Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • SKP
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Patofisiologi Tetanus general_alomedika 2023-04-12T15:20:29+07:00 2023-04-12T15:20:29+07:00
Tetanus
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Patofisiologi Tetanus

Oleh :
dr.Saphira Evani
Share To Social Media:

Patofisiologi tetanus dimulai dengan masuknya spora bakteri Clostridium Tetani melalui luka sebagai port d’entree. Luka tusuk, jaringan nekrotik dan luka yang terinfeksi merupakan luka yang lebih berisiko menimbulkan tetanus.

Pada luka-luka tersebut tercipta kondisi anaerob yang kemudian menjadi lingkungan optimal bagi proses germinasi (spora berubah menjadi bentuk vegetatif) dan multiplikasi bakteri Clostridium Tetani.

Pada proses tersebut bakteri Clostridium Tetani akan memproduksi 2 jenis toksin, yakni tetanospasmin dan tetanolisin. Clostridium Tetani juga merupakan bakteri yang menyebabkan terjadinya tetanus neonatorum.[4,5]

Peran Tetanospasmin dalam Patofisiologi Tetanus

Tetanospasmin merupakan toksin yang menimbulkan gejala klinis pada pasien tetanus. Tetanospasmin merupakan polipeptida yang terdiri dari rantai berat dan rantai ringan.

Rantai berat akan memfasilitasi masuknya toksin ke dalam sel saraf, sedangkan rantai ringan akan bekerja pada presinaps. Tetanospasmin akan berikatan dan melalui proses internalisasi dengan ujung saraf motor perifer kemudian akan memasuki akson dan ditranspor secara retrograd ke inti sel saraf di dalam batang otak dan medula spinalis.

Waktu yang diperlukan bagi toksin dari lokasi luka hingga ke medula spinalis adalah antara 2-14 hari. Toksin tetanospasmin kemudian diteruskan ke ujung presinaps sel saraf.

Di sana toksin tersebut akan mencegah pelepasan neurotransmiter yang bersifat inhibisi sentral, yakni glisin dan gamma-aminobutyric acid (GABA), sehingga mengganggu kerja lower motor neuron.

Hal ini mengakibatkan peningkatan firing rate motor neuron α sehingga timbul gejala rigiditas otot. Hilangnya mekanisme inhibisi sentral juga menyebabkan kontraksi otot yang tidak terkendali atau spasme saat tubuh pasien diberikan rangsangan normal seperti cahaya atau suara.

Saat tetanospasmin sudah internalisasi pada sel saraf, kerusakan yang ditimbulkan bersifat ireversibel dan tidak dapat dinetralkan oleh antitoksin. Pada tetanus lokal, toksin tetanospasmin hanya mempengaruhi sel saraf yang mempersarafi otot-otot tertentu.

Sedangkan, pada tetanus generalisata toksin yang diproduksi bakteri akan menyebar melalui sistem limfatik dan pembuluh darah dan ditangkap oleh ujung-ujung sel saraf di seluruh tubuh.[5-7]

Peran Tetanolisin dalam Patofisiologi Tetanus

Tetanolisin adalah toksin lain yang diproduksi oleh bakteri Clostridium Tetani. Tetanolisin adalah hemolisin yang sensitif terhadap oksigen. Tetanolisin merusak jaringan yang masih hidup pada luka dan menciptakan lokasi yang optimal untuk proses multiplikasi bakteri.[6,7]

 

 

 

 

Direvisi oleh: dr. Dizi Bellari Putri

Referensi

4. Hassel B. Tetanus: pathophysiology, treatment, and the possibility of using botulinum toxin against tetanus-induced rigidity and spasms. Toxin(Basel). 2013;5(1):73-83. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3564069/
5. George EK, De Jesus O, Vivekanandan R. Clostridium Tetani. Statpearls. 2021. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482484/
6. Bae C, Bourget D. Tetanus. Statpearls. 2022.
7. Roper MH, Wassilak SGF, Tiwari TSP, Orenstein WA. in Vaccines. ed. Plotkin SA, Orenstein WA, Offit PA. Elsevier Inc, Philadelphia, 2013, p.747-772

Pendahuluan Tetanus
Etiologi Tetanus

Artikel Terkait

  • Protokol Profilaksis Tetanus
    Protokol Profilaksis Tetanus
Diskusi Terkait
dr. Dini Cynthia
31 Maret 2023
Vaksin TT untuk ibu hamil yang sudah menerima vaksinasi lengkap sewaktu kecil
Oleh: dr. Dini Cynthia
1 Balasan
Alo dok, izin bertanya, semisal ada ibu hamil nulipara dtg untuk ANC, dan ternyata status vaksinasi TT nya sewaktu SD sudah lengkap, bagaimana pemberian...
Anonymous
31 Desember 2022
Apakah luka tusuk terkena bambu yang tidak bersih perlu injeksi tetanus toksoid?
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dokter, luka tusuk terkena bambu yang tidak bersih/terkena tanah perlukan injeksi tetanus toksoid/ATS?Terimakasih
Anonymous
29 November 2021
Pasien ibu hamil yang mengalami luka robek apakah perlu suntik TT
Oleh: Anonymous
5 Balasan
Alo dokter. Saya ingin bertanya, apakah perlu suntik TT/TIG untuk ibu hamil yang baru saja mengalami luka robek akibat terkena serpihan bekas kebakaran?...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.