Doctor icon

Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Patofisiologi Keloid general_alomedika 2022-10-03T16:22:05+07:00 2022-10-03T16:22:05+07:00
Keloid
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Patofisiologi Keloid

Oleh :
dr. Sandy S Sopandi
Share To Social Media:

Patofisiologi pembentukan keloid ditandai oleh respons inflamasi yang teramplifikasi, peningkatan aktivitas fibroblas, dan overekspresi sinyal faktor pertumbuhan. Hal-hal ini menyebabkan produksi dan penumpukan kolagen berlebih yang tidak diimbangi dengan penghancuran kolagen.[2-4]

Keloid menunjukkan peningkatan produksi kolagen hingga 20 kali lipat. Rasio kolagen tipe I:III pada keloid lebih tinggi yaitu 17:1.[3,5]

Respons Inflamasi Teramplifikasi yang Meningkatkan Aktivitas Fibroblas

Dalam proses penyembuhan luka, reaksi inflamasi yang berkepanjangan dan berlebihan menyebabkan peningkatan aktivitas fibroblas, yang kemudian menghasilkan matriks ekstraseluler berlebihan.

Degranulasi platelet pada fase ini akan melepas dan mengaktivasi sitokin-sitokin berupa transforming growth factor (TGF-β) terutama TGF-β1 dan TGF-β2, platelet-derived growth factor (PDGF), insulin-like growth factor(IGF-1), dan epidermal growth factor (EGF).[5,7]

Overekspresi Sinyal Faktor Pertumbuhan

Sitokin akan berperan sebagai faktor pertumbuhan fibrogenik, agen kemotaktik sel epitel, endotel, neutrofil, makrofag, sel mast, dan fibroblas. Hal ini menyebabkan terjadinya overekspresi sinyal faktor pertumbuhan. Fibroblas pada keloid menunjukkan peningkatan reseptor dan respon terhadap faktor-faktor pertumbuhan tersebut serta resistensi terhadap apoptosis.[5,7]

Peningkatan kadar faktor pertumbuhan dan sitokin merupakan faktor pendukung terbentuknya keloid. TGF-β diidentifikasi sebagai faktor patogenik kunci. [4,5] Isoform TGF-β1 dan TGF-β2 mengaktivasi fibroblas untuk menstimulasi sintesis kolagen, sementara TGF-β3 memegang peranan dalam fase remodeling yaitu mengurangi penumpukan kolagen dan matriks ekstraseluler.[3,5,7]

Ekspresi mRNA TGF-β1 dan TGF-β2 pada keloid lebih tinggi sementara TGF-β3 lebih rendah dibandingkan parut hipertrofik.[5,7] Ekspresi VEGF (vascular endothelial growth factor) yang berlebihan dikaitkan dengan pembentukan kapiler berlebih, produksi kolagen tipe I, dan peningkatan volume parut.[7]

Faktor Mekanik

Kekuatan mekanik memegang peranan penting dalam penyembuhan luka. Dalam penyembuhan normal, terdapat kondisi homeostasis tensegrity yakni tension atau tegangan dan integritas. Kondisi ini memungkinkan sel dan matriks ekstraseluler untuk berprogresi normal melalui fase-fase penyembuhan luka.

Bila kekuatan mekanik ekstrinsik yang besar atau abnormal (misalnya goresan, tekanan, dan peregangan kulit secara kuat/repetitif) terjadi pada luka atau parut, timbul disregulasi tensegrity yang ketika dikombinasikan dengan faktor-faktor internal di atas akan menyebabkan terjadinya parut berlebih.[8]

Faktor Molekular Lainnya yang Berperan Terhadap Terjadinya Keloid

Pada keloid, terdapat aspek-aspek molekular yang berubah konsentrasinya. Aspek-aspek molekular yang menurun kadarnya atau memiliki ekspresi yang lebih rendah adalah sebagai berikut :

  • Penurunan kadar decorin: protein komponen jaringan ikat dermal yang mengikat kolagen tipe I dan menetralisasi TGF- β sehingga mengurangi stimulasi sintesis kolagen, fibronektin, dan glikosaminoglikan, serta menghambat angiogenesis[5,7]
  • Hipoksia: lingkungan hipoksia diasosiasikan dengan pembentukan keloid[7]
  • Penurunan distribusi fibrillin 1 dan elastin
  • Ekspresi Connexin-43 yang lebih rendah: menyebabkan fibroblas tidak menerima sinyal inhibisi dan apoptosis dari sel di sekitarnya
  • Penurunan kadar hyaluronan: komponen matriks ekstraseluler yang berfungsi meregulasi penutupan luka dan pembentukan parut
  • Penurunan ekspresi dermatopontin: komponen matriks ekstraseluler yang berperan dalam modifikasi fibrillogenesis kolagen dan meningkatkan adhesi sel melalui peningkatan integrin[5]

Sementara itu, terdapat aspek-aspek molekular yang justru meningkat kadar atau ekspresinya, yaitu :

  • Peningkatan fibronektin: glikoprotein hasil produksi fibroblas yang berperan dalam pembentukan matriks intraseluler berlebih
  • Peningkatan ekspresi integrin α1β1: integrin membantu pengikatan kolagen ligan ke matrix metalloproteinase (MMP) yang berperan membentuk parut
  • Peningkatan periostin: berperan dalam patogenesis parut dengan menginduksi angiogenesis, proliferasi dan diferensiasi fibroblas, serta persistensi miofibroblas[5,7]
  • Peningkatan ekspresi tenascin C: glikoprotein matriks ekstraseluler yang berperan dalam menginisiasi migrasi keratinosit dan fibroblas ke luka
  • Peningkatan ekspresi laminin β2: komponen glikoprotein dari lamina basalis yang berperan dalam angiogenesis, penyembuhan luka, dan pembentukan parut
  • Peningkatan jumlah sel mast: meningkatkan pelepasan mediator fibrogenik yang mendukung pembentukan parut dan menyebabkan gejala gatal[9]
  • Peningkatan regulasi protein COX-2
  • Peningkatan ekspresi heat shock protein (HSP): HSP berperan dalam sintesis matriks ekstraseluler
  • Peningkatan kadar plasminogen activator inhibitor-1 (PAI-1): berperan mengurangi fibrinolisis dan akumulasi kolagen berlebih pada keloid
  • Peningkatan reactive oxygen species (ROS): tingkat stres oksidatif yang lebih tinggi diasosiasikan dengan terjadinya keloid
  • Peningkatan kadar induced nitric oxide synthase (iNOS): berperan dalam memediasi proliferasi keratinosit dan sintesis kolagen pada fibroblas

 

 

Direvisi oleh: dr. Dizi Bellari Putri

 

Referensi

1. Toro DD, Dedhia R, Tollefson TT. Advances in scar management : prevention and management of hypertrophic scars and keloids. Facial Plastic Surgery. 2016;24(4):322–9.
2. Lv K, Xia Z. Chinese expert consensus on clinical prevention and treatment of scar. Burns & Trauma. 2018;6:27-36.
Berman B, Maderal A, Raphael B. Keloids and hypertrophic scars: pathophysiology, classification, and treatment. Dermatol Surg. 2017;43:S3–18.
4. Bao Y, et al. Comparative efficacy and safety of common therapies in keloids and hypertrophic scars: a systematic review and meta-analysis. Aesth Plast Surg. 2019:1-12.
5. Ghazawi FM, Zargham R, Gilardino MS, Sasseville D, Jafarian F. Insights into the pathophysiology of hypertrophic scars and keloids: how do they differ? Advances in Skin & Wound Care. 2018;31(1):582-95.
7. Lee HJ, Jang YJ. Recent understandings of biology, prophylaxis and treatment strategies for hypertrophic scars and keloids. Int J Mol Sci. 2018;19:711-30.
8. Tsai CH, Ogawa R. Keloid research: current status and future directions. Scars Burns & Healing. 2019;5:1-8.
9. Saddawi-Konefka R, Watson D. Nonsurgical treatment of keloids and hypertrophic scars. Facial Plast Surg. 2019;35:260–6.

Pendahuluan Keloid
Etiologi Keloid

Artikel Terkait

  • Pemilihan Benang Absorbable vs Non-Absorbable untuk Mendapatkan Bekas Luka yang Baik
    Pemilihan Benang Absorbable vs Non-Absorbable untuk Mendapatkan Bekas Luka yang Baik
  • Verapamil untuk Tata Laksana Keloid
    Verapamil untuk Tata Laksana Keloid
  • 5-Fluorouracil dan Triamcinolone Acetate dalam Tata Laksana Keloid
    5-Fluorouracil dan Triamcinolone Acetate dalam Tata Laksana Keloid
  • Pencegahan Keloid dengan Lembaran Gel Silikon
    Pencegahan Keloid dengan Lembaran Gel Silikon
Diskusi Terkait
dr.Yohana Ratih Tirtaningtyas Dian Christi
Dibalas 27 Januari 2025, 12:32
Produk penghilang atau pencegah Keloid
Oleh: dr.Yohana Ratih Tirtaningtyas Dian Christi
5 Balasan
Dok, apakah bisa merekomendasikan produk yang bagus utk mencegah keloid pasca jahitan apa ya ? Mohon info nya dok 🙏
Muhammad Albar Al Rasyid
Dibalas 18 Januari 2025, 15:49
Pilihan terapi untuk keloid di dada kecil dan multipel
Oleh: Muhammad Albar Al Rasyid
5 Balasan
Selamat siang, izin bertanya dokter dan teman teman sejawat lainnya terkait pilihan terapi keloid,Berikut foto dari lesi keloid, letaknya ada di dada,...
Anonymous
Dibuat 07 Juli 2024, 10:07
Teknik jahitan yang paling meminimalisir risiko keloid
Oleh: Anonymous
0 Balasan
Selamat pagi dokter ijin bertanya, teknik jahitan yg paling meminimalisir risiko keloid teknik yg mana ya dok?Apakah teknik subkutikuler yg paling...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.