Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • SKP
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Epidemiologi Alopecia Areata general_alomedika 2022-05-24T13:35:04+07:00 2022-05-24T13:35:04+07:00
Alopecia Areata
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Epidemiologi Alopecia Areata

Oleh :
dr. Giovanni Gilberta
Share To Social Media:

Data epidemiologi menunjukkan bahwa alopesia atau alopecia areata dialami oleh sekitar 0,1–0,2% populasi umum. Risiko selama hidup untuk mengalami penyakit ini adalah sebesar 2%. Prevalensi dilaporkan hampir sama antara pria dan wanita.[9]

Global

Alopecia areata dapat dialami oleh pria maupun wanita dengan risiko yang sama. Namun, pria cenderung didiagnosis lebih dini daripada wanita. Wanita lebih sering mengalami alopecia areata yang bersifat ekstensif, yang disertai dengan keterlibatan penyakit komorbid dan autoimun.

Alopecia areata dapat dialami oleh segala grup usia. Mayoritas penderita didiagnosis sebelum usia 40 tahun, dengan rerata usia 25–36 tahun. Pada anak-anak, rerata onset terjadi pada usia 5–10 tahun. Studi tidak menemukan predileksi ras tertentu.[1,10]

Alopecia areata dapat terjadi di berbagai bagian tubuh tetapi paling banyak ditemukan pada kulit kepala, terutama di bagian oksipital. Sebanyak 58% penderita dewasa mengalami alopecia dengan keterlibatan pada kurang dari setengah kulit kepala.

Sebanyak 10,5–35,8% penderita alopecia areata akan mengalami perubahan pada kuku, seperti pitting, trakinokia, dan longitudinal ridging. Penyakit ini dapat menurunkan kualitas hidup pada 50% penderita dan berkaitan dengan prevalensi gangguan psikiatri seperti depresi sebesar 70%.[10]

Indonesia

Saat ini data epidemiologi alopecia areata di Indonesia masih terbatas. Data yang ada hanya merupakan laporan kasus dari beberapa fasilitas kesehatan. Studi epidemiologi nasional masih perlu dilakukan di masa depan.[11]

Mortalitas

Alopecia areata umumnya bersifat ringan atau bahkan asimtomatik. Kondisi ini dapat menyebabkan distress emosional dan psikososial bagi penderitanya, tetapi umumnya tidak menyebabkan kematian. Mortalitas mungkin disebabkan oleh penyakit autoimun komorbid yang menyertai.[1-3]

 

 

 

Direvisi oleh: dr. Irene Cindy Sunur

Referensi

1. Strazzulla L, Wang E, Avila L, et al. Alopecia areata. Journal of the American Academy of Dermatology. 2018;78(1):1-12.
2. Pratt C, King L, Messenger A, et al. Alopecia areata. Nature Reviews Disease Primers. 2017;3(1):1-17.
3. Miteva M, Villasante A. Epidemiology and burden of alopecia areata: a systematic review. Clinical, Cosmetic and Investigational Dermatology. 2015;8:397-403.
9. Skogberg G, Jackson S, Åstrand A. Mechanisms of tolerance and potential therapeutic interventions in Alopecia Areata. Pharmacology & Therapeutics. 2017;179:102-110.
10. Fricke A, Miteva M. Epidemiology and burden of alopecia areata: a systematic review. Clinical, Cosmetic and Investigational Dermatology. 2015;8:397–403.
11. Legiawati L. Jenis kerontokan rambut dan kebotakan pasien poliklinik kulit dan kelamin RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo TAHUN 2009-2011. Media Dermato Venerelogica Indonesiana. 2013;40(4):159-163.

Etiologi Alopecia Areata
Diagnosis Alopecia Areata

Artikel Terkait

  • Rambut Rontok, Keluhan yang Banyak Ditanyakan Secara Telekonsultasi Selama Pandemi COVID-19
    Rambut Rontok, Keluhan yang Banyak Ditanyakan Secara Telekonsultasi Selama Pandemi COVID-19
  • Red Flags Rambut Rontok
    Red Flags Rambut Rontok
Diskusi Terkait
Anonymous
15 hari yang lalu
Terapi kerontokan rambut pada wanita
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dokter, saya memiliki pasien seorang wanita dengan keluhan kerontokan rambut yang berlangsung lebih 10 tahun. Awal mulanya pasien menderita thypus dan...
Anonymous
16 hari yang lalu
Terapi PRP untuk masalah kebotakan
Oleh: Anonymous
4 Balasan
Izin bertanya utk TS dr.SpKK.....utk menangani pasien dng masalah kebotakan, apakah dng PRP bisa menumbuhkan kembali rambut di area kebotakan yg sudah tidak...
Anonymous
28 hari yang lalu
Tata laksana rambut rontok yang bertambah banyak
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alodok, selamat sore....Pasien 32 thn, dtg dgn keluhan rambur rontok, kurang lbh 1 bulanan.Awalnya pasien pernah mengalami rambut rontok jika ramburnya...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.