Penatalaksanaan Penyakit Kawasaki
Penatalaksanaan penyakit Kawasaki meliputi rawat inap untuk observasi, pemantauan status kardiovaskular, dan terapi untuk manifestasi sistemik. Jika diagnosis telah tegak, terapi harus dimulai sesegera mungkin dengan aspirin dan imunoglobulin intravena (IVIG). Tujuan terapi pada penyakit Kawasaki adalah untuk mengontrol inflamasi akut dan gejalanya, mencegah terjadi sekuele jangka panjang, termasuk abnormalitas arteri koroner.[5]
Medikamentosa
Terapi medikamentosa pada penyakit Kawasaki meliputi imunoglobulin intravena (IVIG), aspirin, dan glukokortikoid.
Aspirin
Aspirin memiliki efek antiinflamasi dan antiplatelet. Dosis yang disarankan adalah 30-50 mg/kg/hari (dosis rendah) selama fase akut. Hingga kini, dosis tinggi aspirin (> 80 mg/kg/hari) belum terbukti memiliki manfaat lebih, namun memiliki potensi efek samping yang lebih tinggi. Setelah melewati fase akut, dosis diturunkan menjadi 3-5 mg/kg/hari.[5]
Penggunaan aspirin dosis rendah dilanjutkan hingga penanda inflamasi normal kembali, kecuali kalau ditemukan kelainan arteri koroner pada echocardiography. Jika pasien memiliki alergi terhadap aspirin, maka dapat diganti dengan antiplatelet lain, seperti dipyridamole.[20]
Imunoglobulin Intravena
Imunoglobulin intravena (IVIG) merupakan produk biologis yang dikumpulkan dari plasma donor. Pemberian IVIG bertujuan untuk mengurangi risiko aneurisma arteri koroner dan mempercepat resolusi miokarditis limfositik pada penyakit ini.
IVIG memiliki efek antiinflamasi yang dapat mengurangi kejadian demam dan reaktan fase akut (C-reactive protein) dan fibrinogen. Mekanisme kerja secara pasti belum diketahui, namun diduga IVIG memodulasi produksi dan kandungan sitokin, meningkatkan aktivitas suppressor T-cell, menurunkan sintesis antibodi, dan menyediakan antibodi antiidiotipik.
Dosis IVIG yang direkomendasikan saat ini adalah dosis tunggal 2 g/kg yang diberikan dalam 8 hingga 12 jam. American Academy of Pediatrics dan American Heart Association merekomendasikan agar anak dengan penyakit Kawasaki diterapi dengan aspirin dan imunoglobulin intravena (IVIG) dalam 10 hari pertama, dan jika memungkinkan dalam 7 hari pertama.[20]
Glukokortikoid
Pemberian glukokortikoid disarankan bagi penderita penyakit Kawasaki keturunan Jepang dengan skor Kobayashi ≥ 5. Glukokortikoid juga dapat dipertimbangkan sebagai terapi primer pada pasien yang memenuhi kriteria risiko tinggi mengalami komplikasi kardiovaskular atau terjadi resistensi imunoglobulin intravena (IVIG), misalnya pasien yang berusia kurang dari 1 tahun dan terutama infant kurang dari 6 bulan.[4,20,25]
Skor Kobayashi:
- Natrium ≤133 mmol/L: 2 poin
- Aspartate aminotransferase ≥100 IU/L: 2 poin
C-reactive protein (CRP) ≥10 mg/dL (≥100 mg/L): 1 poin
- Neutrofil ≥80 persen dari hitung diferensial sel darah putih: 2 poin
- Hitung trombosit ≤ 300.000/mm: 1 poin
- Diagnosis awal dengan terapi pertama kali pada atau sebelum hari ke-4 terjangkit penyakit: 2 poin
- Usia ≤ 12 bulan: 1 poin[21]
Skor Prediksi Aneurisma Arteri Koroner Pada Keturunan Non Jepang:
- Skor-Z left anterior descending atau right coronary artery ≥ 2,0: 2 poin
- Usia < 6 bulan: 1 poin
- Keturunan Asia: 1 poin
- CRP >13 mg/dL: 1 poin
Interpretasi skor ini adalah:
- 0-1 poin: risiko rendah
- 2 poin: risiko sedang
- 3-5 poin: risiko tinggi[22]
Dosis Glukokortikoid
Glukokortikoid yang dapat diberikan adalah prednisolone 2 mg/kg/hari intravena selama 5 hari. Kemudian diganti dengan dosis oral 2 mg/kg/hari selama 5 hari, lalu 1 mg/kg/hari selama 5 hari, dan terakhir dengan dosis 0,5 mg/kg/hari selama 5 hari atau sampai bebas demam.[20]