Epidemiologi Granuloma Annulare
Data epidemiologi granuloma annulare menunjukkan angka bervariasi dengan insiden tahunan sebesar 0,1–0,4%. Wanita lebih sering mengalami penyakit ini dibanding pria dengan granuloma tipe lokal menjadi tipe yang paling sering ditemui.[1,2]
Global
Data epidemiologi global menunjukkan insiden tahunan granuloma annulare berkisar antara 0,1% hingga 0,4%. Granuloma annulare dapat terjadi pada segala usia, akan tetapi paling sering dijumpai pada pasien berusia 30–50 tahun.
Granuloma annulare lebih sering dialami pasien berjenis kelamin wanita dibanding pria dengan rasio perbandingan 2:1 hingga 3:1. Berdasarkan jenis lesinya, granuloma annulare subkutan lebih sering dijumpai pada pasien anak, sementara granuloma annulare generalisata lebih umum pada pasien lanjut usia.[2,3,9]
Sebuah studi di Amerika Serikat melaporkan adanya kecenderungan terjadinya penyakit ini pada ras kaukasia serta individu dengan tingkat pendapatan dan edukasi yang lebih tinggi. Namun, belum dapat dipastikan apakah perbedaan ini disebabkan oleh faktor genetik dan lingkungan, atau semata-mata karena individu dari kelompok ras minoritas dan tingkat pendidikan yang lebih rendah cenderung lebih jarang mencari perawatan medis.[9]
Indonesia
Data epidemiologi granuloma annulare di Indonesia hingga kini masih belum tersedia.
Mortalitas
Granuloma annulare umumnya merupakan kondisi jinak dengan morbiditas yang rendah dan tidak berhubungan dengan peningkatan mortalitas. Lesi biasanya asimptomatik, meskipun pada beberapa kasus dapat menimbulkan keluhan kosmetik atau gatal ringan.
Tipe lokal merupakan bentuk paling umum dan sering kali sembuh spontan dalam beberapa bulan hingga tahun, sedangkan bentuk generalisata dapat menetap lebih lama dan resisten terhadap terapi. Tidak ada bukti bahwa granuloma annulare meningkatkan risiko komplikasi sistemik atau berkontribusi langsung terhadap kematian, meskipun pada sebagian kasus dapat berasosiasi dengan kondisi sistemik seperti diabetes melitus atau dislipidemia.[1-5]