Penggunaan pada Kehamilan dan Ibu Menyusui Phenobarbital
Penggunaan phenobarbital pada kehamilan dan menyusui tidak disarankan. Phenobarbital disekresikan ke ASI.
Penggunaan pada Kehamilan
Menurut kategori TGA, penggunaan phenobarbital pada ibu hamil masuk kategori D. Artinya, obat dapat menyebabkan peningkatan insiden malformasi fetus manusia atau kerusakan yang ireversibel, di samping juga dapat menimbulkan efek farmakologis yang buruk.
Menurut kategori FDA, phenobarbital juga termasuk kategori D. Artinya, terdapat bukti positif risiko kelainan pada fetus manusia berdasarkan investigasi dan studi pada manusia, namun obat dapat digunakan jika manfaat dianggap lebih besar dari potensi risiko.
Studi pada manusia menunjukkan bahwa phenobarbital berhubungan secara langsung dengan kejadian abnormalitas fetus. Penggunaan phenobarbital terutama pada trimester 1 dan trimester 3 berhubungan dengan peningkatan teratogenitas serta sindrom withdrawal pada bayi baru lahir. Kadar phenobarbital pada fetus dapat menyamai kadar phenobarbital pada ibu bila phenobarbital diberikan secara parenteral. Phenobarbital juga dapat melewati sawar plasenta dan terdistribusi ke jaringan fetus, termasuk plasenta, hati, dan otak fetus. [7]
Penggunaan pada Ibu Menyusui
Pada ASI, kadar phenobarbital sangat bervariasi. Diperkirakan rasio kadar phenobarbital pada ASI bila dibandingkan dengan plasma ibu mencapai 0,4-0,6, dengan perkiraan jumlah phenobarbital yang terhisap oleh bayi per harinya mencapai 2-4 mg. Karena proses eliminasi yang lebih lambat pada bayi, dapat terjadi akumulasi jumlah phenobarbital di dalam tubuh bayi, bahkan dapat melebihi kadarnya di tubuh ibu.
Sebuah studi menunjukkan bahwa bayi yang mendapat ASI yang mengandung phenobarbital dari ibu memiliki tanda-tanda sedasi dan kesulitan mengisap ASI dibandingkan kontrol. Telah dilaporkan terjadinya kasus infantile spasms dan gejala withdrawal pada bayi setelah pemberhentian mendadak phenobarbital. [5,7]