Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • SKP Online
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit
  • Obat
  • Tindakan Medis
Edukasi dan Promosi Kesehatan Tetanus Neonatorum general_alomedika 2018-12-18T13:19:49+07:00 2018-12-18T13:19:49+07:00
Tetanus Neonatorum
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Edukasi dan Promosi Kesehatan Tetanus Neonatorum

Oleh :
Sunita
Share To Social Media:

Edukasi dan promosi kesehatan tetanus neonatorum (TN) diarahkan pada tindakan preventif berupa imunisasi tetanus toksoid dan pentingnya rujukan ke RS untuk tiap kasus yang dicurigai sebagai TN.

Vaksinasi Toksoid Tetanus

Vaksin toksoid tetanus (TT) dibuat dengan cara membiakkan galur C. tetani toksigenik pada medium cair yang memungkinkan untuk produksi toksin, panen toksin dengan teknik filtrasi, inaktivasi toksin oleh formaldehida dan beberapa tahap purifikasi dan sterilisasi. Kemudian, imunogenisitas TT ditingkatkan dengan cara melekatkannya pada suatu adjuvan. Potensi TT dilaporkan dalam satuan unit internasional (IU) dengan cara menilai kesintasan hewan coba yang telah diimunisasi dengan menyuntikkan toksin tetanus.

Standar WHO menyebutkan bahwa potensi vaksin tetanus yang disuntikkan pada anak-anak tidak boleh kurang dari 40 IU per dosis pemberian. [28]

Vaksin TT tersedia dalam bentuk antigen tunggal maupun kombinasi bersama vaksin jenis lainnya seperti vaksin difteri, pertusis, poliomyelitis, hepatitis B, dan H. influenzae tipe B. [41-43] Walaupun sediaan pentavalent (DTP-HiB-HepB) merupakan jenis yang paling banyak digunakan, sediaan heksavalen (DTaP-IPV/HiB-HepB) juga dapat menjadi alternatif vaksin TT bagi bayi. Penggunaan vaksin kombinasi lebih disarankan dibandingkan vaksin TT tunggal sebab vaksin kombinasi meningkatkan angka cakupan imunisasi tetanus dan difteri yang tinggi sepanjang hayat. [28]

Efikasi Toksoid Tetanus

Sejauh ini belum ada batasan parameter imunologi definitif yang berkaitan langsung dengan tingkat proteksi untuk tetanus. Berdasarkan pemeriksaan neutralisasi in vivo atau modifikasi ELISA (enzyme-linked immunosorbent assay), kadar antibodi melebih 0,01 IU/mL biasanya dianggap protektif. Sedangkan menurut pemeriksaan ELISA standar, konsentrasi antibodi yang dianggap protektif adalah minimal 0,1-0,2 IU/mL. Sayangnya, terdapat beberapa laporan kasus tetanus yang masih terjadi pada individu dengan konsentrasi antibodi melebihi ambang batas tersebut. [28]

Antibodi tetanus pasca dosis TT pertama terbentuk secara lambat dan hanya terdiri dari IgM non neutralisasi dan sedikit IgG saja. Selain itu, imunitas juga menurun seiring berjalannya waktu. Pada populasi anak-anak, pemberian 3 dosis TT primer menginduksi pembentukan titer antibodi melebihi ambang batas protektif dengan rerata antibodi di atas 0,2 IU/mL. Atas alasan tersebut, jumlah dosis yang disarankan untuk vaksin TT primer pada bayi adalah 3 kali dengan interval antar pemberian minimal 4 minggu. [1]

Imunisasi Maternal

Terkait pencegahan kejadian TN, imunisasi maternal terhadap tetanus untuk memicu pembentukan IgG spesifik dan transfer transplasental antibodi kepada janin merupakan kunci untuk menekan risiko TN. Secara teori, IgG spesifik tetanus memberikan proteksi sementara yang cukup dan efisien untuk mencegah TN sebab kadar antibodi pada bayi saat lahir biasanya sama atau lebih tinggi dari kadar antibodi ibu. [44]

Transfer antibodi tetanus ini meningkat seiring penambahan usia kehamilan dan mencapai efisiensi maksimal pada trimester ketiga. Dosis TT yang dianggap cukup untuk memicu proteksi terhadap tetanus pada wanita hamil yang belum pernah mendapat vaksin TT dan bayi yang dikandungnya adalah dua dosis dengan interval minimal 6 minggu atau lebih. [1]

Keamanan Vaksin

Ditinjau dari segi keamanan vaksin, toksoid tetanus (TT) merupakan jenis vaksin yang sangat aman. Reaksi lokal seperti nyeri atau kemerahan dapat ditemukan pada 50-80% resipien vaksin. Selain itu, reaksi sistemik ringan seperti demam, nyeri otot, dan malaise dapat terjadi pada 0,5-10% resipien pasca vaksinasi booster. Sementara itu, pada resipien vaksin DTaP primer, tingkat kejadian reaksi lokal tersebut meningkat seiring dengan jumlah vaksinasi yang telah diberikan sebelumnya. Risiko pemberian TT yang berlebihan juga dapat terjadi apabila kadar antibodi tetanus sebelumnya sudah cukup tinggi yang dapat memicu reaksi lokal dengan derajat yang lebih berat. Oleh sebab itu, penelusuran riwayat vaksinasi tetanus sebelumnya menjadi aspek penting yang perlu diperhatikan.

Reaksi yang berat seperti reaksi anafilaksis amat langka terjadi dan diperkirakan hanya terjadi 1-2 kejadian per 1 juta dosis Td yang disuntikkan. Namun, riwayat reaksi anafilaktik berat terhadap satu atau lebih komponen vaksin tunggal maupun kombinasi menjadi kontraindikasi segala bentuk pemberian vaksin TT berikutnya. Selain itu, apabila anak menderita kondisi sakit akut yang berat, pemberian vaksin TT sebaiknya ditunda. [28]

Dosis dan Cara Pemberian Toksoid Tetanus

Vaksin TT dalam bentuk DTP (difteri-tetanus-pertusis) dan DT (difteri-tetanus) dapat diberikan pada bayi sejak usia di atas 6 minggu dengan dosis 3 kali secara intramuskular dengan interval antar pemberian minimal 4 minggu. Atas ketentuan tersebut, jadwal pemberian yang disarankan di Indonesia adalah pada usia 2, 3, dan 4 bulan. Dosis standar yang diberikan adalah 0,5 mL, disuntikkan secara intramuskular pada bagian paha anterolateral bayi. [28]

Sementara itu, sebagai upaya pencegahan tetanus neonatorum dan maternal, WHO merekomendasikan jadwal pemberian vaksin TT pada wanita usia reproduktif dan wanita hamil yang belum pernah mendapat vaksin TT, Td, maupun DTP seperti pada tabel.

Tabel 1. Jadwal Imunisasi Toksoid Tetanus pada Wanita Usia Reproduktif atau Wanita Hamil yang Belum Pernah Mendapat Vaksin TT, Td, atau DTP

Dosis TT atau Td (menurut catatan resmi vaksinasi sebelumnya)

Kapan Diberikan

Durasi proteksi yang diharapkan

1 Saat kontak pertama dengan tenaga kesehatan atau sedini mungkin pada awal kehamilan -
2 Minimal 4 minggu setelah TT1 1-3 tahun
3 Minimal 6 bulan setelah TT2 atau pada kehamilan berikutnya Minimal 5 tahun
4 Minimal 1 tahun setelah TT3 atau pada kehamilan berikutnya Minimal 10 tahun
5 Minimal 1 tahun setelah TT4 atau pada kehamilan berikutnya Sepanjang usia reproduktif atau lebih lama lagi [45]

Namun, apabila seorang wanita usia reproduktif atau sedang hamil mampu menunjukkan catatan vaksinasi tetanus (DTP, DT, Td, atau TT) yang resmi saat bayi, anak-anak, dan remaja, maka rekomendasi jadwal vaksinasi tetanus berikutnya mengikuti rekomendasi berikut ini.

Tabel 2. Pedoman Jadwal Imunisasi Toksoid Tetanus pada Wanita yang Pernah Imunisasi Tetanus saat Bayi, Anak-Anak, dan Remaja

Usia saat vaksinasi terakhir

Riwayat imunisasi sebelumnya (menurut catatan resmi

Rekomendasi Imunisasi

Pada kontak saat ini/sedang hamil

Saat kemudian hari (interval minimal 1 tahun dari vaksin sebelumnya)

Bayi 3 DTP 2 dosis TT/Td (interval antar dosis minimal 4 minggu) 1 dosis TT/Td
Anak-anak 4 DTP 1 dosis TT/Td 1 dosis TT/Td
Usia sekolah 3 DTP + 1 DT/Td 1 dosis TT/Td 1 dosis TT/Td
Usia sekolah 4 DTP + 1 DT/Td 1 dosis TT/Td Tidak perlu vaksin
Remaja 4 DTP + 1 DT saat usia 4-6 tahun + 1 TT/Td saat usia 14-16 tahun Tidak perlu vaksin

Tidak perlu vaksin [45]

 

Referensi

1. Roper MH, Vandelaer JH, Gasse FL. Maternal and neonatal tetanus. Lancet. 2007;370(9603):1947–59.
28. Liu ZC, Zhou B, Tan SK. Tetanus vaccines: WHO position paper – February 2017. Relev Epidemiol Hebd. 2017;92(6):53–76. Available from: http://www.scientific.net/AMR.658.399
41. Food and Drug Administration. FDA. Pentacel. 2017. Available from: https://www.fda.gov/BiologicsBloodVaccines/Vaccines/ApprovedProducts/ucm172502.htm
42. Food and Drug Administration. FDA. Infanrix. 1997. Available from: https://www.fda.gov/downloads/biologicsbloodvaccines/vaccines/approvedproducts/ucm124514.pdf
43. Agency EM. Infanrix Hexa [Internet]. European Public Assessment Report for Infanrix Hexa. 2017. Available from: https://www.ema.europa.eu/documents/product-information/infanrix-hexa-epar-product-information_en.pdf
44. World Health Organization. WHO Immunological Basis for Immunization Series Module 3: Tetanus Update 2018. WHO. 2018;
45. WHO. Maternal Immunization against tetanus. 2006. https://www.who.int/reproductivehealth/publications/maternal_perinatal_health/immunization_tetanus.pdf

Prognosis Tetanus Neonatorum
Diskusi Terkait
Anonymous
03 April 2021
Penanganan apa yang dapat diberikan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama untuk kasus tetanus neonatorum
Oleh: Anonymous
0 Balasan
Alo dokter. Izin bertanya untuk penanganan tetanus neonatorum di FKTP apakah bisa menggunakan diazepam apabila di FKTP tidak ada Phrnobarbital?Dan adakah...

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.