Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Retinoblastoma general_alomedika 2022-12-07T11:29:46+07:00 2022-12-07T11:29:46+07:00
Retinoblastoma
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Pendahuluan Retinoblastoma

Oleh :
dr.Saphira Evani
Share To Social Media:

Retinoblastoma adalah kanker mata intraokular primer yang berasal dari sel retina primitif. Retinoblastoma merupakan keganasan intraokular primer yang paling banyak ditemukan pada anak-anak usia di bawah 5 tahun. [1]

Retinoblastoma disebabkan oleh mutasi pada gen RB1 yang terletak di kromosom 13q14. Retinoblastoma dapat bersifat herediter dan nonherediter (sporadik).[1]

shutterstock_1064824445-min

Insidensi retinoblastoma adalah 1:16.000-18.000 kelahiran hidup. Angka kejadian retinoblastoma herediter adalah 40%. Pada retinoblastoma herediter terjadi mutasi germinal pada satu alel dari RB1 di semua sel tubuh, saat mengenai alel kedua di sel retina maka akan terjadi transformasi malignan. Retinoblastoma herediter biasanya terjadi pada kedua mata (bilateral) dan lesi multifokal. Pasien retinoblastoma herediter mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk mengalami kanker sekunder nonokular.[1]

Retinoblastoma nonherediter memiliki angka kejadian 60% dari seluruh kasus retinoblastoma. Pada retinoblastoma nonherediter terjadi mutasi somatik pada kedua alel gen RB1 sel retina primitif. Retinoblastoma nonherediter biasanya bersifat unilateral dan berbentuk tumor solid lokal.[1]

Gejala klinis utama yang ditemukan pada pasien retinoblastoma adalah leukokoria (refleks retina berwarna putih). Gejala lain yang dapat diamati adalah strabismus, proptosis, mata merah dan nyeri akibat glaukoma sekunder, tanda inflamasi, dan fungsi penglihatan yang buruk. Pada stadium lanjut dapat ditemukan invasi orbita atau pertumbuhan massa ektraokular.[1]

Diagnosis retinoblastoma meliputi anamnesis yang teliti termasuk menanyakan riwayat gejala serupa, riwayat retinoblastoma dan enukleasi pada anggota keluarga, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan fisik skrining dengan direct funduscopy dapat mendeteksi leukokoria. Pemeriksaan penunjang yang dapat membantu diagnosis retinoblastoma adalah pemeriksaan retina menggunakan kamera digital retina wide field, ultrasonografi, coherence tomography scan (CT scan), magnetic resonance imaging (MRI), dan pemeriksaan sistemik, seperti pungsi lumbal atau bone scan.[1]

Penatalaksanaan retinoblastoma bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup pasien serta sebisa mungkin mempertahankan bola mata dan fungsi penglihatan. Jenis penatalaksanaan yang diberikan tergantung dari stadium retinoblastoma. Terapi definitif retinoblastoma adalah enukleasi. Namun, pada tumor retinoblastoma yang masih berukuran kecil terapi konsolidasi fokal seperti cryotherapy, laser fotokoagulasi, hipertermia, dan iradiasi plak dapat dilakukan. Kemoterapi sistemik yang dikombinasi dengan terapi konsolidasi fokal dan kemoterapi intraarteri dapat bermanfaat untuk mempertahankan bola mata.[2]

Angka harapan hidup pasien retinoblastoma pada negara maju mencapai 90%, sedangkan pada negara berkembang angka harapan hidup pasien retinoblastoma lebih rendah. Hal ini disebabkan karena terlambatnya diagnosis yang menyebabkan penatalaksanaan yang terlambat sehingga tumor sudah masuk stadium lanjut dan bermetastasis.[1]

Referensi

1. Kanski JJ, Bowling B. Kanski's Clinical Ophthalmology – 8th Edition A Systematic Approach. Edinburgh: Elsevier; 2016.
2. Correa ZM, Berry JL. Review of retinoblastoma. 2016. https://www.aao.org/disease-review/review-of-retinoblastoma

Patofisiologi Retinoblastoma
Diskusi Terbaru
dr. Ade Wijaya SpN
Dibalas kemarin, 14:17
Fitur Ulasan Pasien di dalam MyPatient - Aplikasi Alomedika
Oleh: dr. Ade Wijaya SpN
7 Balasan
AlodokterSekarang ada option respon terhadap ulasan pasien.Ini fungsinya apa ya?Mohon info.Terima kasih.
Anonymous
Dibalas kemarin, 08:02
Suplemen Ibu Hamil apakah perlu tambah suplemen kalsium dan Fe
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo dokter, apakah konsumsi folamil untuk bumil sudah cukup? atau perlu tambah suplemen kalsium atau fe dari luar? 🙏
dr.Suyanti, Sp.T.H.T.B.K.L
Dibalas kemarin, 08:13
Benda Asing Hipofaring- ALOPALOOZA THT-KL
Oleh: dr.Suyanti, Sp.T.H.T.B.K.L
4 Balasan
pasien wanita 52 tahun, datang dengan keluhan nyeri serta sulit saat menelan dan terasa tertusuk kurang lebih 1 jam setelah mengkonsumsi oncom..dilakukan...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.