Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • SKP
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Keloid general_alomedika 2022-10-03T16:33:37+07:00 2022-10-03T16:33:37+07:00
Keloid
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Keloid

Oleh :
dr. Sandy S Sopandi
Share To Social Media:

Diagnosis keloid patut dicurigai pada pasien dengan gejala klinis berupa luka yang tumbuh melebihi batas luka awal, lebih padat, dan dapat disertai gejala seperti rasa gatal, nyeri, atau eritema.

Anamnesis

Gejala yang umum terjadi pada keloid adalah gatal, nyeri, eritema, dan pertumbuhan massa yang kontinu. Semua gejala berujung pada malformasi fungsi dan penampilan.[4]

Keloid terbentuk lebih lambat dibandingkan parut hipertrofik, yaitu 3 bulan hingga 1 tahun setelah awitan luka. Keloid bertambah besar secara progresif dan tidak beregresi spontan.[2,9]

Area predileksi keloid antara lain dada, cuping telinga, leher, wajah (rahang), bahu, punggung atas, lutut, dan pergelangan kaki. Keloid memiliki predisposisi berkembang pada area kulit yang mengalami peregangan kuat dan/atau repetitif. Karena itu, parut patologis jarang terjadi pada membran mukosa, genitalia, telapak tangan, telapak kaki, kelopak mata, kepala, dan tibia anterior.

Pemeriksaan Fisik

Karakteristik parut keloid adalah pertumbuhan yang melebihi batas luka awal.[1] Terdapat beberapa metode evaluasi parut. Metode yang paling umum digunakan adalah Vancouver Scar Scale (VSS) dan Patient and Observer Scar Assessment Scale (POSAS).[4]

Skala parut lain yang telah dikembangkan antara lain Seattle Scar Scale, Visual Analog Scale (VAS), 5-D Itch Scale, dan Itch Man Scale. Kualitas hidup pasien dapat dievaluasi dengan VAS, 5-D Itch Scale, Boston Outcomes Questionnaire, Scars Problem Questionnaire, dan Brisbane Burn Scar Impact Profile.[11]

Keloid dapat dikategorisasi menjadi keloid mayor (lebih luas, elevasi >0,5 cm, disertai nyeri) dan minor. Keloid dapat berkembang setelah 1 tahun pasca awitan luka. Tidak seperti parut hipertrofik, keloid terus bertumbuh dan tidak beregresi spontan.[1,9]

Keloid cenderung menyebar menjadi bentuk tertentu tergantung lokasinya. Keloid pada dada anterior cenderung tumbuh horizontal membentuk capit kepiting akibat tegangan horizontal dari kontraksi otot pektoralis mayor. Keloid bahu membentuk kupu-kupu, sementara keloid lengan atas tumbuh menjadi bentuk dumbbell.[8]

Diagnosis Banding

Diagnosis banding keloid terdiri dari parut hipertrofik, dermatofibroma, dermatofibrosarkoma protuberans, varian keloid seperti morphea atau skleroderma, xanthoma disseminatum, dan lobomikosis.

Parut Hipertrofik

Diagnosis banding keloid yang utama adalah parut hipertrofik. Pembeda utama dari keduanya adalah batas luka apakah melebihi batas luka awal atau tidak, serta durasi proses pembentukan parut. Keloid memiliki batas yang melebihi batas luka awal, serta memiliki durasi pembentukan parut yang lebih lama dibandingkan parut hipertrofik.

Dermatofibroma

Dermatofibroma adalah respons parut abnormal berupa papul atau nodul berwarna kulit atau hiperpigmentasi. Tanda khas kondisi ini adalah “dimple sign”, yaitu depresi sentral ketika dikenakan tekanan lateral.

Dermatofibrosarkoma Protuberans

Dermatofibrosarkoma protuberans adalah tumor sel spindle pada trunkus dan bagian proksimal ekstremitas individu dewasa muda yang jarang dan bersifat agresif lokal. Berbeda dengan keloid, lesi ini tidak didahului trauma dan memiliki batas yang lebih ireguler.

Morphea dan Skleroderma

Skleroderma dan variannya, morphea, merupakan penyakit autoimun yang menyebabkan munculnya nodul seperti keloid. Faktor pembeda utama dengan keloid adalah tidak adanya kejadian pendahulu yang diketahui. Selain itu, pasien juga dapat menderita penyakit jaringan ikat lainnya.

Xanthoma Disseminatum

Xanthoma disseminatum adalah proliferasi histiositik yang jarang dengan lesi kulit menyerupai keloid. Lesi tersusun dalam pola difus simetris. Keterlibatan sistemik dapat menyebabkan diabetes insipidus.

Lobomikosis

Lobomikosis adalah infeksi dalam akibat jamur Lacazia loboi. Manifestasi klinis berupa nodul menyerupai keloid pada ekstremitas distal yang tumbuh dengan lambat. Kondisi ini diasosiasikan dengan ekspos terhadap lumba-lumba atau tanah pedesaan.[12]

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang tidak bermanfaat secara klinis untuk diagnosis keloid. Pemeriksaan ini lebih umum digunakan untuk keperluan penelitian berupa pemeriksaan pencitraan dan histopatologi.

Pencitraan

Beberapa sarana diagnostik dapat digunakan untuk menilai parameter parut seperti warna, perfusi, konsistensi, elastisitas, atau ketebalan parut. Sarana ini mencakup colorimeter atau spektrofotometer, doppler laser, pneumatonometer, kutometer, dan ultrasonografi.

Aliran darah dan angiogenesis dapat diukur dengan sistem pencitraan laser speckle. Belum terdapat konsensus terhadap sarana yang paling sesuai untuk mengevaluasi parut.[11]

Histopatologi

Keloid mengandung bundel kolagen tipe I dan III yang tidak beraturan. [1] Jumlah miofibroblas lebih rendah daripada parut hipertrofik. Keloid tersusun dari serabut kolagen terhialinisasi yang besar, tebal, dan bergelombang serta bundel kolagen yang berdekatan.[9]

Keloid juga mengekspresikan kadar proteoglikan (PG) low-density chondroitin sulfate dan PG low-density dermatan sulfate yang tinggi. Tidak terdapat nodul ataupun miofibroblas berlebih.

Vaskularisasi buruk dengan pembuluh darah yang terdilatasi dan tersebar. Tampak ekstensi tepi menyerupai lidah di bawah epidermis dan dermis papiler normal. Terdapat pita fibrosa seluler horizontal pada dermis retikuler dan pita fibrosa prominen yang menyerupai fasia.[5]

Histologi keloid konstan sepanjang fase maturasi dan terutama tersusun atas sel berbentuk spindel negatif α-SMA (smooth muscle actin) dan fibronektin (FN). Nodul kolagen yang prominen menunjukkan sedikit positif α-SMA dan positif FN.[5]

 

 

Direvisi oleh: dr. Dizi Bellari Putri

 

Referensi

1. Toro DD, Dedhia R, Tollefson TT. Advances in scar management : prevention and management of hypertrophic scars and keloids. Facial Plastic Surgery. 2016;24(4):322–9.
2. Lv K, Xia Z. Chinese expert consensus on clinical prevention and treatment of scar. Burns & Trauma. 2018;6:27-36.
Berman B, Maderal A, Raphael B. Keloids and hypertrophic scars: pathophysiology, classification, and treatment. Dermatol Surg. 2017;43:S3–18.
4. Bao Y, et al. Comparative efficacy and safety of common therapies in keloids and hypertrophic scars: a systematic review and meta-analysis. Aesth Plast Surg. 2019:1-12.
5. Ghazawi FM, Zargham R, Gilardino MS, Sasseville D, Jafarian F. Insights into the pathophysiology of hypertrophic scars and keloids: how do they differ? Advances in Skin & Wound Care. 2018;31(1):582-95.
8. Tsai CH, Ogawa R. Keloid research: current status and future directions. Scars Burns & Healing. 2019;5:1-8.
9. Saddawi-Konefka R, Watson D. Nonsurgical treatment of keloids and hypertrophic scars. Facial Plast Surg. 2019;35:260–6.
10. Huang C, Liu L, You Z, Du Y, Ogawa R. Managing keloid scars: from radiation therapy to actual and potential drug deliveries. Int Wound J. 2019:1-8.
11. Finnerty CC, Jeschke MG, Branski LK, Barret JP, Dziewulski P, Herndon DN. Hypertrophic scarring: the greatest unmet challenge after burn injury. Lancet. 2016;388:1427–36.

Epidemiologi Keloid
Penatalaksanaan Keloid

Artikel Terkait

  • Pemilihan Benang Absorbable vs Non-Absorbable untuk Mendapatkan Bekas Luka yang Baik
    Pemilihan Benang Absorbable vs Non-Absorbable untuk Mendapatkan Bekas Luka yang Baik
  • Verapamil untuk Tata Laksana Keloid
    Verapamil untuk Tata Laksana Keloid
  • e-Course Advanced Suturing Course
    e-Course Advanced Suturing Course
  • 5-Fluorouracil dan Triamcinolone Acetate dalam Tata Laksana Keloid
    5-Fluorouracil dan Triamcinolone Acetate dalam Tata Laksana Keloid
Diskusi Terkait
dr. Andrias Atmaja Putri
24 September 2022
Pasien laki laki usia 60 tahun dengan keloid dan gatal pada badan sejak 2 tahun yang lalu
Oleh: dr. Andrias Atmaja Putri
12 Balasan
Alo dokter. Saya menemui kasus di klinik. Laki laki usia 60 tahun datang dengan keluhan gatal pada badan yg dirasakan hilang timbul sejak 2 tahun yang lalu....
Anonymous
29 Juli 2022
Penanganan keloid wajah - Bedah Plastik Rekonstruksi dan Estetik Ask the Expert
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dr. Nurliati, Sp.BP-REIzin bertanya dok. Untuk kasus keloid di wajah, kira-kira penanganan terbaik yang memiliki risiko rekurensi paling rendah bagaimana...
Anonymous
02 April 2022
Pasien dengan riwayat keloid apakah dapat dilakukan PRP (platelet-rich plasma)
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dokter. Izin bertanya ni dok, sebenarnya pada client dengan riwayat keloid apakah boleh dikerjakan treatment PRP? Karna setau saya kalau ada riwayat...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.