Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • SKP Online
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit
  • Obat
  • Tindakan Medis
Patofisiologi Tetanus Neonatorum general_alomedika 2019-02-20T14:33:48+07:00 2019-02-20T14:33:48+07:00
Tetanus Neonatorum
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Patofisiologi Tetanus Neonatorum

Oleh :
Sunita
Share To Social Media:

Patofisiologi tetanus neonatorum (TN) sangat berkaitan dengan kerja tetanospasmin pada empat bagian susunan saraf pusat, yakni taut neuromuskular di otot rangka, saraf spinal, otak, dan sistem saraf otonom.

Dari Spora Menjadi Toksin

Spora Clostridium tetani yang masuk ke luka belum membahayakan hingga diubah oleh serangkaian stimulus menjadi bentuk vegetatif yang kemudian berkembang biak namun belum menyebabkan gejala hingga spora diubah menjadi bentuk bacillus pelepas toksin. [5]

Gejala klinis muncul akibat pelepasan toksin tetanolisin dan tetanospasmin pada area tempat sel kuman vegetatif berkembang biak. Tetanolisin dapat memicu terjadinya hemolisis namun tidak secara langsung menyebabkan gejala klinis sedangkan tetanospasmin lebih berpengaruh pada serangkaian gejala yang timbul pada pasien dengan tetanus. [1] Potensi toksisitas tetanospasmin sangat kuat sehingga hanya membutuhkan 1350000 hingga 12500 dosis letal pada kucing dan ayam untuk dapat menimbulkan gejala tetanus pada manusia.

Efek Tetanospasmin terhadap Neuromuscular Junction

Tetanospasmin menimbulkan efek berupa gangguan transmisi pada neuromuscular junction. Selain menghambat pelepasan asetilkolin dari ujung saraf di otot, tetanospasmin pada sistem sarkotubuler otot rangka juga dapat mengganggu mekanisme yang terlibat pada relaksasi dan kontraksi otot rangka. Kegagalan pelepasan neurotransmitter secara dominan mempengaruhi inhibisi neuron motorik. [6,7]

Efek Tetanospasmin terhadap Saraf Spinal

Efek tetanospasmin pada saraf spinal melibatkan perubahan pada aktivitas refleks polisinaptik pada sejumlah interneuron sehingga menyebabkan inhibisi antagonistik. Hiperpolarisasi membran neuron yang secara normal terjadi apabila jaras inhibitorik terstimulasi, menjadi mengalami supresi oleh toksin. Sebaliknya, depolarisasi akibat eksitasi neuron tidak terpengaruh.  [6,8]

Efek Tetanospasmin pada Otak dan Saraf Simpatis

Tetanospasmin pada otak diduga berperan terhadap manifestasi kejang tipikal pada tetanus. Teori ini didukung oleh adanya bukti ikatan toksin dengan gangliosida di otak. Tetanospasmin memicu penurunan inhibisi antidromik dari aktivitas kortikal. Efek lain tetanospasmin yang terlihat di saraf spinal juga ditemukan pada efek tetanospasmin terhadap jaringan otak. [9]

Sementara itu, gejala yang merefleksikan adanya disfungsi otonom dapat pula ditemukan pada pasien dengan tetanus. Gejala tersebut termasuk diaforesis, vasokonstriksi perifer, hipertensi, aritmia, takikardia, peningkatan kadar katekolamin dalam urin, dan hipotensi khususnya pada stadium tetanus yang berat. [10]

Referensi

1. Roper MH, Vandelaer JH, Gasse FL. Maternal and neonatal tetanus. Lancet. 2007;370(9603):1947–59.
5. Smith JW, MacIver AG. Studies in experimental tetanus infection. J Med Microbiol. 1969 Nov 4;2(4):385–93. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/4929794
6. Mellanby J, Green J. How Does Tetanus Toxin Act. Neuroscience. 1981;6(3):281–300.
7. Mellanby J, Thompson PA. The effect of tetanus toxin at the neuromuscular junction in the goldfish. J Physiol. 1972;224(2):407–19.
8. Brook I. Clostridium tetani (Tetanus). Fifth Edit. Principles and Practice of Pediatric Infectious Diseases: Fourth Edition. Elsevier Inc.; 2012. 966-970.e1 p. Available from: http://dx.doi.org/10.1016/B978-0-323-40181-4.00188-2
9. Chen C, Fu Z, Kim JJP, Barbieri JT, Baldwin MR. Gangliosides as high affinity receptors for tetanus neurotoxin. J Biol Chem. 2009;284(39):26569–77.
10. Kerr JH, Corbett JL, Prys-Roberts C, Crampton Smith A, Spalding JMK. Involvement of the Sympathetic Nervous System in Tetanus. Lancet. 1968 Aug;292(7562):236–41. Available from: http://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/S0140673668923507

Pendahuluan Tetanus Neonatorum
Etiologi Tetanus Neonatorum
Diskusi Terkait
Anonymous
03 April 2021
Penanganan apa yang dapat diberikan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama untuk kasus tetanus neonatorum
Oleh: Anonymous
0 Balasan
Alo dokter. Izin bertanya untuk penanganan tetanus neonatorum di FKTP apakah bisa menggunakan diazepam apabila di FKTP tidak ada Phrnobarbital?Dan adakah...

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.