Penggunaan pada Kehamilan dan Ibu Menyusui Diphenhydramine
Penggunaan diphenhydramine pada kehamilan masuk dalam Kategori B menurut FDA. Pada ibu menyusui, diphenhydramine diketahui diekskresikan ke ASI. Perlu diperhatikan bahwa obat ini merupakan antihistamin generasi pertama yang penggunaannya sudah tidak lagi disarankan. Penggunaan antihistamin generasi lebih baru lebih direkomendasikan.[1,6-8]
Penggunaan pada Kehamilan
Diphenhydramine masuk dalam Kategori B oleh FDA. Studi pada binatang percobaan tidak memperlihatkan adanya risiko terhadap janin, namun belum ada studi terkontrol pada wanita hamil.[6,17]
TGA memasukkan diphenhydramine dalam Kategori A. Kategori ini membawahi obat-obat yang telah dikonsumsi banyak wanita hamil dan usia subur tanpa ada bukti peningkatan frekuensi malformasi atau efek buruk lainnya pada fetus.[7]
Dalam studi pada tikus Wistar, pemberian diphenhydramine dilaporkan tidak meningkatkan risiko malformasi. Sementara itu, studi lain pada mencit CD-I menunjukkan bahwa pemberian diphenhydramine meningkatkan risiko sumbing.[1]
Penggunaan pada Ibu Menyusui
Penggunaan diphenhydramine sesekali atau dalam dosis kecil memiliki kemungkinan yang kecil dalam menyebabkan efek samping pada bayi yang disusui. Dosis yang lebih besar atau penggunaan yang lebih lama diduga dapat menyebabkan efek pada bayi atau mengurangi suplai ASI, terutama jika dikombinasikan dengan obat simpatomimetik seperti pseudoephedrin.
Perlu diperhatikan bahwa penggunaan antihistamin generasi pertama, seperti diphenhydramine, sebagai lini pertama dalam praktik klinis sudah tidak dianjurkan. Penggunaan obat antihistamin generasi kedua yang nonsedasi, seperti fexofenadine, lebih direkomendasikan.[8]
Penulisan pertama oleh: dr. Yelvi Levani
Penulisan kedua oleh: dr. Michael Susanto
Direvisi oleh: dr. Bedry Qintha