Penggunaan Pada Kehamilan dan Ibu Menyusui Atenolol
Atenolol masuk dalam kategori D oleh FDA untuk kehamilan. Pada ibu menyusui, atenolol dapat terekskresi pada air susu ibu sehingga penggunaannya perlu berhati-hati.
Penggunaan pada Kehamilan
Kategori D (FDA): Ada bukti positif mengenai risiko terhadap janin manusia, tetapi besarnya manfaat yang diperoleh mungkin lebih besar dari risikonya, misalnya untuk mengatasi situasi yang mengancam jiwa.
Atenolol dapat melewati plasenta dan dapat melewati darah umbilikus. Sebuah kasus kontrol yang dilakukan oleh Bergman, et al mendapatkan adanya malformasi kongenital pada penggunaan obat golongan beta-blocker (atenolol) selama masa kehamilan. Didapatkan adanya peningkatan kejadian displasia renal multi-kistik 3,8 kali lebih tinggi pada anak yang memiliki riwayat pajanan beta blocker selama masa kehamilan. Defek jantung kongenital, sumbing, atau defek tuba neural belum dapat dikonfirmasi. Sebuah studi lain juga mengatakan bahwa penggunaan atenolol dari trimester satu kehamilan berhubungan dengan adanya pertumbuhan janin terhambat jika dibandingkan dengan obat lain, seperti penghambat kanal kalsium, diuretik, atau metildopa. Atenolol sebaiknya dihindari pada trimester pertama kehamilan dan pemberian pada trimester berikutnya sangat perlu diperhatikan. [12,13]
Penggunaan pada Ibu Menyusui
Atenolol dapat terekskresi pada air susu ibu dengan rasio 1,5 – 6,8 jika dibandingkan dengan konsentrasi di plasma. Penggunaan atenolol pada ibu menyusui juga perlu diperhatikan. Terdapat beberapa laporan kasus adanya bradikardia signifikan pada bayi yang menerima ASI dari ibu yang mengonsumsi atenolol. Neonatus yang lahir dari ibu yang mengonsumsi atenolol pada saat partus atau menyusui juga memiliki risiko adanya hipoglikemia. [13]