Pendahuluan Iridodialisis
Iridodialisis adalah disinsersi atau robekan iris dari tempat perlekatannya di badan silier. Kondisi ini bisa merupakan kondisi kongenital di mana terjadi kelainan pembentukan mesoderm iris selama masa embriogenesis mata, atau kondisi traumatik seperti setelah trauma tumpul maupun setelah operasi intraokuler.[1,3]
Iridodialisis karena trauma tumpul lebih banyak dijumpai (dengan prevalensi 9,3–14%) daripada iridodialisis karena operasi intraokuler maupun kelainan kongenital. Pasien iridodialisis dapat menunjukkan tanda dan gejala berupa fotofobia, diplopia monokuler, kelainan kosmetik pada area mata, dan gangguan visus. Pasien bisa memiliki riwayat trauma mata tetapi bisa juga tidak memiliki riwayat trauma.[2,4]
Setelah anamnesis tanda dan gejala di atas, diagnosis ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan visus dan juga pemeriksaan mata eksternal (idealnya dengan slit-lamp). Gonioscopy bisa dilakukan untuk evaluasi sudut bilik mata anterior karena adanya risiko glaukoma akibat perubahan pada iris. Namun, gonioscopy umumnya tidak dianjurkan bila ada trauma mata terbuka.[2,4]
Penatalaksanaan iridodialisis tergantung pada beberapa faktor, seperti lokasi dan luas dialisis, ada tidaknya gangguan fungsi visus, dan ada tidaknya kelainan kosmetik pada mata yang signifikan bagi pasien. Pembedahan umumnya diindikasikan pada kasus iridodialisis yang luas dan disertai gangguan visus.[4]
Prognosis iridodialisis akibat trauma tumpul tergantung pada tingkat keparahan cedera dan mekanisme trauma serta tata laksana yang dilakukan. Prognosis akan lebih buruk seiring dengan tingkat cedera dan semakin dalam traumanya.[5]