Prognosis Kehamilan Ektopik
Prognosis kehamilan ektopik (ectopic pregnancy) dengan diagnosis yang dini dan tatalaksana yang tepat, umumnya baik. Mortalitas kehamilan ektopik adalah 1-2% dari seluruh kehamilan. Walaupun demikian, harus diingat bahwa riwayat kehamilan ektopik akan meningkatkan risiko kejadian kehamilan ektopik ulangan, dan akan memengaruhi fertilitas seseorang. Pada pasien yang telah menjalani salphyngostomi bilateral dan masih ingin memiliki keturunan, ada baiknya untuk merujuk pasien tersebut untuk tindakan in vitro fertilization (IVF).
Komplikasi
Komplikasi kehamilan ektopik dapat disebabkan oleh misdiagnosis, diagnosis yang terlambat, atau pendekatan tatalaksana yang kurang tepat. Kegagalan untuk mendiagnosis kehamilan ektopik secara tepat dapat menyebabkan ruptur tuba atau uterus yang kemudian dapat menyebabkan perdarahan masif, syok, disseminated intravascular coagulopathy (DIC), dan kematian. Tatalaksana kehamilan ektopik itu sendiri, baik tatalaksana expectant, medikamentosa, maupun intervensi bedah, dapat menyebabkan komplikasi Pasien harus diberikan informed consent dari awal terkait komplikasi-komplikasi tersebut. Pada intervensi bedah, risiko komplikasi berupa perdarahan ataupun infeksi pada organ sekitar, seperti kandung kemih, usus, pembuluh darah, ataupun ureter. [2]
Prognosis
Kehamilan ektopik dapat mempengaruhi kemampuan bereproduksi seorang perempuan di masa mendatang. Tidak hanya kemampuan bereproduksi, tetapi nyawa juga terancam karena semua kehamilan ektopik memiliki risiko untuk ruptur yang dapat menyebabkan perdarahan masif dan syok. Namun, diagnosis secara dini dan tepat serta tatalaksana yang sesuai diharapkan dapat mencegah terjadinya hal tersebut.
Kehamilan ektopik memiliki kemungkinan untuk berulang. Perempuan dengan riwayat kehamilan ektopik sebelumnya memiliki risiko untuk mengalami kehamilan ektopik lagi pada kehamilan berikutnya. Dilaporkan bahwa 25% pasien yang hamil dengan riwayat kehamilan ektopik, menderita kehamilan ektopik ulangan.
Kehamilan ektopik juga akan memengaruhi fertilitas pasien. Pada sebuah penelitian prospektif di Perancis, dilaporkan bahwa 65.5% pasien hamil kembali dalam rentang waktu 5 bulan, dengan sekitar 85% kehamilan adalah intrauterine. Rata-rata kumulatif kehamilan kembali pada tahun pertama adalah 56% dan pada tahun kedua 67%. Dari analisis statistik diketahui 3 faktor yang berhubungan dengan penurunan fertilitas, yaitu usia > 35 tahun, riwayat infertilitas, dan kerusakan tuba anterior. [2,5,19]