Kemiripan MIS-C Akibat COVID-19 dengan Penyakit Kawasaki pada Anak

Oleh :
dr. Joko Kurniawan, M.Sc., Sp.A

Multisystem Inflammatory Syndrome in Children (MIS-C) pada kasus COVID-19 memiliki beberapa fitur klinis yang menyerupai penyakit Kawasaki. MIS-C adalah kelainan hiperinflamasi dengan keterlibatan multiorgan yang disebabkan oleh severe acute respiratory syndrome coronavirus-2 (SARS-CoV-2). Kondisi ini telah dilaporkan oleh beberapa negara di seluruh dunia pada kasus infeksi COVID-19 anak.[1,2]

Kemenkes ft Alodokter Alomedika 650x250

Definisi Multisystem Inflammatory Syndrome in Children (MIS-C) dan Penyakit Kawasaki

Menurut WHO, Multisystem Inflammatory Syndrome in Children (MIS-C) dapat didiagnosis pada anak usia 0-19 tahun yang mengeluhkan demam lebih dari 3 hari, disertai 2 gejala penyerta dan peningkatan penanda inflamasi (seperti LED, CRP, dan prokalsitonin) tanpa adanya penyebab inflamasi lain, serta terbukti mengalami infeksi COVID-19.

Toddler,Boy,In,Intensive,Care,Unit,Or,Icu.covid19,Coronavirus,Kawasaki

Gejala penyerta yang bisa terjadi adalah:

  • Ruam, konjungtivitis bilateral nonpurulen, atau infeksi mukokutan
  • Hipotensi atau syok
  • Tanda-tanda disfungsi miokardium, perikarditis, vaskulitis, atau abnormalitas koroner berdasarkan echocardiography atau peningkatan troponin dan NT-proBNP
  • Koagulopati
  • Masalah gastrointestinal akut seperti diare, muntah, dan nyeri perut[3,4]

Sementara itu, penyakit Kawasaki adalah vaskulitis sistemik akut pada anak. Diagnosis penyakit Kawasaki ditegakkan berdasarkan gejala klinis berupa demam (5 hari atau lebih), disertai 4 dari 5 kriteria tambahan berikut:

  • Injeksi konjungtiva bilateral
  • Kelainan di mulut dan bibir berupa lidah stroberi
  • Kelainan tangan dan kaki, seperti eritema dan pengelupasan kulit
  • Eksantema polimorfik
  • Limfadenopati servikal unilateral

Pada penyakit Kawasaki, pembuluh darah yang terkena umumnya melibatkan arteri koroner, sehingga sering menyebabkan infark miokardium, ruptur aneurisma, hingga kematian.[5]

Patogenesis Multisystem Inflammatory Syndrome in Children (MIS-C) dan Kemiripan dengan Penyakit Kawasaki

Hubungan antara infeksi COVID-19 dengan Multisystem Inflammatory Syndrome in Children (MIS-C) diyakini kuat berkaitan dengan adanya disregulasi reaksi imun. Faktor genetik dan faktor lingkungan dapat menginduksi reaksi imun yang akan memproduksi sitokin dalam jumlah besar di dalam tubuh, yang pada pembuluh darah akan menyebabkan gejala yang mirip dengan penyakit Kawasaki. Teori saat ini meyakini adanya ketidakseimbangan antara sel T-helper dan T regulator pada kasus MIS-C. [3,6,7]

Kemiripan Manifestasi Multisystem Inflammatory Syndrome in Children (MIS-C) dengan Penyakit Kawasaki

Laporan kasus dari 8 rumah sakit di Inggris melaporkan 58 anak dengan MIS-C antara 23 Maret sampai 16 Mei 2020 dengan rerata usia 9 tahun. Semua anak memiliki gejala demam. Gejala lainnya bervariasi, antara lain muntah (45%), nyeri perut (53%), diare (52%), ruam kulit (52%), dan injeksi konjungtiva (45%). Tiga belas pasien memenuhi kriteria penyakit Kawasaki, dimana 8 ditemukan mengalami dilatasi arteri koroner atau aneurisma.[8]

Sebuah meta analisis yang mengevaluasi 27 studi dengan 917 anak yang mengalami MIS-C melaporkan gejala yang dominan terjadi pada anak adalah demam (99,3%) dan gejala gastrointestinal (87,3%) seperti diare, muntah, dan nyeri perut. Gejala lain mencakup keterlibatan jantung seperti disfungsi miokardium (55,3%), syok (65,8%), dan aneurisma arteri koroner (21,7%). Rerata usia anak pada studi ini adalah 9,3 tahun.[9]

Sebagian besar kasus mendapatkan imunoglobulin intravena (81%), aspirin (67,3%),  dan kortikosteroid (63,6%). Meskipun perbaikan fungsi jantung saat pulang dari rumah sakit didapatkan pada 55,1% pasien, kebutuhan terhadap extracorporeal membrane oxygenation (ECMO) dilaporkan sebesar 6,3% dan angka mortalitas dilaporkan sebesar 1,9%.[9]

Meta analisis lain yang melibatkan 17 studi dengan 992 pasien MIS-C di Perancis, Amerika, Italia, Spanyol, dan Inggris melaporkan gejala demam terjadi pada 95% pasien. Gejala lain yang menyertai adalah gejala gastrointestinal (78%), kardiovaskular (75,5%), dan keterlibatan sistem respirasi (55,3%). Sindrom syok toksik juga terjadi pada 49% pasien, dengan 18% di antaranya ditemukan abnormalitas pembuluh darah koroner dan 9% mengalami gagal jantung. Angka kematian dilaporkan mencapai 2,2 %.[10]

Studi meta analisis lain yang melibatkan 440 kasus MIS-C juga menunjukan hasil serupa. Dari studi ini didapatkan manifestasi terbanyak adalah gejala gastrointestinal (87%), diikuti dengan gejala mukokutan (73%) dan kardiovaskular (71%). Lebih dari 75% kasus menunjukkan peningkatan CRP, interleukin-6, dan fibrinogen.[11]

Membedakan Gejala Penyakit Kawasaki dengan Multisystem Inflammatory Syndrome in Children (MIS-C)

Sampai saat ini belum ada studi yang bisa menjelaskan bagaimana membedakan penyakit Kawasaki dengan Multisystem Inflammatory Syndrome in Children (MIS-C) secara pasti. Namun, ada beberapa parameter yang bisa digunakan oleh klinisi yang disimpulkan dari berbagai laporan kasus yang ada.

Usia

Dari segi usia, gejala MIS-C pada pasien COVID-19 tampaknya cenderung dialami anak usia lebih besar (4,5 sampai 11 tahun), sedangkan penyakit Kawasaki cenderung terjadi pada rentang usia 1-4 tahun.[12,13]

Gejala Penyerta

Gejala penyerta berupa konjungtivitis dan keterlibatan kulit atau mukosa lebih banyak terjadi pada penyakit Kawasaki. Sementara itu, pada anak dengan COVID-19, keterlibatan masalah respirasi lebih dominan.[12,13]

Parameter Laboratorium

Angka leukosit, limfosit, monosit, dan platelet tampaknya lebih rendah pada kasus COVID-19 dibandingkan dengan penyakit Kawasaki. Sedangkan kadar CRP, troponin, troponin T, feritin, dan D dimer pada kasus COVID-19 lebih tinggi dibandingkan dengan penyakit Kawasaki.[12,13]

Tata Laksana

Tujuan utama tata laksana pada penyakit Kawasaki adalah menghambat inflamasi fase akut dan cedera arteri. Modalitas tata laksana umumnya mencakup penggunaan imunoglobulin intravena (IVIG), aspirin, dengan atau tanpa terapi antikoagulan. [14]

Sementara itu, algoritma terapi terbaik untuk MIS-C pada kasus COVID-19 masih menjadi perdebatan.  IVIG telah dilaporkan juga digunakan pada kasus MIS-C dengan harapan mampu menangani superantigen dari SARS-CoV-2. Selain itu, telah ada laporan kasus yang menangani MIS-C dengan hydroxychloroquine dan lopinavir/ritonavir.[15]

Pada pasien yang dicurigai mengalami penyakit Kawasaki ataupun MIS-C, keterlibatan jantung perlu dievaluasi. Modalitas pemeriksaan yang disarankan adalah echocardiography untuk mengevaluasi adanya aneurisma arteri koroner.[14,15]

Kesimpulan

Multisystem Inflammatory Syndrome in Children (MIS-C) pada penderita COVID-19 secara klinis dapat menyerupai penyakit Kawasaki. Patogenesis yang sama-sama berbasis pada disregulasi sistem imun diduga menjadi faktor yang menyebabkan manifestasi klinis yang mirip.

Hingga kini, belum ada pedoman baku atau bukti ilmiah yang adekuat untuk menentukan parameter apa yang dapat membantu klinisi membedakan kedua penyakit tersebut. Berdasarkan beberapa laporan kasus, MIS-C nampaknya cenderung terjadi pada anak dengan usia lebih besar (di atas 4 tahun). Selain itu, pada MIS-C keterlibatan sistem respirasi lebih menonjol, sedangkan pada penyakit Kawasaki keterlibatan konjungtivitis dan gangguan mukokutan lebih sering ditemukan.

Parameter laboratorium seperti angka leukosit, limfosit, monosit, dan platelet cenderung lebih rendah pada kasus COVID-19; sedangkan kadar CRP, troponin, troponin T, feritin, dan D dimer cenderung lebih tinggi pada kasus COVID-19 dibandingkan dengan penyakit Kawasaki. Penelitian lebih lanjut terus dilakukan untuk mengetahui modalitas diagnostik dan tata laksana terbaik untuk MIS-C, dengan harapan meningkatkan rasio kesembuhannya.

Referensi