Penatalaksanaan Miokarditis
Penatalaksanaan miokarditis ditujukan pada penanganan gagal jantung, aritmia, serta penggunaan imunosupresan dan imunomodulator jika diperlukan. [1,11,15]
Penanganan Pasien Tidak Stabil
Rawat Inap di Intensive Cardiac Care Unit (ICCU) sebaiknya dilakukan pada pasien-pasien yang datang dengan gagal jantung berat (acute decompensated heart failure/ADHF) dan yang mengalami atau berpotensi mengalami aritmia fatal. Penanganan gagal jantung dan aritmia dilakukan sesuai pedoman klinis gagal jantung dan aritmia.
Penanganan acute decompensated heart failure (ADHF) cukup kompleks, mencakup penggunaan ventilasi mekanik, bantuan mekanik pada jantung (seperti penggunaan left ventricular assist device, intra aortic balloon pump, dan extracorporeal membrane oxygenation), hingga transplantasi jantung. Obat-obatan inotropik seringkali dibutuhkan bila terjadi ADHF, namun harus berhati-hati karena juga dapat menyebabkan aritmia.
Aritmia fatal pada pasien seringkali dapat terjadi bersamaan dengan ADHF sehingga pemantauan EKG dengan monitor dibutuhkan. Pasien dengan AV blok derajat 3 memerlukan alat pacu jantung temporer. [1,11,15]
Penanganan Pasien Stabil
Pasien miokarditis stabil asimptomatik atau dengan gejala minimal sebaiknya tetap dirawat di rumah sakit untuk pemantauan dan penegakkan diagnosis miokarditis. Pemantauan sangat dibutuhkan pada fase akut walaupun pasien stabil, karena dapat terjadi aritmia fatal secara tiba-tiba.
Gagal jantung yang stabil dapat diterapi dengan diuretik (seperti furosemide), angiotensin converting enzyme inhibitor (seperti captopril), serta beta bloker (seperti propranolol). [1,11,15]
Terapi Spesifik
Jenis miokarditis akibat autoimunitas diobati dengan imunosupresi, misalnya pada pasien dengan miokarditis giant cell.
Dalam kasus miokarditis giant cell, terapi kombinasi siklosporin dan kortikosteroid dengan atau tanpa azathioprine atau muronomab-CD, dapat meningkatkan prognosis dan menghasilkan median kesintasan 12 bulan dibandingkan dengan 3 bulan untuk pasien yang tidak diobati. Namun demikian, sejumlah kecil pasien tetap memerlukan mechanical circulatory support atau transplantasi jantung dalam 1 tahun. [4]
Aktivitas Fisik
Pada miokarditis akut, aktivitas fisik aerobik tidak direkomendasikan. Sebuah studi pada hewan coba dengan miokarditis akibat Coxsackievirus B3 menunjukkan bahwa aktivitas fisik aerobik berkaitan dengan peningkatan mortalitas dan menginduksi supresi limfosit T.
Miokarditis adalah penyebab kematian mendadak pada atlet muda. The 36th Bethesda Conference Task Forces menganjurkan agar atlet dengan kemungkinan atau bukti definitif miokarditis untuk tidak terlibat dalam olahraga kompetitif selama setidaknya 6 bulan. Atlet dapat kembali berlatih atau berkompetisi setelah fungsi ventrikel kiri dan dimensi kardiak kembali normal, serta sudah tidak ada aritmia yang bermakna secara klinis. [1,4]
Antivirus
Pada miokarditis yang disebabkan oleh infeksi virus herpes, dapat digunakan acyclovir, gancyclovir, dan valacyclovir. Namun, efikasi obat-obat ini untuk miokarditis belum didukung bukti ilmiah yang cukup.
Studi preliminari menunjukkan bahwa interferon beta mampu mengeradikasi infeksi enteroviral dan adenoviral pada pasien dengan disfungsi ventrikel kiri dan meningkatkan prognosis dalam 10 tahun. [1,4]
Imunoglobulin Intravena
Penggunaan imunoglobulin intravena (IVIG) dosis tinggi dilaporkan berkaitan dengan perbaikan fraksi ejeksi ventrikel kiri. IVIG juga tidak berkaitan dengan efek samping mayor, dan dapat digunakan pada miokarditis refraktori akibat virus ataupun autoimun, terutama yang autoantibody-mediated. [1]