Risiko Stroke pada Pengguna Kontrasepsi Hormonal

Oleh :
dr. Andriani Putri Bestari, Sp.S

Penggunaan kontrasepsi hormonal telah dikaitkan dengan peningkatan risiko stroke, terutama stroke iskemik. Meski demikian, hasil dari berbagai studi yang ada masih saling bertentangan dengan kualitas bukti yang bervariasi.

Kontrasepsi hormonal merupakan cara yang reversibel yang banyak digunakan dalam mencegah kehamilan. Hormon yang digunakan terdiri dari kombinasi hormon estrogen dalam bentuk ethinilestradiol dan progesterone atau sediaan progesteron saja. Kontrasepsi hormonal tersedia dalam beberapa cara administrasi yaitu secara oral, intramuskular, vaginal, transdermal, implant subdermal, dan intrauterin. Beberapa penelitian menghubungkan penggunaan kontrasepsi hormonal dengan peningkatan angka kejadian trombosis vena dan arteri, termasuk stroke.[1]

Risiko Stroke pada Pengguna Kontrasepsi Hormonal-min

Kaitan Kontrasepsi Hormonal dan Trombosis

Ethinilestradiol dalam kontrasepsi hormonal kombinasi menyebabkan perubahan yang signifikan pada sistem koagulasi melalui peningkatan produksi trombin. Selain itu, ethinilestradiol dapat meningkatkan kadar protein faktor koagulasi (fibrinogen, faktor VII, VIII, IX, X, XII, dan XIII) dan penurunan inhibitor koagulasi alami yaitu protein S dan antitrombin. Ethinilestradiol juga diduga menyebabkan terjadinya resistensi terhadap protein C. Pengaruh ethinilestradiol telah dilaporkan bersifat dose-dependent, di mana semakin tinggi dosis ethinilestradiol semakin tinggi pula risiko terjadinya tromboembolisme vena.

Komponen progesteron pada kontrasepsi hormonal juga diduga berkaitan dengan peningkatan risiko tromboembolisme. Kelompok hormon progesteron merupakan kelompok hormon steroid yang memiliki pengaruh sistemik dan tidak hanya berikatan dengan reseptor progesteron tetapi juga dapat berikatan dengan reseptor dari steroid lainnya seperti estrogen, androgen, glukokortikoid, dan mineralokortikoid. Selain itu, progesteron juga dapat meningkatkan resistensi terhadap protein C.[1]

Risiko Stroke pada Pengguna Kontrasepsi Hormonal

Sebuah studi terdahulu menunjukkan bahwa pengguna kontrasepsi hormonal oral mengalami peningkatan risiko relatif stroke sebanyak 2,75 kali. Risiko stroke iskemik pada pengguna kontrasepsi hormonal ditemukan memiliki pengaruh aditif terhadap faktor risiko stroke lainnya. Pengaruh ini ditemukan pada riwayat merokok, hipertensidiabetes, konsumsi alkohol, obesitas, tingkat aktivitas fisik, dan usia.[2]

Tinjauan Cochrane (2015) meneliti risiko kejadian trombosis arteri (infark miokard dan stroke iskemik) pada pengguna kontrasepsi hormonal oral. Dari 28 publikasi, didapatkan bahwa wanita pengguna kontrasepsi hormonal oral mengalami peningkatan risiko terjadinya infark miokard dan stroke iskemik sebanyak 1,6 kali dibandingkan dengan wanita yang tidak menggunakan kontrasepsi hormonal oral. Risiko ini ditemukan paling tinggi (2 kali lebih tinggi) pada pengguna kontrasepsi hormonal oral dengan kadar estrogen lebih dari 50 mcg. Analisis lanjutan menunjukkan bahwa pil kontrasepsi yang mengandung levonorgestrel dan dosis estrogen 30 mcg merupakan pilihan yang relatif lebih aman.[3]

Kontrasepsi Hormonal, Riwayat Migraine, dan Risiko Stroke

Migraine dengan aura sudah banyak diketahui sebagai salah satu faktor risiko terjadinya stroke. Sheikh dkk dalam tinjauan sistematiknya menilai risiko terjadinya stroke pada pengguna kontrasepsi hormonal dengan riwayat migraine. Tinjauan tersebut mengatakan bahwa risiko stroke pada wanita pengguna kontrasepsi hormonal dengan riwayat migraine dengan aura lebih tinggi. Meski demikian, studi yang ada masih memiliki kualitas bukti yang rendah.[4]

Studi lain yang merupakan sebuah studi observasional yang menggunakan kumpulan data dari Acute Stroke Registry and Analysis of Lausanne (ASTRAL) di Swiss. Dari 179 pasien wanita berusia <50 tahun, 57 (39,6%) pasien menggunakan kontrasepsi hormonal dengan mayoritas (71,9%) menggunakan jenis kontrasepsi hormonal kombinasi oral. Studi ini menemukan bahwa pengguna kontrasepsi dengan stroke iskemik berusia lebih muda, memiliki riwayat migraine dengan aura dan hiperlipidemia. Kelompok pengguna kontrasepsi secara signifikan lebih sedikit mengalami kejadian stroke berulang setelah menghentikan penggunaan kontrasepsi selama 12 bulan.[5]

Pemilihan Pasien dalam Merekomendasikan Kontrasepsi Hormonal

European Headache Federation mengeluarkan rekomendasi mengenai penggunaan kontrasepsi hormonal pada wanita dengan riwayat migraine. Dalam rekomendasi tersebut dikatakan bahwa wanita dengan riwayat sakit kepala yang mempertimbangkan penggunaan kontrasepsi hormonal sebaiknya dievaluasi untuk memastikan adanya migraine dengan aura dan frekuensi serangannya. Hal ini sebagai tambahan dari evaluasi untuk faktor risiko penyakit kardioserebrovaskular pada umumnya. Pada wanita dengan riwayat migraine dengan aura, penggunaan kontrasepsi hormonal kombinasi tidak disarankan. Pasien sebaiknya memilih alternatif nonhormonal atau sediaan yang hanya mengandung progesteron saja.[6]

Belum banyak studi yang melihat keamanan penggunaan kontrasepsi hormonal pada wanita dengan riwayat stroke. Pada sebuah konsensus dikatakan bahwa kontrasepsi hormonal, terutama yang mengandung estrogen, tidak direkomendasikan pada wanita dengan riwayat stroke sebelumnya.[7]

Pertimbangan risiko trombosis merupakan salah satu landasan utama dalam pemilihan rekomendasi sediaan kontrasepsi. Pada wanita yang sehat di bawah usia 35 tahun, pemilihan kontrasepsi dapat berupa kontrasepsi hormonal kombinasi dengan kadar estrogen yang rendah atau jenis progesteron saja. Pada wanita dengan faktor risiko trombosis dan wanita di atas usia 35 tahun, disarankan untuk menggunakan kontrasepsi hormonal dengan kandungan progesteron saja.[8,9]

Rekomendasi WHO

WHO telah membuat pedoman yang memandu pemilihan metode kontrasepsi pada wanita dengan riwayat penyakit tertentu, termasuk stroke, migraine dengan aura, dan hipertensi. Pedoman ini dikenal dengan medical eligibility criteria for contraceptive use (WHO-MEC) yang dipublikasikan di tahun 2015.

Pada pedoman ini dikatakan bahwa pasien dengan riwayat stroke tidak direkomendasikan untuk menggunakan kontrasepsi hormonal. Pada pasien dengan riwayat migraine dengan aura dan hipertensi yang tidak terkontrol, penggunaan kontrasepsi hormonal dikategorikan dalam kelompok di mana risiko kesehatan lebih besar dari manfaat yang didapatkan.[10]

Kesimpulan

Penggunaan kontrasepsi hormonal meningkatkan risiko terjadinya stroke iskemik. Risiko ini lebih tinggi pada jenis kontrasepsi hormonal kombinasi yang menggunakan dosis estrogen lebih dari 50 mcg.

Penggunaan kontrasepsi hormonal memiliki efek aditif terhadap faktor risiko trombosis lainnya, seperti merokok, migraine dengan aura, dan usia. Pertimbangan risiko trombosis merupakan salah satu landasan utama dalam peresepan kontrasepsi hormonal. Oleh karena itu, pada pasien dengan faktor risiko trombosis dan usia di atas 35 tahun disarankan untuk menggunakan kontrasepsi nonhormonal atau kontrasepsi hormonal dengan kandungan progesteron saja. Pasien dengan riwayat stroke sebelumnya tidak direkomendasikan untuk menggunakan kontrasepsi hormonal.

Referensi