Edukasi dan Promosi Kesehatan Tetanus
Edukasi dan promosi kesehatan pada tetanus meliputi himbauan untuk melakukan imunisasi dasar, edukasi cara perawatan luka yang benar, pelatihan teknik persalinan aseptik bagi bidan atau tenaga penolong lainnya, serta cara perawatan tali pusat yang baik. Masyarakat juga harus mendapatkan edukasi mengenai gejala dan tanda klinis awal yang muncul pada pasien tetanus. Dengan begitu, pasien dapat lebih cepat dibawa ke fasilitas kesehatan dan mendapatkan penanganan. Masyarakat terutama pekerja yang berisiko tinggi, diedukasi untuk selalu menggunakan alas kaki yang sesuai serta alat pelindung diri yang telah disediakan untuk menghindari terjadinya luka atau kontaminasi luka oleh spora Clostridium Tetani.[2,6-8]
Pencegahan
Pencegahan dilakukan dengan pemberian imunisasi aktif dan pasif. Di Indonesia vaksinasi tetanus dalam bentuk kombinasi vaksin DPT (difteri, pertusis, tetanus) dimasukkan dalam jadwal imunisasi dasar anak.
Dosis pertama DPT diberikan pada usia 2 bulan, dosis kedua pada usia 3 bulan, dan dosis ketiga pada usia 4 bulan. Imunisasi lanjutan dilakukan pada anak usia sekolah dasar (SD). Pemberian vaksin DT (difteri tetanus) satu dosis untuk anak kelas 1 SD, dilanjutkan dengan pemberian satu dosis vaksin TT/Td (tetanus toxoid atau tetanus difteri) masing-masing saat kelas 2 dan 3 SD. Bila anak mendapatkan semua dosis vaksin tersebut, diharapkan imunitas akan bertahan hingga 25 tahun sejak pemberian vaksin terakhir.
Program Kemenkes RI lainnya untuk mengeliminasi kejadian tetanus neonatorum adalah imunisasi TT untuk ibu hamil dan wanita usia subur. Ibu hamil minimal mendapatkan vaksin TT sebanyak 2 dosis, dengan jarak 1 bulan. Pemberian dosis pertama bervariasi, ada yang dimulai saat usia kehamilan 28 minggu, adapula yang baru mulai diberikan setelah masuk trimester ketiga. Imunisasi TT bagi wanita usia subur (usia 15-39 tahun) merupakan bagian dari program akselerasi eliminasi kasus tetanus neonatorum, dilakukan dengan pemberian 5 dosis vaksin TT.[21]
Pasien yang mengalami luka yang berisiko (lebih dalam >1 cm, luka kotor, luka yang terpapar air liur atau tinja, luka nekrotik atau terinfeksi, luka tusuk atau amputasi atau crush injury) sebaiknya mendapatkan vaksin TT 0,5 mL intramuskular dan human tetanus immunoglobulin (HTIG) 250-500 unit intramuskular. [2] Pemberian TT dan HTIG tersebut sebaiknya dilakukan sesegera mungkin dalam 48 jam pertama setelah kejadian luka.[2,6]
Tetanus tidak menimbulkan imunitas pada tubuh pasien. Pasien yang telah sembuh dari tetanus sebaiknya tetap mendapatkan vaksinasi tetanus secara lengkap. Bagi dewasa, vaksinasi dibagi dalam 3 dosis, dosis pertama dan kedua diberikan dengan jarak 1-2 bulan. Dosis ketiga diberikan 6-12 bulan setelah pemberian dosis kedua. Pemberian booster disarankan setiap 10 tahun. [6-8]