Pendahuluan Fibroma
Fibroma adalah tumor jinak yang terdiri dari jaringan ikat atau fibrosa. Terdapat dua jenis fibroma yang paling sering ditemukan pada kulit yakni soft fibroma (akrokordon) dan hard fibroma (dermatofibroma). Akrokordon atau dikenal dengan nama lain skin tag adalah tumor yang berukuran 2–3 mm, berwarna menyerupai warna kulit atau coklat muda, berbentuk kubah atau bertangkai dan paling sering muncul pada leher dan ketiak. Sedangkan dermatofibroma adalah tumor dengan ukuran 3-10 mm, berwarna cokelat keunguan, terkadang disertai nyeri tekan dan paling sering muncul pada bagian ekstremitas pada orang dewasa. [1,2]
Penyebab dari soft fibroma (akrokordon) dan hard fibroma (dermatofibroma) sangat berbeda. Akrokordon pada umumnya disebabkan oleh faktor usia (penuaan), obesitas, ketidakseimbangan hormon (peningkatan hormon estrogen, progesteron dan growth hormone pada kasus akromegali), infeksi virus (virus Human Papilloma), diabetes melitus (resistensi insulin), dan sindroma Birt-Hogg-Dube (BHD). Sedangkan pada dermatofibroma, penyebabnya masih belum diketahui, namun pada beberapa studi, dermatofibroma erat kaitannya dengan proses trauma pada kulit seperti akibat gigitan serangga, tato, pemeriksaan tuberkulin, atau infeksi kulit seperti folikulitis. [3-7]
Diagnosis pasti fibroma, baik pada soft fibroma (akrokordon) maupun hard fibroma (dermatofibroma), tetap mengandalkan hasil dari pemeriksaan histopatologi jaringan selain dari pemeriksaan fisik atau dengan bantuan dermaskopi. Dalam hal penanganan penyakit, pada sebagian besar kasus baik pada akrokordon maupun dermatofibroma tidak membutuhkan terapi karena tidak menimbulkan gejala. Namun, apabila mengganggu secara kosmetik atau menimbulkan gejala, maka tata laksana yang dapat diberikan yakni dengan teknik pembedahan yakni eksisi tumor, cryotherapy, atau laser ablasi. [3,8]