Penanganan Luka Gigitan Mamalia: Jahit atau Tidak?

Oleh :
dr. Wendy Damar Aprilano

Penanganan luka gigitan mamalia dengan penjahitan segera/primary closure atau dengan penjahitan ditunda/delayed closure atau tanpa penjahitan masih menjadi pilihan yang kontroversial bagi dokter. Penjahitan segera sering dikaitkan dengan hasil kosmetik yang lebih baik, tetapi dikhawatirkan dapat meningkatkan risiko infeksi dan kegagalan penyembuhan luka.

Luka gigitan mamalia paling sering disebabkan oleh anjing, kucing, dan manusia. Luka gigitan anjing biasanya berbentuk laserasi atau avulsi jaringan, sedangkan luka gigitan kucing biasanya berbentuk tusukan (puncture). Pada kasus luka gigitan manusia, luka biasanya terjadi ketika seseorang memukul wajah orang lain dan kepalan tangannya mengenai gigi. Cedera ini dikenal sebagai clenched-fist injury. Luka gigitan memiliki risiko infeksi yang lebih tinggi dari luka lain karena melibatkan paparan terhadap organisme aerob maupun anaerob.[1,2,6,7]

luka gigitan binatang, luka gigitan mamalia, apakah luka gigitan mamalia harus dijahit, kapan menjahit luka gigitan mamalia, gigitan mamalia, penanganan luka gigitan mamalia, alomedika

Prinsip umum tata laksana luka gigitan adalah kontrol hemostasis (menghentikan perdarahan), analgesia, manajemen lokal luka, pencegahan infeksi, manajemen komplikasi, dan pertimbangan kosmetik. Saat ini, masih terdapat kontroversi mengenai metode penanganan luka gigitan yang terbaik, antara metode penjahitan luka primer (dalam waktu <24 jam), metode penjahitan ditunda setelah >48 jam (delayed closure), dan metode tanpa penjahitan.[1,6]

Hubungan Penjahitan Luka dengan Penyembuhan Luka

Salah satu faktor yang paling memengaruhi proses penyembuhan luka adalah infeksi. Proses epitelisasi pada luka bersih tanpa infeksi mulai dalam waktu 1–2 hari setelah penutupan luka. Oleh karena itu, secara teoritis, penjahitan luka segera (primary closure) akan menghasilkan penyembuhan luka yang lebih cepat, memberikan hasil kosmetik yang lebih baik, dan menghasilkan jaringan parut yang lebih minimal.

Akan tetapi, apabila jahitan dilakukan saat masih terjadi infeksi, maka proses penyembuhan tidak bisa berlangsung dan dapat timbul komplikasi. Luka gigitan yang terinfeksi dapat menimbulkan septic arthritis, osteomyelitis, endokarditis, dan syok sepsis.[1,2,6]

World Health Organization (WHO) merekomendasikan untuk menunda penutupan luka gigitan sebagai antisipasi terhadap kejadian rabies atau infeksi lainnya. Akan tetapi, jika risiko infeksi pada luka dinilai sangat rendah, penutupan luka primer pada kasus gigitan dapat dilakukan.

Untuk luka yang secara klinis sudah menunjukan kejadian infeksi atau luka yang berbentuk luka tusuk, kebanyakan klinisi merekomendasikan untuk menunda penutupan luka. Penutupan luka secara primer biasanya dianjurkan untuk luka yang terjadi <8 jam atau luka yang berlokasi di wajah.[1,3,6]

Perbandingan Penjahitan Luka Segera dan Ditunda

Sebuah meta analisis yang membandingkan hasil penjahitan segera (primary closure) dengan hasil penjahitan ditunda (delayed closure) pada pasien dengan luka gigitan anjing menyatakan bahwa tidak ada perbedaan signifikan antara kedua metode ini dalam hal risiko infeksi. Akan tetapi, studi lebih lanjut dengan jumlah peserta lebih banyak masih diperlukan untuk mendapatkan bukti ilmiah yang lebih berkualitas.[1]

Dalam suatu studi kohort yang dilakukan di China, peserta dengan luka gigitan anjing diberikan antibiotik oral kemudian dibagi menjadi grup yang menjalani primary closure dan grup yang menjalani delayed closure. Studi ini menunjukkan bahwa 6,7% peserta primary closure mengalami infeksi luka, sedangkan hanya 5% peserta delayed closure mengalami infeksi luka.

Akan tetapi, sekitar 55% peserta primary closure menunjukkan hasil kosmetik yang memuaskan dan hanya 33,3% peserta delayed closure menunjukkan hasil kosmetik yang memuaskan. Oleh karena itu, meskipun penjahitan luka primer dikaitkan dengan angka infeksi yang agak lebih tinggi, hal ini diimbangi dengan hasil kosmetik yang lebih baik.[2]

Ketika luka dibiarkan terbuka untuk waktu yang lebih lama, terjadi penyembuhan secara alami dengan kontraksi luka dan pembentukan jaringan granulasi. Hal ini menyebabkan terbentuknya jaringan parut dan deformitas yang lebih signifikan pada delayed closure. Revisi kosmetik dapat dilakukan setelahnya, tetapi hal ini tentu menambahkan beban mental dan biaya kepada pasien.[2]

Perbandingan Penjahitan Luka Segera dan Tanpa Penjahitan

Suatu meta analisis mempelajari 3 randomized controlled trials (RCT) dan menyatakan bahwa penjahitan luka gigitan segera (primary closure) tidak memiliki perbedaan angka infeksi yang signifikan dibandingkan metode tanpa penjahitan (no closure). Akan tetapi, penjahitan luka gigitan primer dilaporkan memberikan hasil kosmetik yang lebih baik.[1]

Penelitian oleh Paschos, et al., menyatakan bahwa penjahitan luka primer yang diawali dengan debridement, irigasi tekanan tinggi, disinfeksi dengan povidone iodine, dan pemberian antibiotik, memiliki angka infeksi yang tidak berbeda signifikan dengan metode no closure.

Namun, penjahitan luka primer menghasilkan tampilan kosmetik yang lebih baik. Studi ini juga menunjukkan bahwa manajemen luka yang dilakukan dalam waktu kurang dari 8 jam sejak onset memiliki risiko infeksi yang lebih rendah dan hasil kosmetik yang lebih baik pada kedua metode tersebut. Luka di area kepala dan leher juga dilaporkan memiliki hasil yang lebih baik.[4]

Suatu studi lain menyatakan bahwa luka di bagian tangan mengalami infeksi secara signifikan pada grup yang menjalani primary closure dibandingkan dengan grup yang menjalani no closure. Studi ini menganjurkan untuk membiarkan luka gigitan di bagian tangan dan luka gigitan yang bersifat puncture (tusukan) tanpa jahitan.

Penutupan luka gigitan primer di bagian tubuh lain yang bukan merupakan luka tusuk dapat dilakukan. Studi ini juga menunjukan bahwa penundaan penutupan luka lebih dari 10 jam memiliki resiko peningkatan infeksi.[5]

Kesimpulan

Penanganan luka gigitan mamalia dengan penjahitan segera setelah debridement (primary closure) tidak meningkatkan risiko infeksi luka secara signifikan dibandingkan dengan penjahitan ditunda (delayed closure) dan metode tanpa penjahitan. Risiko infeksi pada primary closure dilaporkan hanya sedikit lebih tinggi, kecuali pada kasus luka gigitan di tangan dan luka gigitan yang bersifat tusukan (puncture) di mana risiko infeksi akibat primary closure lebih signifikan.

Penjahitan luka primer dapat dilakukan untuk luka gigitan mamalia di bagian tubuh lain selain tangan, untuk luka gigitan yang tidak bersifat puncture, dan luka gigitan yang berisiko infeksi rendah. Penjahitan luka primer perlu diawali dengan debridement, irigasi tekanan tinggi, disinfeksi dengan povidone iodine, dan pemberian antibiotik. Metode ini memberikan penyembuhan luka dan kepuasan kosmetik yang terbaik.[1,2,4]

 

 

Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli

Referensi