Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • SKP Online
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit
  • Obat
  • Tindakan Medis
Penatalaksanaan Divertikulitis general_alomedika 2019-06-11T07:50:00+07:00 2019-06-11T07:50:00+07:00
Divertikulitis
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Penatalaksanaan Divertikulitis

Oleh :
Sunita
Share To Social Media:

Penatalaksanaan divertikulitis tanpa komplikasi adalah dengan menggunakan obat antiinflamasi dan perubahan gaya hidup. Mayoritas divertikulitis dapat ditata laksana secara rawat jalan. Jika divertikulitis mengalami komplikasi perforasi, abses, atau perdarahan, tindakan operatif dapat dipertimbangkan.

Perubahan Gaya Hidup

Diet tinggi serat dilaporkan bermanfaat dalam tata laksana divertikulitis. Serat diduga dapat bermanfaat karena mampu meningkatkan massa feses dan membantu regularitas buang air. Serat juga dipercaya bermanfaat sebagai prebiotik yang akan meningkatkan jumlah mikrobiota baik di intestinal, terutama Bifidobacterium sp dan Lactobacillus sp.

Sebuah tinjauan sistematik menyatakan bahwa diet tinggi serat dapat mengurangi gejala divertikulitis dan mencegah timbulnya komplikasi. [59]

Medikamentosa

Beberapa medikamentosa yang dapat diberikan pada pasien divertikulitis adalah obat antiinflamasi, probiotik, dan antibiotik.

Obat Antiinflamasi

Belum ada rekomendasi obat antiinflamasi terbaik untuk tata laksana divertikulitis. Beberapa studi menyarankan penggunaan mesalazine 800 mg dua kali sehari dengan atau tanpa probiotik. Studi melaporkan bahwa mesalazine mampu mengontrol gejala dan menurunkan rekurensi divertikulitis. [59,60]

Probiotik

Probiotik diduga dapat memodifikasi keseimbangan mikroba usus dan menimbulkan efek antiinflamasi dan antiinfeksi. Walaupun bukti ilmiah yang ada mendukung peran probiotik dalam tata laksana divertikulitis, kualitas bukti ilmiah yang ada masih belum cukup baik. [59,60]

Antibiotik

Dahulu, antibiotik selalu diberikan pada pasien divertikulitis. Namun, dengan adanya studi-studi terbaru, penggunaan antibiotik direkomendasikan untuk dilakukan secara selektif.

Bila pasien dengan divertikulitis memerlukan antibiotik, sediaan antibiotik oral cukup adekuat bagi pasien imunokompeten dengan divertikulitis tanpa komplikasi. Bukti yang ada telah membandingkan pilihan obat oral dan intravena dan menunjukkan bahwa antibiotik intravena tidak lebih superior dibandingkan antibiotik oral. Selain itu, durasi pemberian antibiotik selama 4 hari tampak sama baiknya dengan pemberian selama 7 hari.

Sementara itu, jenis antibiotik yang dianggap memiliki efikasi paling tinggi untuk kasus divertikulitis akut masih belum banyak dipelajari. Pada prinsipnya, antibiotik spektrum luas yang mampu mengatasi bakteri anaerob dan gram-negatif perlu dipertimbangkan. Jenis antibiotik yang sering diresepkan bagi pasien dengan divertikulitis antara lain kombinasi fluoroquinolone (ciprofloxacin atau levofloxacin) atau kotrimoksazol dengan metronidazole. Pilihan lain adalah moxifloxacin atau amoxicillin-clavulanate sebagai antibiotik tunggal.

Pada pasien divertikulitis yang menjalani rawat inap, antibiotik intravena yang dapat diberikan antara lain dari golongan fluoroquinolone dan metronidazole, ticarcillin-asam clavulanit, ertapenem, atau moxifloxacin. Bagi pasien dalam kondisi sakit berat atau imunokompromais, pilihan antibiotik yang dapat menjadi pilihan antara lain meropenem, imipenem-cilastatin, atau piperacillin-tazobactam. [28]

Pembedahan

Tindakan pembedahan dapat dipertimbangkan pada kasus divertikulitis dengan komplikasi (perforasi, abses, striktur, dan fistula) maupun divertikulitis rekuren. [28] Tindakan pembedahan akut mungkin diperlukan pada kasus divertikulitis yang disertai tampilan klinis berupa sepsis, adanya udara bebas pada CT abdomen, dan kasus divertikulitis yang tidak membaik dengan terapi farmakologi.

Sementara itu, operasi elektif bagi pasien dengan divertikulitis memerlukan pendekatan individual dengan mempertimbangkan berbagai hal seperti keparahan episode serangan divertikulitis sebelumnya, faktor risiko spesifik dalam diri pasien, gejala yang persisten, serta keinginan pribadi pasien. [5]

Operasi Darurat pada Kasus Divertikulitis

Kendati mayoritas pasien divertikulitis berespons baik dengan pemberian terapi farmakologi, hampir 25% pasien dengan divertikulitis akut memerlukan operasi darurat. Kolektomi sigmoid darurat terutama diindikasikan pada pasien dengan sepsis, tanda-tanda peritonitis difus, dan pasien yang tidak berespons dengan terapi non bedah. [5]

Divertikulitis dengan ukuran abses di bawah 4 cm biasanya berespons baik dengan pemberian antibiotik spektrum luas pada hampir 70% kasus. Tindakan pembedahan berupa drainase perkutan dicadangkan pada kasus divertikulitis kompleks dengan riwayat kegagalan terhadap terapi farmakologi atau dengan ukuran abses yang besar. [5,61]

Sementara itu, divertikulitis yang disertai dengan peritonitis fekal atau purulen memiliki mortalitas yang cukup tinggi (14%). Dengan demikian, strategi pembedahan berupa anastomosis primer dengan atau tanpa diversi fekal menjadi pilihan yang baik pada pasien yang stabil secara hemodinamik. Apabila kondisi hemodinamik pasien tidak stabil, prosedur Hartmann dapat dipertimbangkan untuk penatalaksanaan pasien. [61]

Operasi Elektif pada Kasus Divertikulitis

Keputusan untuk melakukan operasi kolektomi sigmoid elektif pada kasus divertikulitis perlu dilakukan secara individual. Pasien yang sembuh dari episode divertikulitis pertama memiliki risiko membutuhkan operasi emergensi dengan pemasangan stoma sebesar 1 dari 2000 pasien-tahun. Dengan kata lain, 18 pasien perlu menjalani operasi kolektomi elektif untuk mencegah 1 operasi darurat pada pasien dengan divertikulitis berulang. Data ini mengisyaratkan bahwa tindakan kolektomi elektif secara rutin bukan merupakan langkah yang efektif untuk mencegah rekurensi divertikulitis yang mungkin memerlukan tindakan pemasangan stoma di kemudian hari. [7]

Rekomendasi operasi elektif perlu mempertimbangkan kondisi medis umum pasien, efek serangan divertikulitis berulang terhadap gaya hidup pasien, ada atau tidaknya risiko misdiagnosis karsinoma kolorektal, derajat keparahan serangan, dan kronisitas gejala. [7] Indikasi yang tegas untuk mempertimbangkan reseksi sigmoid elektif antara lain adanya stenosis usus, fistula, perdarahan divertikel berulang, maupun adanya karakteristik pasien berisiko tinggi (contoh: pasien imunokompromais) yang sukses menjalani terapi konservatif untuk suatu episode divertikulitis. [6] Pasien dengan abses pelvik atau mesokolik berukuran minimal 5 cm dengan atau tanpa drainase abses perkutan juga dapat disarankan untuk menjalani kolektomi elektif guna mencegah peningkatan risiko rekurensi (40%). [7]

Referensi

5. Regenbogen SE, Hardiman KM, Hendren S, Morris AM. Surgery for diverticulitis in the 21st century a systematic review. JAMA Surg. 2014;149(3):292–302.
7. Feingold D, Steele SR, Lee S, Kaiser A, Boushey R, Buie WD, et al. Practice parameters for the treatment of sigmoid diverticulitis. Dis Colon Rectum. 2014;57(3):284–94.
28. Swanson SM, Strate LL. Acute Colonic Diverticulitis. Ann Intern Med [Internet]. 2018;168(9):ITC65–80. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/29710265%0Ahttp://www.pubmedcentral.nih.gov/articlerender.fcgi?artid=PMC6430566
59. Carabotti M, Annibale B. Treatment of diverticular disease: an update on latest evidence and clinical implications. Drugs in Context, 2018. 7: 1–11. doi:10.7573/dic.212526
60. Cuomo R, Cargiolli M, Cassarano S, Carabotti M, Annibale B. Treatment of diverticular disease, targeting symptoms or underlying mechanisms. Current Opinion in Pharmacology, 2018. 43: 124–131. doi:10.1016/j.coph.2018.09.006
61. Lanas A, Abad-baroja D, Lanas-gimeno A. Progress and challenges in the management of diverticular disease : which treatment ? 2018;1–21.

Diagnosis Divertikulitis
Prognosis Divertikulitis

Artikel Terkait

  • Penggunaan Antibiotik Secara Rutin Tidak Bermanfaat untuk Penanganan Divertikulitis Akut
    Penggunaan Antibiotik Secara Rutin Tidak Bermanfaat untuk Penanganan Divertikulitis Akut
  • Kolonoskopi pada Divertikulitis Akut
    Kolonoskopi pada Divertikulitis Akut
  • Kacang Tidak Meningkatkan Risiko Divertikulitis
    Kacang Tidak Meningkatkan Risiko Divertikulitis
Diskusi Terkait
dr.Dizi Bellari Putri
06 April 2022
Kriteria diagnosis divertikulitis - Bedah Ask The Expert
Oleh: dr.Dizi Bellari Putri
1 Balasan
Alo dr. Sonny, Sp. B, izin bertanya pada pasien nyeri perut kiri bawah yang tidak khas disertai demam pada pasien pria, dan kita mencurigai ke arah...

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.