Pengawasan Klinis Methadone
Pengawasan klinis methadone terutama mengenai risiko overdosis, interaksi obat, dan pengawasan pada methadone management therapy (MMT).
Overdosis
Overdosis merupakan risiko mayor yang dapat terjadi pada pemberian methadone, terutama pada dosis awal karena dosis methadone disesuaikan dengan kebutuhan pasien bukan pemberian dosis tetap. Observasi 3-4 jam setelah mengkonsumsi dosis awal. Pemantauan ketat harus dilakukan pada minggu pertama administrasi methadone. Gejala overdosis methadone harus diperhatikan dalam minggu pertama pemberian, karena gejala bisa tidak langsung muncul 3-4 jam setelah konsumsi methadone. Gejala overdosis methadone:
- Pupil miosis
- Mual muntah
- Pusing
- Sedasi yang berlebihan
- Bicara melantur
- Mendengkur
- Nadi lambat dan nafas dalam
- Mulut berbusa
- Tidak sadarkan diri
Penanganan overdosis methadone adalah diberikan nalokson. Karena methadone memiliki waktu paruh yang panjang maka pemberian nalokson harus diberikan beberapa kali atau infus berkepanjangan dalam beberapa jam. Observasi setidaknya selama 4 jam.
Interaksi Obat
Penggunaan obat-obatan depresan sistem saraf pusat lainnya dapat meningkatkan risiko terjadinya overdosis, seperti alkohol, benzodiazepin atau opioid golongan lain. Maka pasien harus diedukasi mengenai kombinasi methadone dan depresan sistem saraf pusat. Sebagai tenaga medis, juga harus menanyakan obat-obatan apa saja yang sedang digunakan pasien dan kondisi medis yang mempengaruhi metabolisme methadone, sehingga meresepkan methadone dengan hati-hati.
Pengawasan Methadone Management Therapy
Pasien yang mendapat MMT perlu dipantau mengenai apakah dosis yang diberikan sudah adekuat, gejala penarikan opioid, efek samping yang timbul, dan kondisi fisik maupun psikologis pasien. Penilaian MMT ini dilakukan setiap minggu, dan setelah 2 bulan penilaian dilakukan setiap 4-6 minggu.
Skrining urin perlu dilakukan apabila ada kecurigaan pasien menggunakan obat narkotika kembali untuk mengkonfirmasi kecurigaan. Walau demikian, skrining urin rutin tidak dapat membedakan antara penggunaan methadone dan heroin atau morfin. Untuk itu, diperlukan pemeriksaan high-performance liquid chromatography (HPLC). Hasil pemeriksaan HPLC ini dapat menjadi masukan bahwa pasien membutuhkan dosis methadone yang lebih tinggi untuk mengatasi gejala penarikannya.[13]