Efek Samping dan Interaksi Obat Insulin Regular
Penggunaan insulin reguler dapat menimbulkan berbagai macam efek samping, misalnya hipoglikemia, hipokalemia, dan reaksi hipersensitivitas. Insulin reguler juga memiliki interaksi obat yang dapat menyebabkan banyak efek, misalnya meningkatkan efek insulin, menurunkan efek insulin, maupun memperburuk control gula darah.
Efek Samping
Efek samping insulin reguler yang umum terjadi adalah hipoglikemia. Apabila terjadi hipoglikemia, maka gejala yang akan timbul adalah sakit kepala, meningkatnya rasa lapar dan haus, pusing, gemetar, sulit konsentrasi, rasa lemas, respirasi cepat, takikardia, dan bila terjadi hipoglikemua berat maka dapat menimbulkan penurunan kesaran ataupun kejang.
Efek samping insulin reguler lainnya adalah mempengaruhi metabolisme tubuh sehinnga dapat menimbulkan keadaan hipokalemia, hipomagnesemia, hipofosfatemia, hiperglikemia, ketoasidosis diabetik, dan status hiperglikemia hiperosmolar.
Insulin reguler juga dapat menimbulkan reaksi hipersensitifitas lokal dan sistemik. Reaksi lokal biasanya timbul pada daerah sekitar suntikan dengan gejala berupa eritema, edema lokal, dan pruritus yang akan sembuh sendiri dalam beberapa hari. Reaksi lokal biasanya disebabkan oleh Teknik injeksi yang salah atau paparan terhadap zat iritan. Sedangkan reaksi sistemik akan menimbulkan gejala seperti bercak kemerahan menyeluruh, dispnea, mengi, hipotensi, diaforesis, dan takikardia.
Reaksi imunologis juga pernah dilaporkan pada penggunaan insulin reguler. Reaksi imunologis ini berupa peningkatan titer antibodi anti-insulin yang transien, dan diketahui tidak memengaruhi terapi insulin untuk pengontrolan glikemia.
Efek samping lain yang mingkin timbul adalah rasa cemas atau anxiety, penglihatan kabur, kedinginan, confusion, kulit pucat, batuk, oligouria, depresi, kesulitan menelan, krama tau nyeri otot, mual, kesemutan atau baal pada ekstremitas, dan neuropati perifer akut yang nyeri. Selain itu, dapat pula terjadi retensi natrium dan edema, serta peningkatan berat badan karena efek anabolic insulin yang bersifat hormonal.
Pada penggunaan jangka panjang, insulin reguler dapat menyebabkan lipodistrofi, termasuk lipohipertrofi dan lipoartrofi, pada lokasi suntikan yang dipakai berulangkali walaupun efek samping ini masih jarang terjadi.[2]
Interaksi Obat
Ada berbagai obat yang memiliki interaksi dengan insulin reguler. Interaksi ini dapat menimbulkan berbagai efek, seperti meningkatkan efek insulin (masking effect), menurunkan efek insulin, menurunkan kebutuhan insulin, memberi efek additif, memperburuk kontrol glukosa darah, meningkatkan risiko retensi cairan dan memperburuk gagal jantung, serta menyebabkan penambahan BB. [2,16,17,20-23]
Tabel 2. Interaksi Obat Insulin Reguler
Interaksi Obat | Nama Obat |
Meningkatkan kerja insulin (masking effect) | Beta blocker, klonidin, reserpine |
Menurunkan kerja insulin | Kortikosteroid, suplemen tiroid, estrogen, isoniazid niacin, phenothiazine, rifampisin |
Menurunkan kebutuhan akan insulin | Alkohol, ACE inhibitor, MAO inhibitor, Octreotide, Zat hipoglikemik oral, Salisilat |
Obat alami dengan efek additive | Fenugreek, Chromium, Coenzym Q-10 |
Memperburuk control glukosa darah | Glukosamin |
Meningkatkan risiko retensi cairan dan memperburuk gagaljantung | Pioglitazone, Rosiglitazone, Thiazolidinediones |
Penambahan berat badan | Thiazolidinediones |