Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Edukasi dan Promosi Kesehatan Tetanus Neonatorum general_alomedika 2022-12-21T14:16:08+07:00 2022-12-21T14:16:08+07:00
Tetanus Neonatorum
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Edukasi dan Promosi Kesehatan Tetanus Neonatorum

Oleh :
Sunita
Share To Social Media:

Edukasi dan promosi kesehatan tentang tetanus neonatorum atau TN diarahkan pada tindakan preventif berupa imunisasi tetanus toksoid dan pentingnya rujukan ke rumah sakit untuk tiap kasus yang dicurigai sebagai TN.

Edukasi Pasien

Edukasi diberikan kepada orang tua pasien mengenai penyebab penyakit dan terapi yang tersedia. Dokter juga perlu menjelaskan prognosis pasien. Bila tidak mendapatkan penanganan medis yang adekuat, 50–95% kasus TN dapat mengalami kematian. Namun, angka ini dapat ditekan hingga 15–40% apabila pasien mendapat penanganan yang tepat.[22,32,39,40]

Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

Vaksin toksoid tetanus (TT) dibuat dengan cara membiakkan galur C. tetani toksigenik pada medium cair yang memungkinkan untuk produksi toksin, panen toksin dengan filtrasi, inaktivasi toksin oleh formaldehida, dan tahap purifikasi serta sterilisasi.[28]

Kemudian, imunogenisitas TT ditingkatkan dengan cara melekatkannya pada suatu adjuvan. Potensi TT dilaporkan dalam satuan unit internasional (IU) dengan cara menilai kesintasan hewan coba yang telah diimunisasi dengan toksin tetanus. Standar WHO menyebutkan bahwa potensi vaksin tetanus yang disuntikkan pada anak-anak tidak boleh kurang dari 40 IU per dosis pemberian.[28]

Vaksin TT tersedia dalam bentuk antigen tunggal maupun kombinasi bersama vaksin jenis lainnya seperti vaksin difteri, pertusis, poliomyelitis, hepatitis B, dan H. influenzae tipe B.[41-43]

Walaupun sediaan pentavalent (DTP-HiB-HepB) merupakan jenis yang paling banyak digunakan, sediaan heksavalen (DTaP-IPV/HiB-HepB) juga dapat menjadi alternatif vaksin TT bagi bayi. Penggunaan vaksin kombinasi lebih disarankan dibandingkan vaksin TT tunggal sebab vaksin kombinasi meningkatkan angka cakupan imunisasi tetanus dan difteri yang tinggi sepanjang hayat.[28]

Efikasi Toksoid Tetanus

Sejauh ini belum ada batasan parameter imunologi definitif yang berkaitan langsung dengan tingkat proteksi untuk tetanus. Berdasarkan pemeriksaan netralisasi in vivo atau modifikasi ELISA (enzyme-linked immunosorbent assay), kadar antibodi melebih 0,01 IU/mL biasanya dianggap protektif.[28]

Sementara itu, menurut ELISA standar, konsentrasi antibodi yang dianggap protektif adalah minimal 0,1-0,2 IU/mL. Sayangnya, terdapat beberapa laporan kasus tetanus yang masih terjadi pada individu dengan konsentrasi antibodi melebihi ambang batas tersebut.[28]

Antibodi tetanus pasca dosis TT pertama terbentuk secara lambat dan hanya terdiri dari IgM non netralisasi dan sedikit IgG saja. Selain itu, imunitas juga menurun seiring berjalannya waktu. Pada populasi anak, pemberian 3 dosis TT primer menginduksi pembentukan titer antibodi melebihi ambang batas protektif dengan rerata antibodi di atas 0,2 IU/mL. Atas alasan tersebut, jumlah dosis yang disarankan untuk vaksin TT primer pada bayi adalah 3 kali dengan interval antar pemberian minimal 4 minggu.[1]

Imunisasi Maternal

Terkait pencegahan kejadian TN, imunisasi maternal terhadap tetanus untuk memicu pembentukan IgG spesifik dan transfer transplasental antibodi kepada janin merupakan kunci untuk menekan risiko TN. Secara teori, IgG spesifik tetanus memberikan proteksi sementara yang cukup dan efisien untuk mencegah TN sebab kadar antibodi pada bayi saat lahir biasanya sama atau lebih tinggi dari kadar antibodi ibu.[44]

Transfer antibodi tetanus meningkat seiring penambahan usia kehamilan dan mencapai efisiensi maksimal pada trimester ketiga. Dosis TT yang dianggap cukup untuk memicu proteksi terhadap tetanus pada wanita hamil yang belum pernah mendapat vaksin TT dan bayi yang dikandungnya adalah dua dosis dengan interval minimal 6 minggu atau lebih.[1]

Keamanan Vaksin

Ditinjau dari segi keamanan vaksin, toksoid tetanus (TT) merupakan jenis vaksin yang sangat aman. Reaksi lokal seperti nyeri atau kemerahan dapat ditemukan pada 50-80% resipien vaksin. Selain itu, reaksi sistemik ringan seperti demam, nyeri otot, dan malaise dapat terjadi pada 0,5–10% resipien pasca vaksinasi booster.[28]

Sementara itu, pada resipien vaksin DTaP primer, tingkat kejadian reaksi lokal tersebut meningkat seiring dengan jumlah vaksinasi yang telah diberikan sebelumnya. Risiko pemberian TT yang berlebihan juga dapat terjadi apabila kadar antibodi tetanus sebelumnya sudah cukup tinggi yang dapat memicu reaksi lokal dengan derajat yang lebih berat. Oleh sebab itu, penelusuran riwayat vaksinasi tetanus sebelumnya menjadi aspek penting yang perlu diperhatikan.[28]

Reaksi yang berat seperti reaksi anafilaksis amat langka terjadi dan diperkirakan hanya terjadi 1–2 kejadian per 1 juta dosis Td yang disuntikkan. Namun, riwayat reaksi anafilaktik berat terhadap satu atau lebih komponen vaksin tunggal maupun kombinasi menjadi kontraindikasi segala bentuk pemberian vaksin TT berikutnya. Selain itu, apabila anak menderita kondisi sakit akut yang berat, pemberian vaksin TT sebaiknya ditunda.[28]

Dosis dan Cara Pemberian Toksoid Tetanus

Vaksin TT dalam bentuk DTP (difteri-tetanus-pertusis) dan DT (difteri-tetanus) dapat diberikan pada bayi sejak usia di atas 6 minggu dengan dosis 3 kali intramuskular dengan interval antar pemberian minimal 4 minggu. Atas ketentuan tersebut, jadwal pemberian yang disarankan di Indonesia adalah pada usia 2, 3, dan 4 bulan. Dosis standar yang diberikan adalah 0,5 mL, disuntikkan secara intramuskular pada bagian paha anterolateral bayi.[28]

Sementara itu, sebagai upaya pencegahan tetanus neonatorum dan maternal, WHO merekomendasikan pemberian vaksin TT pada wanita usia reproduktif dan wanita hamil yang belum pernah mendapat vaksin TT, Td, maupun DTP seperti pada tabel 3.[45]

Tabel 3. Jadwal Imunisasi Toksoid Tetanus pada Wanita Usia Reproduktif atau Wanita Hamil yang Belum Pernah Mendapat Vaksin TT, Td, atau DTP

Dosis TT atau Td menurut catatan resmi vaksinasi sebelumnya Kapan diberikan Durasi proteksi yang diharapkan
1 Saat kontak pertama dengan tenaga kesehatan atau sedini mungkin pada awal kehamilan -
2 Minimal 4 minggu setelah TT1 1–3 tahun
3 Minimal 6 bulan setelah TT2 atau pada kehamilan berikutnya Minimal 5 tahun
4 Minimal 1 tahun setelah TT3 atau pada kehamilan berikutnya Minimal 10 tahun
5 Minimal 1 tahun setelah TT4 atau pada kehamilan berikutnya Sepanjang usia reproduktif atau lebih lama lagi

Sumber: dr. Sunita, 2020.

Namun, bila seorang wanita usia reproduktif atau sedang hamil mampu menunjukkan catatan vaksinasi tetanus (DTP, DT, Td, atau TT) yang resmi saat bayi, anak-anak, dan remaja, maka rekomendasi jadwal vaksinasi tetanus berikutnya mengikuti rekomendasi tabel di bawah.[45]

Tabel 4. Pedoman Jadwal Imunisasi Toksoid Tetanus pada Wanita yang Pernah Imunisasi Tetanus saat Bayi, Anak-Anak, dan Remaja

Usia saat vaksinasi terakhir Riwayat imunisasi sebelumnya (menurut catatan resmi Rekomendasi Imunisasi
Pada kontak saat ini/sedang hamil Saat kemudian hari (interval minimal 1 tahun dari vaksin sebelumnya)
Bayi 3 DTP 2 dosis TT/Td (interval antar dosis minimal 4 minggu) 1 dosis TT/Td
Anak-anak 4 DTP 1 dosis TT/Td 1 dosis TT/Td
Usia sekolah 3 DTP + 1 DT/Td 1 dosis TT/Td 1 dosis TT/Td
Usia sekolah 4 DTP + 1 DT/Td 1 dosis TT/Td Tidak perlu vaksin
Remaja 4 DTP + 1 DT saat usia 4-6 tahun + 1 TT/Td saat usia 14-16 tahun Tidak perlu vaksin Tidak perlu vaksin

 

 

Direvisi oleh: dr. Irene Cindy Sunur

Referensi

1. Roper MH, Vandelaer JH, Gasse FL. Maternal and neonatal tetanus. Lancet. 2007;370(9603):1947–59.
22. Lam PK, Trieu HT, Lubis IND, et al. Prognosis of neonatal tetanus in the modern management era: An observational study in 107 Vietnamese infants. Int J Infect Dis. 2015;33:e7–11.
28. Liu ZC, Zhou B, Tan SK. Tetanus vaccines: WHO position paper – February 2017. Relev Epidemiol Hebd. 2017;92(6):53–76. http://www.scientific.net/AMR.658.399
32. Trieu HT, Lubis IN, Qui PT, Yen LM, Wills B, Louise Thwaites C, et al. Neonatal tetanus in Vietnam: Comprehensive intensive care support improves mortality. J Pediatric Infect Dis Soc. 2016;5(2):227–30.
38. McGregor C, Machin A, White J. In-patient benzodiazepine withdrawal: comparison of fixed and symptom-triggered taper methods. Drug Alcohol Rev. 2003 Jan 1;22(2):175–80. http://doi.wiley.com/10.1080/09595230100100615
39. Trujillo MH, Castillo A, España J, et al. Impact of Intensive Care Management on the Prognosis of Tetanus. Chest. 1987 Jul;92(1):63–5. http://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/S0012369216376383
40. Lambo JA, Anokye EA. Prognostic factors for mortality in neonatal tetanus: A systematic review and meta-analysis. Int J Infect Dis. 2013;17(12):e1100–10. http://dx.doi.org/10.1016/j.ijid.2013.05.016
41. Food and Drug Administration. FDA. Pentacel. 2017. https://www.fda.gov/BiologicsBloodVaccines/Vaccines/ApprovedProducts/ucm172502.htm
42. Food and Drug Administration. FDA. Infanrix. 1997. https://www.fda.gov/downloads/biologicsbloodvaccines/vaccines/approvedproducts/ucm124514.pdf
43. Agency EM. Infanrix Hexa. European Public Assessment Report for Infanrix Hexa. 2017. https://www.ema.europa.eu/documents/product-information/infanrix-hexa-epar-product-information_en.pdf
44. World Health Organization. WHO Immunological Basis for Immunization Series Module 3: Tetanus Update 2018. WHO. 2018.
45. WHO. Maternal Immunization against tetanus. 2006. https://www.who.int/reproductivehealth/publications/maternal_perinatal_health/immunization_tetanus.pdf

Prognosis Tetanus Neonatorum
Diskusi Terkait
Anonymous
Dibuat 03 April 2021, 09:31
Penanganan apa yang dapat diberikan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama untuk kasus tetanus neonatorum
Oleh: Anonymous
0 Balasan
Alo dokter. Izin bertanya untuk penanganan tetanus neonatorum di FKTP apakah bisa menggunakan diazepam apabila di FKTP tidak ada Phrnobarbital?Dan adakah...

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.