Patofisiologi Divertikulitis
Walaupun patofisiologi yang mendasari divertikulitis belum diketahui dengan pasti, beberapa faktor seperti motilitas kolon, perubahan mikrobiota usus, faktor genetik, dan peradangan diduga berperan penting.
Pembentukan Divertikula
Struktur dinding dan motilitas kolon berkaitan erat dengan kelemahan lokal pada dinding usus yang menyebabkan pembentukan divertikula. Tunika muskularis kolon terdiri atas sebuah lapisan otot sirkuler dan lapisan longitudinal di bagian luar. Suplai darah ke bagian mukosa dan submukosa kolon disediakan oleh vasa rekta yang berasal dari mesenterium dan berjalan ke bagian dalam hingga menembus dinding usus. Bagian anatomi yang ditembus oleh pembuluh darah tersebut diduga sebagai suatu struktur yang rentan terhadap pembentukan divertikula. [8]
Pola motilitas usus yang khas turut berkontribusi pada pembentukan divertikula. Usus besar memiliki segmentasi tonus dan mengalami kontraksi berkala diselingi kontraksi propulsif yang kuat hingga 4-5 kali per hari sehingga makanan bergerak ke arah distal dan memicu defekasi. Kontraksi berkala lebih lama terjadi di kolon sigmoid dibandingkan pada kolon transversus maupun desendens. Kombinasi pola kontraksi tersebut, ditambah lumen kolon sigmoid yang sempit, serta kurangnya lapisan otot longitudinal menyebabkan area ini lebih sering mengalami pembentukan divertikula. [8,9]
Perubahan Mikrobiota Usus
Perubahan mikrobiota usus dianggap sebagai faktor luminal yang mendominasi patogenesis divertikulitis. Pada penyakit divertikel tanpa komplikasi, penurunan jumlah bakteri disertai adanya komponen antiinflamasi di dalam usus mempermudah terjadinya peradangan pada lumen. [10]
Penelitian pada hewan coba mengisyaratkan bahwa proses penuaan juga berpengaruh pada keseimbangan mikrobiota usus yang mempermudah terjadinya inflamasi, meningkatkan sitokin proinflamasi dalam darah, dan meningkatkan permeabilitas usus. [11]
Kendati perubahan keseimbangan mikrobiota usus, atau disbiosis, diduga berperan penting dalam pembentukan divertikula, mekanisme yang menghubungkan keduanya masih belum diketahui. [12,13]
Peran Faktor Genetik pada Divertikulitis
Peran faktor genetik terhadap kejadian divertikulitis telah dipelajari pada sejumlah studi besar yang melibatkan partisipan kembar. Pada studi di Denmark, penyakit divertikel diperkirakan dapat diturunkan pada sekitar 53% partisipan kohort yang terdiri dari 923 individu kembar dengan penyakit divertikel dan lebih dari 29.000 individu kembar tanpa penyakit tersebut. Selain itu, pada penelitian di Swedia, heritabilitas penyakit divertikel mencapai 40% pada kohort individu kembar dengan penyakit divertikel dibandingkan pada partisipan kembar tanpa penyakit divertikel. [14,15]
Beberapa perubahan genetik diduga berkaitan dengan peningkatan risiko divertikulitis dan divertikulosis. Polimorfisme nukleotida tunggal (single nucleotide polymorphism/SNP) merupakan varian genetik yang pertama diketahui berkaitan dengan divertikulitis. Selain itu, varian nukleotida tunggal gen beta laminin 4 (LAMB4) juga terdeteksi pada anggota keluarga yang mengalami divertikulitis. [16,17]
Inflamasi pada Divertikulitis
Mekanisme yang memicu progresivitas inflamasi pada divertikulosis menjadi divertikulitis akut masih terus dipelajari dan belum diketahui secara pasti. Bukti yang ada menunjukkan bahwa proses peradangan telah berlangsung sejak fase awal divertikulosis.
Dibandingkan kelompok kontrol, pasien dengan divertikulitis menunjukkan peningkatan ekspresi RNA pada gen yang berhubungan dengan respons imun. Kelompok gen yang berkaitan dengan deregulasi sistem imun pada pasien dengan divertikulitis antara lain RASAL3, INPP5D, PTPRC, dan SASH3. [18]