan pada pemberian terapi berdasarkan ada tidaknya mutasi gen ras. [3]
Adenokarsinoma
Adenokarsinoma berasal dari kelenjar mukosa bronkus dan merupakan kanker paru bukan sel kecil yang paling sering ditemukan di Amerika (35-40% dari keseluruhan kanker paru). Subtipe ini ditemukan paling banyak pada penderita yang tidak merokok. Kanker ini biasanya muncul dari perifer paru,tetapi dapat pula muncul pada lokasi jaringan parut, luka dan inflamasi. [1,3]
Karsinoma bronkoalveolar merupakan subtipe yang berbeda dari adenokarsinoma dengan manifestasi klasik sebagai penyakit paru interstisial pada foto polos dada. Subtipe ini dapat muncul sebagai nodul paru soliter, multifokal atau bentuk pneumonik dengan progresifitas tinggi. Temuan karakteristik pada penderita stadium terminal yaitu sputum encer dalam jumlah besar. [1,3]
Karsinoma Sel Skuamosa
Karsinoma sel skuamosa mencakup pada 25-30% dari keseluruhan kasus kanker paru. Kanker ini biasanya berawal dari bagian sentral paru. Manifestasi klasik dari kanker ini adalah lesi kavitasi pada bronkus proksimal. Kanker ini juga sering berkaitan dengan hiperkalsemia. [1,3]
Karsinoma Sel Besar
Karsinoma sel besar berkaitan dengan 10-15%dari keseluruhan kasus kanker paru.Kanker ini umumnya muncul sebagai massa besar di perifer paru pada foto polos dada. [1,3]
Kanker Paru Sel Kecil
Kanker paru sel kecil merupakan karsinoma neuroendokrin yang bersifat agresif, tumbuh cepat, sangat sensitif pada kemoterapi dan radiasi, sering bermetastasis pada fase dini dan sering menyebabkan gejala paraneoplastik. [1.2,5]
Kanker paru sel kecil berasal dari peribronkial dan menginfiltrasi submukosa bronkus. Metastasis luas dapat terjadi pada onset awal dari penyakit ini, dengan penyebaran tersering pada limfonodi mediastinum, hati, tulang, kelenjar adrenal dan otak.
Berbagai hormon peptida diproduksi oleh sel kanker dan menyebabkan sindrom paraneoplastik, yang paling sering adalah syndrome of inappropriate secretion of antidiuretic hormone (SIADH) dan syndrome of ectopic adrenocorticotropic hormone production. Fenomena autoimun juga dapat menyebabkan gangguan neurologik seperti lambert eaton syndrome. [1,2,5]